Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Mufti Agung Libanon: Israel Akan Diserbu 500.000 Rudal dalam Perang Total dengan Hizbullah

Mufti Agung Jaafari Libanon, Syekh Ahmad Qabalan, menyatakan bahwa dalam perang terbuka Israel akan menghadapi setengah juta rudal Hizbullah.

24 Juni 2024 | 05.42 WIB

Hizbullah memiliki persenjataan yang besar dan telah berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. REUTERS
Perbesar
Hizbullah memiliki persenjataan yang besar dan telah berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mufti Agung Jaafari Libanon, Syekh Ahmad Qabalan, menyatakan pada Ahad, 23 Juni 2024 bahwa dalam perang terbuka apa pun Israel akan menghadapi serbuan sekitar setengah juta rudal dari Hizbullah. Daya rusak rudal-rudal itu, kata dia, akan membuat Israel mengalami kemunduran 70 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Perlawanan adalah landasan kelangsungan hidup dan masa depan Libanon, dan kedaulatan Libanon berhubungan dengan kemampuan kelompok perlawanan dan besarnya persenjataan nasional yang menjamin kepentingan regionalnya,” kata Qabalan, seperti dikutip IRNA.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Qabalan mengatakan bahwa perang yang terjadi saat ini di front selatan Libanon adalah inti dari kepentingan regional Libanon. Dia menambahkan bahwa tidak ada nilai bagi Lebanon tanpa kepentingan regionalnya dan pencegahan strategis adalah bagian dari kepentingan tertingginya karena tidak ada pencegahan tanpa perang.

Kadhim Al-Fartousi, juru bicara Kata'ib Sayyid al-Shuhada, milisi Syiah Irak, mengatakan bahwa jika terjadi perang besar-besaran, kelompoknya akan mendukung Hizbullah. Dia menekankan bahwa jika pemerintah Israel membuat keputusan gila, kelompoknya akan membuat pasukan Israel menjadi kuburan.

Menurut The CIA World Factbook, Hizbullah diperkirakan memiliki hingga 45.000 tentara, yang terdiri dari 20.000 personel aktif dan 25.000 personel cadangan pada 2022. Pada 2021, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah, mengklaim punya 100.000 tentara terlatih dan ribuan pendukung dan anggota di seluruh dunia. Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) memperkirakan kelompok ini punya 150.000 rudal dan roket berbagai jenis dan jangkauan.

Setelah Jalur Gaza porak-poranda dihajar tentara Israel, Hizbullah balas menyerang Israel dengan mengirim roket dan rudal dari kawasan selatan Libanon. Israel membalasnya dengan menembakkan senjata serupa ke titik-titik yang diduga menjadi basis Hizbullah. Pada awal April 2024, serangan pesawat tempur Israel telah menewaskan Ali Ahmad Husein, komandan Pasukan Radwan, pasukan elite Hizbullah.

Pada Ahad, 23 Juni 2024, Hizbullah mengklaim telah menyerang sekumpulan tentara Israel di Eilat, wilayah utara Palestina yang diduduki Israel. Hizbullah mengatakan bahwa drone mereka telah menyasar markas komando Batalion Al-Sahl di barak Beit Hillel, Israel dan menewaskan sejumlah tentara. Serangan ini sebagai balasan terhadap tewasnya komandan mereka.

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah, memperingatkan bahwa “tidak ada tempat” di Israel yang akan terhindar dari senjata kelompok perlawanan Hizbullah jika terjadi perang langsung. Hizbullah, kata dia, akan berperang “tanpa aturan” dan “tanpa batasan”.

Pertempuran Hizbullah-Israel yang semakin panas ini dikhawatirkan akan berkembang menjadi pertempuran terbuka. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres memperingatkan bahwa dunia tidak bisa membiarkan Libanon menjadi seperti Jalur Gaza. “Satu tindakan gegabah – satu kesalahan perhitungan – dapat memicu bencana yang melampaui batas negara, dan sejujurnya, di luar imajinasi,” katanya pada Sabtu, 22 Juni 2024.

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus