Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Darurat Sumbangan Untuk Perang

Ivan Rodichenko menunjukkan foto seorang pemuda mengenakan kaus dan sandal Crocs dengan senapan AK-47 tersampir di punggung. "Ini yang harus kami kenakan di garis depan ketika perang," katanya seperti dikutip Foreign Policy dua pekan lalu.

16 Februari 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ivan Rodichenko menunjukkan foto seorang pemuda mengenakan kaus dan sandal Crocs dengan senapan AK-47 tersampir di punggung. "Ini yang harus kami kenakan di garis depan ketika perang," katanya seperti dikutip Foreign Policy dua pekan lalu.

Rodichenko menunjukkan foto lain dari layar iPad-nya. Kali ini foto orang berseragam, lengkap dengan sepatu bot khusus untuk perang melawan pemberontak Crimea, yang disokong Rusia. "Kami membeli (perlengkapan) ini sendiri dengan uang yang kami kumpulkan."

Intel Batalion Pertahanan Wilayah Kievan Rus itu mengeluhkan masalah kekurangan persenjataan dan perlengkapan yang dihadapi pasukannya. Padahal pasukan sipil sukarela di bawah Kementerian Pertahanan itu ditempatkan di garis depan dalam perang yang hingga kini sudah menelan 5.300 korban jiwa tersebut. Bantuan dari Amerika Serikat sejauh ini hanya berupa kacamata malam, baju baja, dan bantuan non-vital lainnya.

Demi membiayai pasukan Kievan Rus, Rodichenko menggalang bantuan dana di Manhattan, New York, Amerika Serikat. Mulanya dia terbang ke kota itu pada awal Januari karena seorang kawan memperingatkan situasi di Kiev tak aman bagi orang vokal seperti dia. Pebisnis 34 tahun ini memiliki Studio Show Time, sebuah agensi artis dan pertunjukan.

Rencananya Rodichenko hanya akan berada di New York selama empat bulan. Namun situasi keamanan Ukraina semakin tak memungkinan untuk pulang kepada istri dan satu anaknya. "Saya akan mati jika tetap di Ukraina." Mengetahui pasukan Kievan Rus butuh bantuan, ia akhirnya tergerak mengumpulkan sumbangan melalui pertemuan komunitas terbatas di sana. Dia menyampaikan perkembangan terbaru kondisi perang di garis depan kawasan timur Ukraina, Donetsk, dan Luhansk atau biasa disebut Donbass.

Selain menggelar pertemuan langsung, Rodichenko menggalang dana secara online. Di Facebook, Romanka Zajac, yang mengaku teman Rodichenko, membantu penggalangan dana. Mereka membuat halaman "Help the 25th Territorial Defense Battalion Kyiv". Ia juga menyertakan tautan ke video YouTube berjudul "Permohonan kepada Diaspora Ukraina".

Para pengumpul dana itu juga memanfaatkan situs crowdrise.com. Mereka menjanjikan semua uang yang didapat akan didokumentasikan. Hingga pembaruan halaman pada 11 Oktober 2014, tercatat ada 107 donasi senilai US$ 17 ribu melalui situs itu. Namun, menurut Zajac, pasukan Ukraina masih perlu lebih banyak sumbangan. "Sekarang kami membutuhkan bantuan Anda untuk mengumpulkan US$ 10 ribu lagi!" kata Zajac di Facebook. Belakangan, mereka menaikkan lagi targetnya menjadi US$ 25 ribu (lebih dari Rp 320 juta).

Uang sumbangan rencananya akan digunakan untuk membeli helm, rompi antipeluru, peralatan radio, senter, pisau saku, ponco, makanan, hingga kantong tidur dan tisu toilet. Para personel pun memerlukan perlengkapan musim dingin, seperti baju hangat, kaus kaki, sarung tangan, dan termos.

Selain itu, Rodichenko berdemonstrasi di Washington dan menemui anggota Kongres. Pria yang dikenal sebagai spesialis hubungan masyarakat dan pegiat media sosial ini bahkan mendirikan solidaritas Komite Kongres Ukraina di Amerika. Memanfaatkan kekhawatiran negara Eropa terhadap tingkah Rusia, Rodichenko membentuk Dewan Solidaritas Amerika-Eropa. Tak aneh bila ia pernah berhasil mengumpulkan hingga US$ 500 ribu.

Selain Rodichenko, ada Luba Tsisar. Warga keturunan Ukraina di Alberta, bagian barat Kanada, ini berupaya menggalang bantuan. Pemilik Toko Orbit Ukrainian ini menjadikan tokonya sebagai pusat pengumpulan logistik untuk tentara Ukraina. Ia kemudian mengapalkan jaket dan sepatu bot yang terkumpul.

Usaha Tsisar mengundang simpati bukan hanya dari warga Ukraina di sana, tapi juga perusahaan setempat. "Kami khawatir bagaimana mereka bertahan di musim dingin," ujarnya seperti dilaporkan CBC, Rabu pekan lalu. Dalam empat bulan terakhir dia mampu mengirim hingga tiga ton pasokan, dengan subsidi dari bisnisnya sendiri.

Atmi Pertiwi (foreign Policy, Cbc, The Epoch Times, Crowdrise)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus