KASTAF AB Filipina Jenderal Fidel Ramos, 59 tahun, hari-hari ini supersibuk. Tugas mengamankan KTT ASEAN dan keberhasilan anak buahnya menangkap Kolonel Honasan membuat sang jenderal sukar "ditangkap" untuk diwawancarai. Wartawan TEMPO Ahmed K. Soeriawidjaja dan Didi Prambadi berhasil mewawancarai insinyur lulusan Universitas Illinois, AS, ini -- sebuah gelar yang diperolehnya setelah ia lulus akademi militer terkenal, West Point, di Amerika Serikat. Kesempatan itu didapat setelah Ramos memberikan ceramah dalam seminar yang diadakan organisasi wanita "Concerned Womens of the Phillipines", Kamis sore pekan silam, di Makati Sport Club, di jantung Kota Manila. Dengan sorot mata tajam di balik kaca mata putih, Ramos, yang saat itu mengenakan seragam cokelat yang penuh tanda jasa di dada, tak tampak lelah walau telah dua jam berbicara di muka peserta seminar, yang mayoritas wanita itu. Jenderal ini memang tampak sehat dan kuat, sebagaimana layaknya prajurit sejati. Konon, setiap pagi ia jogging, dengan para opsirnya yang terengah-engah jauh di belakang. Berikut ini petikan wawancara TEMPO dengan jenderal yang gemar minum bir dan menghisap cerutu ini: Apa komentar Anda tentang keberhasilan menangkap Honasan? Well, kami gembira, karena setidaknya satu masalah telah diselesaikan di tengah-tengah ancaman terhadap berlangsungnya KTT ASEAN. Tapi kami masih tetap akan melanjutkan kesiapsiagaan agar KTT berlangsung aman dan sukses. Bagaimana dengan komunis? Apakah Anda mengambil langkah-langkah seperti yang dilakukan neKara ASEAN lainnya. Atau seperti Indonesia, yang militernya berperan cukup besar? Tidak. Tidak. Kami tidak punya sistem seperti itu. Seperti yang Anda dengar dalam ceramah saya, dengan adanya konstitusi yang baru, kami tidak dapat sewenang-wenang. Karena itulah, semua cara dan proses halus menurut UU yang, berlaku. Tapi begini. Dalam kenyataannya, AFP dan pemerintah Filipina -- dengan UU itu bertekad menempatkan prioritas utama untuk memerangi CCP (Partai Komunis Filipina) dan PA karena mereka adalah gerakan ilegal. Kami melakukan semua ini menurut UU dan sistem yang sah. Kami tak membandingkannya dengan negara-negara lain. Beginilah cara kami dan kami akan berperang melawan komunis dengan senjata yang ada pada kami. Bagaimana komentar Anda tentang pasukan pengamanan yang sengaja didatangkan oleh negara-negara peserta KTT? Kami mempunyai hubungan baik dengan militer, polisi, dan pejabat tinggi negara-negara ASEAN. Khususnya dengan Panglima Jenderal L.B Moerdani kami menjalin hubungan pribadi. Dalam mempersiapkan pengamanan KTT ASEAN, kami bekerja sama erat dengan wakil-wakil yang tergabung dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Bagaimana sikap Anda terhadap pangkalan militer AS? Well, ini adalah pangkalan militer Filipina sendiri, Atin Yan -- milik kami. Fasilitasnya dari pemerintah AS, pangkalannya milik kami. Tapi bagi militer Filipina, kehadiran pangkalan itu memainkan peranan penting di bidang pertahanan keamanan. Bukan hanya bagi pertahanan Filipina, tetapi khususnya bagi kestabilan kawasan ASEAN.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini