Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Para Pemimpin Libya Sepakat Pemilu Akhir Tahun Ini

Empat pemimpin senior Libya berkomitmen untuk mengadakan pemilihan di negara yang retak dan dilanda perang pada 10 Desember 2018.

30 Mei 2018 | 17.30 WIB

Khalifa Haftar, Aguila Saleh Issa dan Perdana Menteri Libya, Fayez al-Sarraj. Reuters
Perbesar
Khalifa Haftar, Aguila Saleh Issa dan Perdana Menteri Libya, Fayez al-Sarraj. Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Empat pemimpin senior LibyaLibyaLLibya sepakat menggelar pemilu pada 10 Desember 2018 demi mengakhiri perpecahan dan perang di negara itu. Kata sepakat ini dibuat saat keempat pemimpin besar Libya itu menghadiri konferensi perdamaian Paris dan dituangkan dalam sebuah pernyataan bersama, Selasa, 29 Mei 2018. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Pihak-pihak terkait telah berkomitmen menetapkan dasar konstitusional pemilu dan mengadopsi undang-undang pemilu yang diperlukan pada 16 September 2018, dan menyelenggarakan pemilu parlemen serta pemilu presiden pada 10 Desember 2018," demikian pernyataan bersama tersebut, seperti dilansir AL ArabiyaArabiyah pada Rabu, 30 Mei 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Empat pemimpin senior Libya yang menandatangani pernyataan bersama itu adalah Perdana Menteri Fayez al-Sarraj dan Khalifa Haftar dari Militer Nasional Libya yang menguasai wilayah timur Libya. Dua orang lainnya adalah Aguila Saleh Issa - Juru bicara parlemen dan Khalid Al-Mishri, yakni kepala Dewan Tinggi Negara.

Presiden Prancis Emmanuel Macron melambai dari mobilnya di jalan Champs Elysees setelah upacara serah terima jabatan di Paris, Prancis, 14 Mei 2017. Macron menjalani upacara inagurasi sebagai presiden baru Prancis. REUTERS/Francois Lenoir

Presiden Perancis Emmanuel Macron, yang menjadi tuan rumah konferensi itu, telah mendorong kelompok-kelompok di Libya yang berebut kekuasaan agar membuat kesepakatan politik demi terciptanya stabilitas di Libya.

"Jadi kita semua bekerja atas dasar ini brav!," katanya Macron, sambil meminta tamunya berkomitmen bersama secara lisan.

Menanggapi kesepakatan ini, beberapa diplomat dan analis memperlihatkan sikap pesimis. Mereka tak yakini apakah Libya akan benar-benar mampu menyelenggarakan pemilu. Libya saat ini dikendalikan oleh kelompok-kelompok politik dan militan bersenjata. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus