Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Orang Baru Dan Muda

Dia masih berusia 32 tahun. Tapi Abdel Malek al-Houthi telah memimpin kekuatan yang melumpuhkan pemerintah di Sanaa. Bahkan, dua pekan lalu, komunitas Houthi dengan sayap politiknya, Ansarallah, melakukan kudeta yang membuat Yaman di ambang perang saudara.

16 Februari 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia masih berusia 32 tahun. Tapi Abdel Malek al-Houthi telah memimpin kekuatan yang melumpuhkan pemerintah di Sanaa. Bahkan, dua pekan lalu, komunitas Houthi dengan sayap politiknya, Ansarallah, melakukan kudeta yang membuat Yaman di ambang perang saudara.

Abdel Malek al-Houthi, yang juga dikenal dengan Abu Jibril, lahir pada 1982 di Provinsi Saadah, dekat perbatasan dengan Arab Saudi. Ada sumber lain yang mengatakan dia lahir pada 1979. Abdel Malek adalah anak termuda dari delapan bersaudara, anak Badreddin al-Houthi, ulama terkenal sekte Syiah Zaidi, yang merupakan 30 persen penduduk Provinsi Saadah. Kakaknya, Hussein Badreddin al-Houthi, mulai memimpin perjuangan masyarakat Houthi pada 2004.

Ketika kakaknya tewas, Abdel Malek menggantikannya memimpin kelompok perlawanan bersenjata. Saat itu ia berusia 23 tahun.

Ketika ayahnya meninggal pada 2005, Abdel Malek al-Houthi menggantikannya memimpin komunitas Houthi. Pemerintah terus berusaha menangkapnya. Namun ia seolah-olah tak terdeteksi. "Syekh kami berada di tempat yang aman," kata juru bicara Houthi, Ali al-Emad, kepada Middle East Eye.

Gelombang revolusi di negara-negara muslim pada 2011 membuat Abdel Malek bergeser. "Kalau melihat pidato Abdel Malek sebelum 2011, mereka gembar-gembor anti-Amerika, anti-Arab Saudi, menyerukan hak Zaidi," kata Fernando Carvajal, mantan konsultan lembaga swadaya masyarakat di Yaman. "Setelah gelombang revolusi, dia mulai berpidato soal bangsa, soal ketidakadilan, harga minyak, serangan drone."

Kekuatan kelompok Houthi semakin mencengkeram. Apalagi banyak anak muda terpesona. "Kalau kita melihat pemimpin Yaman di partai berkuasa dan oposisi, mereka semua orang tua, seumuran kakek-kakek kita. Orang ini baru, dan dia muda," kata seorang pendukung, Hossein al-Bokhaiti. "Semua orang tahu bahwa revolusi telah gagal. Dia satu-satunya yang berani berdiri tegak dan lantang mengatakannya."

Tapi Bokhaiti tak ingin Abdel Malek menjadi presiden. "Kami lebih suka dia tetap menjadi pemimpin kami, pemimpin spiritual. Ketika seseorang menjadi presiden, dia hanya bisa berkuasa selama dua periode. Jadi lebih baik tetap di atas politik."

Purwani Diyah Prabandari (middle East Eye, Bbc)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus