SUDAH dua kali diumumkan gencatan senjata dalam seminggu. Belum
juga berhenti perang saudara di Tripoli, kota terbesar kedua di
Libanon.
Tripoli (berpenduduk 250.000) sekarang digambarkan "seperti
Beirut Barat sebelum Israel memasuki kota itu." Porak-poranda!
Sejak pertempuran itu meletus (31 Desember) sudah sekitar 100
orang tewas, termasuk wanita dan kanak-kanak, dan ditaksir
25.000 orang kehilangan tempat tinggal. Palang Merah
Internasional telah mengirimkan 1.450 bungkus bahan makanan
pekan lalu. Dan sekalipun mereka tidak kekurangan persediaan
darah, penduduk yang tetap bersembunyi di rumah mereka tidak
mempunyai air dan aliran listrik.
Terjadi perselisihan antara dua kelompok Muslim Libanon:
Pengikut Mazhab Sunni yang menentang kehadiran tentara Suriah,
dan golongan Alawiah yang mendukung uriah. Konflik berdarah ini
berjalan sejajar dengan pembicaraan segitiga
Libanon-Israel-Amerika untuk menyusun rencana perundingan
penarikan mundur pasukan asing dari negeri itu.
Suriah sekarang mempunyai sekitar 30.000 tentara di Libanon
sebagai pasukan pengawal perdamaian Arab berdasarkan perjanjian
1976, 10.000 daripadanya ditempatkan di sekitar Tripoli.
Kebetulan kaum Alawiah berkuasa sekarang di Suriah.
Agak berdekatan dengan tentara Suriah, di Lembah Bekaa, hadir
pula 10.000 tentara PLO. Dan Israel, sebagai akibat invasinya
Juni lalu, belum mau menarik sekitar 30.000 tentaranya. Di
samping itu, ada 4.000 tentara penjaga perdamaian berasal dari
Prancis, Italia dan Amerika. Mandat mereka berakhir 19 Desember
tapi Libanon sudah meminta perpanjangan.
"Kami berada dalam keadaan genting," kata PM Libanon Shafiq
al-Wazzan di Damaskus Sabtu lalu. Dia bertemu dengan Presiden
Hafez Assad dan PM Abdul Raouf Kasem. "Kami perlu berkonsultasi
dengan saudara-saudara karni di Suriah, terutama karena
peristiwa menyedihkan dan Tripoli," tambahnya. Tapi ketika dia
kembali ke Beirut pada hari yang sama ternyata gencatan senjata
kedua, yang dicapai hari Jumat lewat penengahan bekas PM Libanon
Rashid Karami, telah gagal. Gencatan senjata pertama dicapai
hari Rabu, tapi umurnya hanya sehari.
Sementara Karami berusaha mempertemukan pendapat Farouk
Mukhaddam, pemimpin kelompok anti-Suriah, dan Nasib Khateb yang
pro-Damaskus, gerilyawan PLO di bagian selatan Libanon
melanjutkan perjuangan melawan Israel. Sedikitnya 21 orang
Israel tewas atau luka, akibat serangan granat berbaling-baling
terhadap sebuah bis tentara Israel di luar Beirut.
Polisi Libanon yang personil maupun persenjataannya sangat minim
itu mencoba mengawal keamanan di Tripoli. Sedang dua kelompok
yang bermusuhan itu punya persenjataan jauh lebih lengkap.
Di Damaskus dalam suatu rapat umum untuk memperingati ulang
tahun ke-18 gerakan Al-Fatah, kelompok utama dalam PLO, Yasser
Arafat memperingatkan bahwa perjuangan bersenjata akan
diteruskan sampai terwujudnya negara Palestina yang merdeka. Dia
memuji komunike pertemuan terakhir Pakta Warsawa yang mendukung
hak mutlak rakyat Palestina mempunyai negara dengan ibukotanya
di Yerusalem.
Arafat jadi tamu Soviet di Moskow pekan ini. Dia baru saja
berada di Amman, untuk berunding dengan Raja Hussein, yang telah
berunding di Washington dengan Presiden Reagan. Washington konon
merestui peran Yordania dalam proses perdamaian Timur Tengah
berdasarkan Rencana Reagan.
Presiden Amerika itu menghendaki otonomi bagi rakyat Palestina
di daerah Tepi Barat Sungai Yordan dan Gaza dalam hubungan
dengan Yordania. Tapi Reagan menentang negara Palestina yang
merdeka.
Hanya beberapa hari setelah menerima Raja Hussein di Washington,
Reagan juga menerima kunjungan Presiden Israel, Yitzhak Navon.
Dia menyatakan harapan agar perjanjian perdamaian Camp David
1979 antara Israel dan Mesir menjadi model bagi hubungan Israel
dengan negara Arab lainnya di kemudian hari. Tapi hubungan
IsraelMesir, akibat invasi Israel ke Libanon, sudah semakin
renggang.
Navon seorang tokoh Partai Buruh yang kini beroposisi. Masa
jabatan kepresidenannya berakhir Mei mendatang. Terdapat
spekulasi yang kuat di Israel bahwa, dia akan tampil sebagai
calon pemimpin Partai Buruh yang kini retak karena persaingan
pribadi antara Ketua Shimon Peres dan bekas PM Yitzh. Rabin.
Navon dianggap sebagai saingan kuat bagi Menachem Begin dalam
pengalihan umum yang akan datang.
Memang hubungan Mesir-Israel merenggang. Presiden Hossni Mubarak
kini berpolitik mendekatkan Mesir dengan negara Arab lainnya.
Dia hampir berhasil. Malah Mubarak hari Minggu lalu
memperingatkan bahwa negara Arab hanya mempunyai enam bulan
sampai setahun untuk mencapai suatu penyelesaian dengan Israel
berdasarkan Usul Reagan. Dia mendesak Arafat dan Raja Hussein
supaya "berunding dan mencapai kesepakatan" sebelum kampanye
pemilihan presiden di Amerika mulai. Sebaliknya, dia menuduh
Presiden Hafez Assad berusaha merintangi perdamaian di Timur
Tengah.
Dalam suatu perkembangan lain, pemerintah Arab Saudi membatalkan
rencana kunjungan Menlu Inggris Francis Pym ke Riyadh, karena
penolakan Inggris menerima utusan Liga Arab. Utusan itu, di
bawah pimpinan Raja Hassan II dari Maroko, telah mengunjungi
Prancis, Cina, Uni Soviet dan Amerika Serikat untuk menjelaskan
Rencana Fez (Arab) bagi perdamaian Timur Tengah kepada anggota
tetap Dewan Keamanan PBB.
Inggris menolak perutusan itu karena kehadiran Farouk Kaddoumi,
wakil PLO. Sebenarnya Kaddoumi sendiri sudah bertemu dengan
Wakil Menlu Inggris, Douglas Hurd, pertengahan tahun lalu.
Rencana Fez itu dikeluarkan dalam pertemuan puncak Arab di Fez,
Maroko, tahun lalu. Secara terselubung Rencana Fez mengakui
negara Israel, sambil menghendaki suatu negara merdeka bagi
rakyat Palestina di Tepi Barat Sungai Yordan dan Gaza.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini