Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tripoli berdarah "seperti beirut"

Perang saudara di tripoli, kelompok pro dan anti suriah saling membunuh. pengikut mazhab sunni menentang kehadiran tentara suriah, sedang golongan alawiah mendukungnya. (ln)

15 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH dua kali diumumkan gencatan senjata dalam seminggu. Belum juga berhenti perang saudara di Tripoli, kota terbesar kedua di Libanon. Tripoli (berpenduduk 250.000) sekarang digambarkan "seperti Beirut Barat sebelum Israel memasuki kota itu." Porak-poranda! Sejak pertempuran itu meletus (31 Desember) sudah sekitar 100 orang tewas, termasuk wanita dan kanak-kanak, dan ditaksir 25.000 orang kehilangan tempat tinggal. Palang Merah Internasional telah mengirimkan 1.450 bungkus bahan makanan pekan lalu. Dan sekalipun mereka tidak kekurangan persediaan darah, penduduk yang tetap bersembunyi di rumah mereka tidak mempunyai air dan aliran listrik. Terjadi perselisihan antara dua kelompok Muslim Libanon: Pengikut Mazhab Sunni yang menentang kehadiran tentara Suriah, dan golongan Alawiah yang mendukung uriah. Konflik berdarah ini berjalan sejajar dengan pembicaraan segitiga Libanon-Israel-Amerika untuk menyusun rencana perundingan penarikan mundur pasukan asing dari negeri itu. Suriah sekarang mempunyai sekitar 30.000 tentara di Libanon sebagai pasukan pengawal perdamaian Arab berdasarkan perjanjian 1976, 10.000 daripadanya ditempatkan di sekitar Tripoli. Kebetulan kaum Alawiah berkuasa sekarang di Suriah. Agak berdekatan dengan tentara Suriah, di Lembah Bekaa, hadir pula 10.000 tentara PLO. Dan Israel, sebagai akibat invasinya Juni lalu, belum mau menarik sekitar 30.000 tentaranya. Di samping itu, ada 4.000 tentara penjaga perdamaian berasal dari Prancis, Italia dan Amerika. Mandat mereka berakhir 19 Desember tapi Libanon sudah meminta perpanjangan. "Kami berada dalam keadaan genting," kata PM Libanon Shafiq al-Wazzan di Damaskus Sabtu lalu. Dia bertemu dengan Presiden Hafez Assad dan PM Abdul Raouf Kasem. "Kami perlu berkonsultasi dengan saudara-saudara karni di Suriah, terutama karena peristiwa menyedihkan dan Tripoli," tambahnya. Tapi ketika dia kembali ke Beirut pada hari yang sama ternyata gencatan senjata kedua, yang dicapai hari Jumat lewat penengahan bekas PM Libanon Rashid Karami, telah gagal. Gencatan senjata pertama dicapai hari Rabu, tapi umurnya hanya sehari. Sementara Karami berusaha mempertemukan pendapat Farouk Mukhaddam, pemimpin kelompok anti-Suriah, dan Nasib Khateb yang pro-Damaskus, gerilyawan PLO di bagian selatan Libanon melanjutkan perjuangan melawan Israel. Sedikitnya 21 orang Israel tewas atau luka, akibat serangan granat berbaling-baling terhadap sebuah bis tentara Israel di luar Beirut. Polisi Libanon yang personil maupun persenjataannya sangat minim itu mencoba mengawal keamanan di Tripoli. Sedang dua kelompok yang bermusuhan itu punya persenjataan jauh lebih lengkap. Di Damaskus dalam suatu rapat umum untuk memperingati ulang tahun ke-18 gerakan Al-Fatah, kelompok utama dalam PLO, Yasser Arafat memperingatkan bahwa perjuangan bersenjata akan diteruskan sampai terwujudnya negara Palestina yang merdeka. Dia memuji komunike pertemuan terakhir Pakta Warsawa yang mendukung hak mutlak rakyat Palestina mempunyai negara dengan ibukotanya di Yerusalem. Arafat jadi tamu Soviet di Moskow pekan ini. Dia baru saja berada di Amman, untuk berunding dengan Raja Hussein, yang telah berunding di Washington dengan Presiden Reagan. Washington konon merestui peran Yordania dalam proses perdamaian Timur Tengah berdasarkan Rencana Reagan. Presiden Amerika itu menghendaki otonomi bagi rakyat Palestina di daerah Tepi Barat Sungai Yordan dan Gaza dalam hubungan dengan Yordania. Tapi Reagan menentang negara Palestina yang merdeka. Hanya beberapa hari setelah menerima Raja Hussein di Washington, Reagan juga menerima kunjungan Presiden Israel, Yitzhak Navon. Dia menyatakan harapan agar perjanjian perdamaian Camp David 1979 antara Israel dan Mesir menjadi model bagi hubungan Israel dengan negara Arab lainnya di kemudian hari. Tapi hubungan IsraelMesir, akibat invasi Israel ke Libanon, sudah semakin renggang. Navon seorang tokoh Partai Buruh yang kini beroposisi. Masa jabatan kepresidenannya berakhir Mei mendatang. Terdapat spekulasi yang kuat di Israel bahwa, dia akan tampil sebagai calon pemimpin Partai Buruh yang kini retak karena persaingan pribadi antara Ketua Shimon Peres dan bekas PM Yitzh. Rabin. Navon dianggap sebagai saingan kuat bagi Menachem Begin dalam pengalihan umum yang akan datang. Memang hubungan Mesir-Israel merenggang. Presiden Hossni Mubarak kini berpolitik mendekatkan Mesir dengan negara Arab lainnya. Dia hampir berhasil. Malah Mubarak hari Minggu lalu memperingatkan bahwa negara Arab hanya mempunyai enam bulan sampai setahun untuk mencapai suatu penyelesaian dengan Israel berdasarkan Usul Reagan. Dia mendesak Arafat dan Raja Hussein supaya "berunding dan mencapai kesepakatan" sebelum kampanye pemilihan presiden di Amerika mulai. Sebaliknya, dia menuduh Presiden Hafez Assad berusaha merintangi perdamaian di Timur Tengah. Dalam suatu perkembangan lain, pemerintah Arab Saudi membatalkan rencana kunjungan Menlu Inggris Francis Pym ke Riyadh, karena penolakan Inggris menerima utusan Liga Arab. Utusan itu, di bawah pimpinan Raja Hassan II dari Maroko, telah mengunjungi Prancis, Cina, Uni Soviet dan Amerika Serikat untuk menjelaskan Rencana Fez (Arab) bagi perdamaian Timur Tengah kepada anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Inggris menolak perutusan itu karena kehadiran Farouk Kaddoumi, wakil PLO. Sebenarnya Kaddoumi sendiri sudah bertemu dengan Wakil Menlu Inggris, Douglas Hurd, pertengahan tahun lalu. Rencana Fez itu dikeluarkan dalam pertemuan puncak Arab di Fez, Maroko, tahun lalu. Secara terselubung Rencana Fez mengakui negara Israel, sambil menghendaki suatu negara merdeka bagi rakyat Palestina di Tepi Barat Sungai Yordan dan Gaza.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus