PARA pemimpin Pakta Warsawa tahun 1980 bertemu di Moskow untuk
menangani krisis Polandia. Pekan lalu mereka berkumpul lagi di
Praha, dan kali ini Yuri Andropov memberikan pengarahan.
Pemimpin Soviet, seperti biasa, lebih menentukan di kelompok 7
negara itu. Bagi Andropov sendiri, tentu saja, sidang Praha ini
suatu tempat menguji kesetiaan sekutunya (Cekoslowakia,
Bulgaria, Hongaria, Rumania, Polandia dan Jerman Timur).
Sesudah dua hari bersidang di Istana yang berada di bukit
menghadapi ibukota Ceko itu, tidak terdengar sesuatu yang
menandakan ada perselisihan di antara mereka. Yang jelas ialah
suara bulat Pakta Warsawa yang menawarkan perjanjian nonagresi
dengan NATO, aliansi pertahanan Barat di Eropa. Pokoknya, suatu
himbauan berdamai saja, tak perlu lagi berlomba memasang senjata
nuklir.
Ofensif perdamaian dari Pakta Warsawa ini ternyata menggoyahkah
kuda-kuda Amerika dan sekutunya. Bahkan reaksi Deplu dan Gedung
Putih di Washington agak berbeda. John Hughes, juru bicara Deplu
AS semula mengatakan "tidak ada hal baru" dari Praha. Tapi
Presiden Reagan kemudian menanggapinya secara serius, bahkan
memperkuat spekulasi yang beredar bahwa pertemuan puncak
Amerika-Soviet mungkin diadakan tahun ini juga.
Sementara itu Reagan, katanya, akan mengirim Wakil Presiden
George Bush mengadakan konsultasi dengan sekutu Amerika di Eropa
mulai 30 Januari. Suara kalangan NATO di Brussel agak sinis,
menganggap usulan paket Praha itu propaganda belaka. Dalam
bermacam variasi usul perdamaian memang sudah sering dicanangkan
oleh konperensi puncak Pakta Warsawa sejak 1956.
Propaganda atau bukan, Andropov tampaknya tidak mengabaikan
kesungguhan rencana NATO untuk memasang Pershing II dan senjata
nuklir lainnya di Eropa yang akan dihadapkan ke Uni Soviet.
Desember lalu, Andropov lantas menyatakan Uni Soviet bersedia
mengurangi senjata nuklir strategisnya 25% jika Amerika juga
berbuat serupa. Sikap NATO dingin saja terhadap keterangan
Andropov itu.
Kebetulan keadaan ekonomi kalangan anggota Pakta Warsawa sedang
memprihatinkan. Comecon terlalu memusatkan diri pada Moskow yang
ternyata juga lemah ekonominya -- mengharapkan gandum dari
Amerika. Anggotanya seperti Bulgaria mengeluh karena naiknya
harga minyak. Polandia masih meminta tambahan subsidi.
Mungkin karena itu pula, menurut pengamat Barat, lahir ofensif
perdamaian dari Praha. "Kami akan sambut paket perdamaian," kata
Reagan dalam suatu konperensi pers. Dia menghubungkan paket
Praha itu dengan perundingan perlucutan senjata Amerika-Soviet
di Jenewa, yang dinilainya memberi harapan.
Namun harian Pravda di Moskow telah menulis perundingan Jenewa
itu percuma saja. Mungkin perundingan Jenewa itu ada artinya,
tulis Pravda lagi, kalau Amerika dan NATO tidak mengarahkan
rudalnya ke Uni Soviet.
Buat sementara, tawaran perdamaian masing-masing selalu dengan
syarat, ada tapi . . . Pemerintahan Mitterand (Prancis)
menyatakan perjanjian baru dengan Pakta Warsawa mungkin baik,
tapi sebaiknya semua pihak mematuhi terlebih dulu semua
perjanjian yang telah ada.
Cukup banyak perjanjian itu, kata Kanselir Kohl dari Jerman
Barat. Terutama dia menyinggung Perjanjian Helsinki (1975) yang
pernah jadi puncak perundingan untuk mencapai detente. Berarti
peredaan ketegangan antara Timur-Barat, istilah muluk itu kini
jarang disebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini