Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perjalanan Kebesaran Terakhir ...

Laporan martin aleida ketika mengikuti rombongan adam malik pada pemakaman presiden yugoslavia josip broz tito. (ln)

17 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA jenazahnya masih disemayamkan selama 4 hari di gedung Parlemen, saban hari ratusan ribu penduduk Yugoslavia menyampaikan penghormatan. Mereka berantri panjang melewati keranda yang diletakkan di tengah ruangan oval di dalam gedung yang berusia 60 tahun itu. Barisan para pelayat bermuara dari dua jalan besar. Yang pertama dari Bulevar Revolucije sedangkan yang satu lagi dari Ulisa (jalan) Takovska. Terkadang seorang pelayat memerlukan 6 jam baru bisa mencapai ruangan jenazah. Seringkali mereka masih harus bersabar untuk memberikan kesempatan kepada para pemimpin luar negeri yang datang melayat. "Tak apa-apa saya harus menunggu begitu lama. Di dunia ini hanya ada satu Tito," kata seorang buruh yang berjanggut putih. Peti jenazah Tito ditutupi dengan bender,a nasional Yugoslavia yang biru-putih-Merah warnanya dengan sebuah bintang di tengah. Pada bagian depan, dekat kaki jenazah, berjejer di kain beledu merah, 20 bintang jasa yang pernah diperolehnya. Termasuk 3 bintang pahlawan nasional. Hanya tamu agung dari luar negeri yang diperkenankan meletakkan karangan bunga. Orang Yugoslavia dianjurkan untuk menyumbangkan uang mereka sebagai pengganti bunga, kepada Dana Beasiswa Tito untuk kaum buruh. Utusan Indonesia, Wakil Presiden Adam Malik, meletakkan karangan bunga ros berwarna merah. Rombongan yang dipimpinnya mandek setengah jam karena wakil negara lain yang datang lebih dulu. Mengenakan pakaian gelap, Adam Malik tafakur sejenak lantas mengucapkan doa. Koran-koran di Beograd memberikan tempat khusus untuk PM Zambia Dr Kenneth Kaunda yang beberapa saat lamanya berdiri sambil menangis dekat keranda. Presiden Italia Pertini juga tak bisa menahan air mata. PM India Indira Gandhi dan ibu Presiden AS, Lilian Carter, tampak menahan kesedihan. Namun orang Yugoslavia kabarnya kurang puas karena Jimmy Carter sendiri tak hadir. Di beberapa kantor pemerintahan dan partai komunis tersedia buku pernyataan dukacita. Di berbagai hotel yang dibanjiri para tamu disediakan juga buku dukacita itu yang dijaga oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan secara bergantian tiap 1 jam. "Meninggalnya Tito merupakan kehilangan besar, bukan saja dirasakan oleh rakyat Yugoslavia, tapi pun juga oleh seluruh rakyat Indonesia," tulis Adam Malik dalam buku catatan di Gedung Negara. Pemakaman yang berlangsung 8 Mei merupakan prosesi paling besar setelah upacara pemakaman Raja Alexander yang terbunuh tahun 1934. Raja inilah yang memberikan nama Yugoslavia untuk Serbia, Croatia dan Slovenia yang berada di bawah tahtanya. Rakyat sejak pagi-pagi benar sudah berdiri menunggu di sepanjang jalan raya yang akan dilalui iring-iringan jenazah. Pelataran gedung Parlemen hari itu tempat pertemuan puncak para negarawan. Antara lain Hua Guofeng, Leonid Brezhnev dan Walter Mondale hadir di antara tak kurang dari 4 raja, 5 pangeran, 33 presiden, 8 wakil presiden, 21 perdana menteri, 9 wakil perdana menteri dan 3 pemimpin gerakan pembebasan nasional. Seluruhnya sekitar 200 pemimpin pemerintahan dan organisasi dari 115 negara yang berpenduduk 3,7 milyar berada di situ. Matahari memancar lembut. Cuaca sekitar 17ø C. Para pengunjung diam. Suasana berkabung terasa meliputi selumh kota yang berpenduduk 1,4 juta itu. Angkutan umum terhenti. Di tiap pojok terdengar lagu-lagu duka yang sudah sejak hari Minggu berkumandang dari gedung Parlemen. Tiga menit menjelang jam 12 siang Jovanka muncul. Istri Tito yang menghilang sejak 3 tahun 1alu itu berpakaian serba hitam. Sebentar-sebentar dia menyeka air mata. Dia diapit oleh kedua putra Tito dari istri terdahulu, Misho dan Zarko, serta seorang menantu. Mereka berada hanya beberapa langkah dari kereta pembawa meriam yang ditarik sebuah jeep terbuka. Ketika jam tua di kantor pos yang terletak di seberang gedung Parlemen itu berdentang 12 kali, keranda Tito yang terbuat dari kayu oak diusung keluar. Perlahan-lahan keranda itu diusung menuruni tangga oleh 8 orang jenderal dari Tentara Rakyat Yugoslavia. Keranda yang kuning keemasan kelihatan kontras sekali dengan karpet merah yang melapisi anak tangga dan pakaian hitam para pelayat yang berdiri tak jauh dari situ. Suasana sedih semakin menekan ketika keranda Tito dinaikkan ke atas kereta. Di belakang tali pemisah di seberang jalan gedung Parlemen itu seorang tua yang dari tadi berdiri tegak dengan bantuan tongkatnya tak kuat menahan tangis. Setengah jam lamanya jenazah Tito diletakkan di atas kereta itu menunggu Ketua Presidium Komite Sentral Liga Komunis Yugoslavia, Stevan Doronjski, mengucapkan pidato pujaan. "Meskipun beliau dengan teguh memegang disiplin bukanlah suatu kebetulan bahwa Kawan Tito sekaligus menentang pemenggalan kepala terhadap orang-orang yang melakukan kesalahan dalam partai. Prinsip kesetiakawanan dan sikap humanistis ini merupakan warisan yang mulia bagi kita," katanya. Kereta jenazah digiring 10 perwira militer dan 10 orang buruh. Di belakangnya Jovanka yang mengenakan sepatu tumit tinggi dan kedua anak Tito serta menantu. Menyusul pimpinan negara dan partai dari 6 negara-bagian dan 2 daerah otonom. Tim 8 dokter yang merawatnya di Ljubjana juga turut serta berbaris. Jalan sepanjang 4 km yang diapit ratusan ribu penduduk baru selesai ditempuh dalam 2 jam. Seluruh Yugoslavia yang berpenduduk 22 juta itu dapat menyaksikan jalannya pemakaman lewat siaran langsung televisi. "Rakyat Yugoslavia bersumpah bahwa revolusi mereka akan tetap tak tergoyahkan dalam kewajiban fundamentalnya, manusiawi dalam tindak-tanduknya demi memperluas ruang bagi kebebasan manusia serta tak kenal ampun menentang siapa saja yang mau merusak kemajuan dan mencerai-beraikan tujuannya," kata Presiden Lazar Kolisevski dalam pidato perpisahannya di pemakaman (lihat box). Diiringi lagu Internasionale 8 perwira angkatan perang memasukkan keranda ke dalam kuburan yang terbuat dari batu pualam putih. Kemudian menyusul lagu kebangsaan, tembakan salvo, lonceng gereja dan sirene kapal dari Sungai Danube dan Sava. Semula pimpinan pemerintahan dan partai bermaksud membuat mausoleum untuk Tito. Tapi karena kondisi badannya sudah begitu menyedihkan, rencana itu diurungkan. Kakinya sudah hilang sebelah dan berat badannya menjelang ajal tinggal 35 kg. Nyatanya Tito dikuburkan sesuai dengan permintaannya sendiri. Di pekarangan rumah yang sudah dibelinya secara mencicil. Di tengah kebun mawar yang ia rawat sendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus