KETIKA jenazahnya masih disemayamkan selama 4 hari di gedung
Parlemen, saban hari ratusan ribu penduduk Yugoslavia
menyampaikan penghormatan. Mereka berantri panjang melewati
keranda yang diletakkan di tengah ruangan oval di dalam gedung
yang berusia 60 tahun itu.
Barisan para pelayat bermuara dari dua jalan besar. Yang pertama
dari Bulevar Revolucije sedangkan yang satu lagi dari Ulisa
(jalan) Takovska. Terkadang seorang pelayat memerlukan 6 jam
baru bisa mencapai ruangan jenazah. Seringkali mereka masih
harus bersabar untuk memberikan kesempatan kepada para pemimpin
luar negeri yang datang melayat. "Tak apa-apa saya harus
menunggu begitu lama. Di dunia ini hanya ada satu Tito," kata
seorang buruh yang berjanggut putih.
Peti jenazah Tito ditutupi dengan bender,a nasional Yugoslavia
yang biru-putih-Merah warnanya dengan sebuah bintang di
tengah. Pada bagian depan, dekat kaki jenazah, berjejer di
kain beledu merah, 20 bintang jasa yang pernah diperolehnya.
Termasuk 3 bintang pahlawan nasional.
Hanya tamu agung dari luar negeri yang diperkenankan meletakkan
karangan bunga. Orang Yugoslavia dianjurkan untuk menyumbangkan
uang mereka sebagai pengganti bunga, kepada Dana Beasiswa Tito
untuk kaum buruh.
Utusan Indonesia, Wakil Presiden Adam Malik, meletakkan karangan
bunga ros berwarna merah. Rombongan yang dipimpinnya mandek
setengah jam karena wakil negara lain yang datang lebih dulu.
Mengenakan pakaian gelap, Adam Malik tafakur sejenak lantas
mengucapkan doa.
Koran-koran di Beograd memberikan tempat khusus untuk PM Zambia
Dr Kenneth Kaunda yang beberapa saat lamanya berdiri sambil
menangis dekat keranda. Presiden Italia Pertini juga tak bisa
menahan air mata. PM India Indira Gandhi dan ibu Presiden AS,
Lilian Carter, tampak menahan kesedihan. Namun orang Yugoslavia
kabarnya kurang puas karena Jimmy Carter sendiri tak hadir.
Di beberapa kantor pemerintahan dan partai komunis tersedia buku
pernyataan dukacita. Di berbagai hotel yang dibanjiri para tamu
disediakan juga buku dukacita itu yang dijaga oleh seorang
laki-laki dan seorang perempuan secara bergantian tiap 1 jam.
"Meninggalnya Tito merupakan kehilangan besar, bukan saja
dirasakan oleh rakyat Yugoslavia, tapi pun juga oleh seluruh
rakyat Indonesia," tulis Adam Malik dalam buku catatan di Gedung
Negara.
Pemakaman yang berlangsung 8 Mei merupakan prosesi paling besar
setelah upacara pemakaman Raja Alexander yang terbunuh tahun
1934. Raja inilah yang memberikan nama Yugoslavia untuk Serbia,
Croatia dan Slovenia yang berada di bawah tahtanya. Rakyat sejak
pagi-pagi benar sudah berdiri menunggu di sepanjang jalan raya
yang akan dilalui iring-iringan jenazah.
Pelataran gedung Parlemen hari itu tempat pertemuan puncak para
negarawan. Antara lain Hua Guofeng, Leonid Brezhnev dan Walter
Mondale hadir di antara tak kurang dari 4 raja, 5 pangeran, 33
presiden, 8 wakil presiden, 21 perdana menteri, 9 wakil perdana
menteri dan 3 pemimpin gerakan pembebasan nasional. Seluruhnya
sekitar 200 pemimpin pemerintahan dan organisasi dari 115 negara
yang berpenduduk 3,7 milyar berada di situ.
Matahari memancar lembut. Cuaca sekitar 17ø C. Para pengunjung
diam. Suasana berkabung terasa meliputi selumh kota yang
berpenduduk 1,4 juta itu. Angkutan umum terhenti. Di tiap pojok
terdengar lagu-lagu duka yang sudah sejak hari Minggu
berkumandang dari gedung Parlemen.
Tiga menit menjelang jam 12 siang Jovanka muncul. Istri Tito
yang menghilang sejak 3 tahun 1alu itu berpakaian serba hitam.
Sebentar-sebentar dia menyeka air mata. Dia diapit oleh kedua
putra Tito dari istri terdahulu, Misho dan Zarko, serta seorang
menantu. Mereka berada hanya beberapa langkah dari kereta
pembawa meriam yang ditarik sebuah jeep terbuka.
Ketika jam tua di kantor pos yang terletak di seberang gedung
Parlemen itu berdentang 12 kali, keranda Tito yang terbuat dari
kayu oak diusung keluar. Perlahan-lahan keranda itu diusung
menuruni tangga oleh 8 orang jenderal dari Tentara Rakyat
Yugoslavia. Keranda yang kuning keemasan kelihatan kontras
sekali dengan karpet merah yang melapisi anak tangga dan pakaian
hitam para pelayat yang berdiri tak jauh dari situ.
Suasana sedih semakin menekan ketika keranda Tito dinaikkan ke
atas kereta. Di belakang tali pemisah di seberang jalan gedung
Parlemen itu seorang tua yang dari tadi berdiri tegak dengan
bantuan tongkatnya tak kuat menahan tangis.
Setengah jam lamanya jenazah Tito diletakkan di atas kereta itu
menunggu Ketua Presidium Komite Sentral Liga Komunis Yugoslavia,
Stevan Doronjski, mengucapkan pidato pujaan. "Meskipun beliau
dengan teguh memegang disiplin bukanlah suatu kebetulan bahwa
Kawan Tito sekaligus menentang pemenggalan kepala terhadap
orang-orang yang melakukan kesalahan dalam partai. Prinsip
kesetiakawanan dan sikap humanistis ini merupakan warisan yang
mulia bagi kita," katanya.
Kereta jenazah digiring 10 perwira militer dan 10 orang buruh.
Di belakangnya Jovanka yang mengenakan sepatu tumit tinggi dan
kedua anak Tito serta menantu. Menyusul pimpinan negara dan
partai dari 6 negara-bagian dan 2 daerah otonom. Tim 8 dokter
yang merawatnya di Ljubjana juga turut serta berbaris. Jalan
sepanjang 4 km yang diapit ratusan ribu penduduk baru selesai
ditempuh dalam 2 jam. Seluruh Yugoslavia yang berpenduduk 22
juta itu dapat menyaksikan jalannya pemakaman lewat siaran
langsung televisi.
"Rakyat Yugoslavia bersumpah bahwa revolusi mereka akan tetap
tak tergoyahkan dalam kewajiban fundamentalnya, manusiawi dalam
tindak-tanduknya demi memperluas ruang bagi kebebasan manusia
serta tak kenal ampun menentang siapa saja yang mau merusak
kemajuan dan mencerai-beraikan tujuannya," kata Presiden Lazar
Kolisevski dalam pidato perpisahannya di pemakaman (lihat
box).
Diiringi lagu Internasionale 8 perwira angkatan perang
memasukkan keranda ke dalam kuburan yang terbuat dari batu
pualam putih. Kemudian menyusul lagu kebangsaan, tembakan salvo,
lonceng gereja dan sirene kapal dari Sungai Danube dan Sava.
Semula pimpinan pemerintahan dan partai bermaksud membuat
mausoleum untuk Tito. Tapi karena kondisi badannya sudah begitu
menyedihkan, rencana itu diurungkan. Kakinya sudah hilang
sebelah dan berat badannya menjelang ajal tinggal 35 kg.
Nyatanya Tito dikuburkan sesuai dengan permintaannya sendiri. Di
pekarangan rumah yang sudah dibelinya secara mencicil. Di tengah
kebun mawar yang ia rawat sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini