SELURUH jaringan teve Inggris tiba-tiba menghentikan programnya.
Pirsawan yang lagi asyik menyaksikan film Rio Lobo yang
dibintangi John Wayne seketika menjadi marah. 'rapi beberapa
detik kemudian mereka membaca pengumuman bahwa akan ada siaran
langsung mengenai operasi pembebasan sandera di kedutaan besar
Iran di London. Malam itu (5 Mei), para pirsawan di Inggris
menyaksikan suatu siaran hidup yang lebih mengasyikkan.
Sejak 5 orang teroris yang berasal dari Khuzistan menduduki
gedung kedubes Iran, 30 April, beberapa stasiun teve sibuk
mencari posisi untuk bisa menempatkan kamera masing-masing.
Sementara kelompok anti atau pun pro Ayatullah Khomeini yang
berada di London muncul dalam rentetan demonstrasi yang menambah
repotnya polisi Inggris. Pada jam tertentu mereka melakukan
shalat secara terpisah. Hal ini sempat menimbulkan ejekan.
Beberapa pemuda Inggris yang menyaksikan mereka lagi sembahyang
mencoba menirukannya dengan bercanda.
Letak gedung itu berdekatan dengar Hyde Park, tempat siapa saja
boleh berpidato seenaknya. Ramai pula pidato kelompok orang Iran
baik yang pro pemrintah sekarang ataupun yang anti di situ. Dan
ini tentu saja tak dilewatkan oleh kaum turis. Sementara
sejumlah orang melakukan jogging di sekitar wilayah taman.
Hari kelima, kesibukan semakin terasa di halaman luar gedung
itu. Dengan berpakaian buruh perusahaan gas, sejumlah orang
kelihatan sibuk mencari pipa yang rusak. Ada pula yang kelihatan
serius melubangi aspal dengan mesin pembor, yang menimbulkan
kebisingan. Itu rupanya disengaja karena sebagian "buruh" itu
sedang membuka atap kedutaan. Kemudian diketahui bahwa mereka
adalah anggota Special Air Service (SAS), yang selama ini
dikenal sebagai pasukan anti-teroris. "Siapa yang berani akan
menang," begitu semboyan mereka.
Kaum teroris bersenjata yang menyandera 19 staf kedubes Iran itu
rupanya sudah tidak sabar lagi. Mereka menuntut supaya 91 orang
teman mereka dibebaskan dari penjara Iran. Tapi karena tak akan
dipenuhi pemerintah Iran, mereka membatalkan semua tuntutan
tadi, lantas meminta sebuah pesawat terbang untuk membawa mereka
dan sandera keluar dari Inggris.
Permintaan ini pun tidak dipenuhi pemerintah Inggris. "Kami di
Inggris tidak bersedia mentolerir teroris," kata Menteri Dalam
Negeri William Whitelaw. Menjelang jam 13.00 perundingan antara
polisi dan kelompok teroris itu menghadapi jalan buntu.
Tiba-tiba ketenangan di dalam gedung diganggu oleh serentetan
bunyi tembakan. Polisi yang berada di luar sibuk mencari tempat
perlindungan. Setengah jam kemudian polisi menerima telepon dari
kelompok teroris bahwa mereka sudah. membunuh seorang sandera.
Jam 17.00, sesosok mayat yang dibungkus terpal biru didorong ke
luarpintu depan kedutaan. Dan kelompok teroris mengancam: jika
tuntutan mereka tidak dipenuhi mereka akan membunuh seorang
sandera setiap setengah jam.
Menjelang jam 18.00, rentetan tembakan terdengar lagi dari dalam
gedung. Polisi sekali lagi mengambil mayat.
Jam 18.30, Kepala Polisi Metro London, Sir David McNee,
meyampaikan pesan melalui telepon kepada kaum teroris itu. Kali
ini dia menggunakan nomor pesawat yang ada di lantai bawah.
Berbeda dengan pesan-pesan sebelumnya, McNee sekali ini tidak
mau berbicara melalui perantara, yaitu 2 anggota kepolisian yang
juga ikut disandera. Dia minta berbicara langsun dengan
pemimpin kelompok teroris itu untuk memberi kesan seakan-akan
dia menerima tuntutan mereka. Selama pembicaraan itu berlangsung
kaum teroris sempat menanyakan apakah bis yang akan membawa
mereka ke lapangan terbang ditempatkan di bagian depan atau
belakang gedung.
Selepas jam 19.00, atas izin Menteri Dalam Negeri, SAS mendapat
perintah penyerbuan. Dalam waktu 10 menit 20 orang SAS itu sudah
siap. Tiap satuan mereka terdiri dari 4 orang. Sebagian memakai
topeng gas, atau hanya topeng biasa. Beberapa menit kemudian
ledakan yang sangat keras terdengar dari dalam gedung. SAS
rupanya menggunakan 'bom pengaget' untuk menarik perhatian orang
yang ada di dalam. Sementara beberapa anggota SAS masuk melalui
cerobong asap. Sedang 2 orang masuk dari pintu depan. Mereka
juga meledakkan 'bom pengaget'. Akhirnya kelompok teroris itu
tertangkap.
Belum Ada Bukti
Menurut cerita seorang polisi yang ikut disandera, dia sempat
menangkap kaki salah seorang penyandera ketika bom itu meledak.
Penyandera itu terjatuh. Seorang anggota SAS datang dan langsung
menembaknya. Di antara sandera yang masih di dalam gedung tak
ada yang luka, sementara 4 dari 5 penyandera itu mati di tempat,
sedang satu lainnya ditangkap dalam keadaan luka-luka. Adegan
yang berlangsung hanya beberapa menit itu sempat membuat bangsa
Inggris bangga dengan cara yang ditempuh SAS.
Dari Iran datang ucapan terima kasih. Presiden Abollhassan Bani
Sadr dalam kawatnya kepada PM Margaret Thatcher mengatakan "Saya
ingin sekali menyampaikan terima kasih saya atas keteguhan
angkatan kepolisian anda selama menghadapi penyanderaan yang
tidak adil itu."
Sejak peristiwa itu pemerintah Inggris mulai mencurigai
permainan kedutaan besar Irak di London. Kejadian ini, menurut
sumber diplomatik di London, tidak bisa dilepaskan dengan
rentetan pertentangan antara Iran dan Irak. Tapi belum ada bukti
bahwa Irak menghasut kaum Khuzistan, penyandera.
Memang sekitar 1« juta penduduk Arab yang berdiam di wilayah
Khuzistan -- juga biasa disebut Arabistan yang terletak di
bagian barat daya Iran -- sedang memperkeras tuntutan mereka
bagi otonomi wilayah itu. Soalnya mereka merasa dianaktirikan.
Selama ini hasil terbesar minyak Iran datang dari daerah
Khuzistan. Tapi kondisi itu sama sekali tak menguntungkan
mereka. Khuzistan adalah daerah termiskin bila dibanding dengan
provinsi lain.
Tapi Iran menuduh bahwa aksi penyanderaan ini dilakukan atas
kerjasama Irak-Amerika Serikat. Kedua negara itu sekarang
menjadi musuh Iran. Apakah tuduhan ini benar? Sesungguhnya Irak
dan AS tidak bersahabat, bahkan tidak mempunyai hubungan
diplomatik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini