Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Petaka Bagi Anak-anak India

DUA petugas dari organisasi perlindungan anak memeluk erat seorang gadis saat ia berjalan menuju kantor polisi. Lakshmi-nama samaran gadis itu-baru saja diselamatkan oleh polisi dalam operasi penggerebekan rumah yang mempekerjakan anak di bawah umur.

16 Februari 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA petugas dari organisasi perlindungan anak memeluk erat seorang gadis saat ia berjalan menuju kantor polisi. Lakshmi-nama samaran gadis itu-baru saja diselamatkan oleh polisi dalam operasi penggerebekan rumah yang mempekerjakan anak di bawah umur.

Gadis 13 tahun itu diculik empat tahun lalu dari desanya di sebelah timur laut India oleh pria tak dikenal. Kepada polisi dan konselor yang menyelamatkannya, Lakshmi mengaku diperkosa oleh pria yang menculiknya dan dijual kepada agen penyalur tenaga kerja ilegal.

Saat diselamatkan oleh polisi, Lakshmi tengah bekerja di sebuah rumah penduduk di wilayah Delhi barat. Kegiatannya sehari-hari memasak, membersihkan rumah, dan merawat anak-anak majikannya. Selama empat tahun bekerja, Lakshmi tak pernah mendapat upah karena gajinya diambil oleh agen penyalur.

"Aku tidak diizinkan beristirahat. Jika aku melakukan sesuatu yang salah atau yang tak mereka inginkan, mereka akan memukulku. Jika aku ingin duduk sebentar karena kelelahan, mereka akan berteriak kepadaku," kata Lakshmi kepada BBC, Kamis dua pekan lalu.

Ia juga mengaku tak pernah diizinkan meninggalkan rumah. Hal ini membuat Lakshmi tak tahu bahwa ia sedang berada di Delhi. Orang yang mempekerjakannya mengatakan ia berada di Madras, kota di India selatan.

Kisah Lakshmi merupakan bagian dari operasi yang dilakukan kepolisian India untuk menyelamatkan anak-anak yang dipekerjakan secara paksa. Selama 10 hari operasi (sejak 24 Januari), polisi berhasil membebaskan ratusan anak dari berbagai pabrik, pertokoan, dan rumah penduduk di Kota Hyderabad. Hampir semua anak itu ditemukan dalam kondisi menyedihkan karena dipaksa bekerja belasan jam dan berada dalam kondisi lingkungan kotor.

"Sejauh ini sekitar 350 anak telah diselamatkan dan kami sedang dalam proses mencari tahu berapa anak lagi yang dipaksa bekerja," ujar Komisaris Polisi Wilayah Hyderabad M. Mahender Reddy, seperti dilansir New Delhi Television. Sebagian besar anak itu berasal dari Distrik Gaya, Jehanabad, Nalanda, dan Nawada Bihar.

Dalam penggerebekan terakhir, pada pengujung Januari lalu, polisi India membebaskan 120 anak dari pabrik pengolahan kulit dan plastik di Hyderabad, ibu kota Negara Bagian Andhra Pradesh. Rata-rata anak yang dipekerjakan itu berusia 8-18 tahun dan sebagian besar ditemukan dalam keadaan sakit, berbadan kurus, dan mengalami trauma.

"Kami menemukan anak-anak terkungkung di tempat kerja mereka dalam kondisi yang tak manusiawi, menderita berbagai penyakit kulit kronis, dan kurang makan. Mereka mengalami trauma dan tampak terguncang," kata V. Satyanarayana, Wakil Komisaris Polisi Hyderabad.

Polisi memulai razia besar-besaran terhadap puluhan toko yang terletak di gang-gang sempit dan padat penduduk untuk menemukan pekerja anak di bawah umur setelah mendapat informasi dari aktivis pemerhati anak dan sejumlah informan polisi. Pekan sebelumnya, polisi berhasil menyelamatkan 220 anak dari hasil penggerebekan berbagai pertokoan di daerah selatan Hyderabad.

Total 31 pedagang anak dan penyalur telah ditangkap. Mereka ditahan atas tuduhan perbudakan anak. Hampir 200 anak yang diselamatkan polisi dikirim ke Bihar, sebelah utara India, awal pekan ini. Bihar merupakan salah satu negara bagian termiskin di India.

Satyanarayana menyatakan kondisi anak-anak yang dipekerjakan secara ilegal itu sangat tak manusiawi. Anak-anak ditempatkan dalam kamar suram dengan ventilasi minim dan paparan gas berbahaya. Mereka dipaksa bekerja selama 16 jam sehari tanpa istirahat. Jika tak menurut, mereka diancam dengan kekerasan dan tak diberi makan.

Para pemilik pabrik mengatakan mendapat pasokan pekerja anak dari agen penyalur atau dari pedagang anak. Masih banyak orang tua yang menjual anaknya kepada para pedagang dengan kisaran harga antara 5.000 rupee (sekitar Rp 1,03 juta) dan 10 ribu rupee (setara dengan Rp 2,05 juta) per anak.

Sebenarnya India telah memiliki undang-undang yang ditujukan untuk memerangi pekerja anak, termasuk program wajib belajar hingga usia 14 tahun. Namun upaya ini dianggap tak cukup karena India masih memiliki jutaan pekerja anak.

Menurut sensus pemerintah India pada 2011, ada 4,35 juta anak-anak bekerja sebagai pembantu rumah tangga, penjaga restoran kaki lima, dan menjadi buruh di pabrik-pabrik. Pengamat menilai jumlah pekerja anak yang sebenarnya jauh lebih tinggi daripada angka itu meski lebih dari 20 tahun India memiliki undang-undang pelarangan pekerja anak-anak.

Tingginya angka tersebut tak lepas dari peran orang tua. Banyak orang tua yang mengirim anak-anak mereka bekerja di rumah orang lain atau di pabrik-pabrik karena alasan kemiskinan. Sedangkan kasus lain, banyak anak yang diculik dari keluarga mereka dan diperdagangkan ke berbagai daerah. Setidaknya satu anak hilang setiap delapan menit di India, dan hampir setengah dari mereka tak pernah ditemukan.

Usaha penghentian perbudakan anak telah dilakukan para aktivis India. Salah satunya Kailash Satyarthi, yang tahun lalu meraih Hadiah Nobel Perdamaian atas usahanya menentang pekerja anak dan menyelamatkan anak-anak dari perbudakan.

Satyarthi, yang juga Kepala Bachpan Bacchao Andolan, badan amal bagi anak-anak, mengatakan anak rentan menjadi tenaga kerja yang dibayar murah, khususnya perempuan. Bachpan Bacchao Andolan memperkirakan hanya di satu daerah, Kota Rangpura di Negara Bagian Assam, setidaknya 16 gadis hilang dalam kurun tiga-empat tahun.

"Permintaan terhadap tenaga kerja murah berkontribusi terhadap perdagangan anak dari daerah terpencil di India untuk dikirim ke kota-kota besar. Ini merupakan bagian paling ironis bagi pertumbuhan India," kata Satyarthi, yang memperkirakan ada 60 juta pekerja anak di India.

Berdasarkan indeks perbudakan global yang dirilis The Walk Free Foundation, kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Australia, pada November 2014, India menjadi negara dengan jumlah budak tertinggi. Dari 167 negara yang masuk daftar indeks, India menjadi negara dengan jumlah budak paling tinggi. Sekitar 14,3 juta orang, dari total populasi 1,25 miliar penduduk India, menjadi korban perbudakan, dari pekerja seks hingga pekerja paksa, termasuk anak-anak.

Kushal Singh, Kepala Komisi Nasional Perlindungan Hak Asasi Anak, menyayangkan undang-undang pelarangan pekerja anak yang sudah tak benar-benar sesuai dengan situasi saat ini di India. Aturan menyebutkan anak-anak di bawah usia 14 tahun tak boleh dipekerjakan di industri kategori berbahaya. "Apakah ini berarti industri yang tak berbahaya diperbolehkan mempekerjakan anak-anak berusia dua tahun?" ujarnya.

Masalahnya, ada faktor struktural yang tak terelakkan. Di India bagian utara, eksploitasi terhadap anak-anak itu merupakan praktek yang diterima penduduk setempat sebagai alasan mengurangi kemiskinan. Banyak anak dipekerjakan di industri karpet tenun dengan upah sangat rendah. Yang mencemaskan adalah para pekerja anak menghadapi risiko sangat tinggi mendapat kekerasan fisik dan seksual.

Pejabat kesejahteraan tenaga kerja India mengatakan operasi penggerebekan di pabrik-pabrik untuk memeriksa pekerja anak saat ini akan dilakukan dua kali dalam sebulan. "Kami mengambil langkah-langkah efektif untuk membasmi mafia pemasok anak-anak ke negara-negara bagian lain untuk dipekerjakan di industri yang berbahaya, seperti di Hyderabad," kata R.V. Chandravan, Sekretaris Utama Departemen Tenaga Kerja.

Rosalina (bbc, Reuters, Al-arabiya, Ndtv)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus