Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Para Veteran di Garis Depan

Para politikus veteran turun gunung, membantu kampanye UMNO dan Barisan Nasional. Langkah penyelamatan sekaligus cermin kekhawatiran.

21 April 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DR M duduk sendiri. Di depannya berserakan sejumlah alat perekam. Napasnya agak tersengal, tapi ia mencoba terus berbicara, membahas aneka tema dari yang sifatnya keseharian hingga politik kekuasaan.

Sepuluh tahun absen dari politik praktis, Dr M atau Mahathir Mohamad, 87 tahun, kembali ke dunia lamanya. Di hadapan puluhan wartawan yang berkumpul di rumahnya di pinggiran Kuala Lumpur, dua pekan lalu, dengan gigih ia membela Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dan Barisan Nasional. Dua puluh dua tahun dokter yang satu ini berkuasa sebagai perdana menteri, sebelum akhirnya mundur pada 2003.

"Ketika dulu saya nyatakan untuk berhenti, itu untuk selamanya. Namun sekarang kondisi menjadi berbeda. Barisan Nasional dan UMNO harus kembali berjaya," katanya. Pernyataannya mengandung kekhawatiran akan masa depan Malaysia, UMNO, dan Barisan Nasional. Dia seolah-olah tak rela membiarkan Perdana Menteri Najib Razak sendirian menghadapi gempuran pihak oposisi.

Dalam sebuah wawancara dengan harian Utusan dua pekan sebelum pengumuman tanggal pemilihan, Mahathir memperingatkan bahwa pemerintah tak berjalan baik. Bukan tak mungkin, ujar dia, oposisi akan merebut Putrajaya—kawasan yang menjadi simbol keberhasilan pemerintah Malaysia. "Selama saya sehat, akan saya kenalkan kembali visi dan misi BN (Barisan Nasional) ke seluruh Malaysia," katanya.

Pilihan raya umum (PRU) ke-13 jatuh pada 5 Mei 2013. Seiring dengan perkembangan pesat Pakatan Rakyat sebagai oposisi, kubu penguasa menyatakan PRU ini sebagai ajang paling krusial bagi partainya. Tak hanya menentukan hidup-mati partai UMNO, ujar pengurus teras Veteran UMNO Malaysia, Mohammad Zahid Sirat, tapi juga bagi bangsa Melayu di Malaysia.

"Sudah saatnya kita kembali turun atas maklumat dari pemimpin besar kita, membantu pucuk pemimpin UMNO dan Barisan Nasional memenangi pilihan raya dan membuat bangsa Melayu kembali memimpin Malaysia," katanya berapi-api. Seruan politikus tua itu lantas disambut riuh pekik dan tepukan tangan 540 veteran politikus UMNO di Kuala Trengganu pekan lalu.

Untuk mendukung gerakan itu, para tetua UMNO sebenarnya sudah menyiapkan strategi jitu: program kampanye politik bagi kalangan internal partai yang mewajibkan para veteran menjaga garis keturunannya, dari anak hingga cucu, untuk bersetia memilih Barisan Nasional dalam PRU nanti. Tajuknya: "Keluargaku Pemilih Barisan Nasional", yang diluncurkan pada pengujung tahun lalu.

Dengan kekuatan 750 ribu anggota yang tersebar di seluruh pelosok Malaysia, para veteran percaya UMNO dan Barisan Nasional akan memenangi pemilihan. "Andai kata satu keluarga terdiri atas lima orang, menurut hitungan kami, veteran bisa menyumbangkan sekitar 25 persen kemenangan," ucap Sekretaris Klub Veteran UMNO Malaysia Mustapha Yakub.

Kampanye yang dikemas para orang tua ini sebenarnya tergolong sangat sederhana dan konservatif. Rencana strateginya: mereka bakal membagikan satu juta stiker kepada para anggota veteran UMNO di seluruh Malaysia. Nantinya mereka diwajibkan menempel stiker di pintu-pintu rumah para veteran dan anggota keluarganya agar saat kampanye pihak oposisi segan mendatangi.

Kegigihan dan rasa memiliki para tetua akan partainya ini sebenarnya menerbitkan decak kagum. Faktor kecintaan mereka terhadap Mahathir Mohamad menjadi alasan untuk kembali ke medan laga. Namun, di antara ketakjuban, banyak juga para pengamat yang menilai bahwa mereka tak benar-benar cinta kepada partainya.

Apa pun, para tetua ini khawatir akan keberlangsungan kekuasaan di bawah kendali Perdana Menteri Najib Razak, yang tak lebih baik daripada Abdullah Badawi pada 2008. Waktu itu kubu oposisi, yang belum berhimpun dalam Pakatan Rakyat, bisa merebut 82 kursi dari total 222 kursi parlemen dan merebut 5 dari 13 negara bagian yang sebelumnya dikuasai Barisan Nasional.

"Turunnya para veteran bisa jadi bentuk keputusasaan pihak partai penguasa melihat perkembangan oposisi. Sebab, tidak bersatunya etnis Melayu pada 2008 merupakan celah yang bisa dimanfaatkan oposisi untuk mengalahkan Barisan Nasional pada tahun itu," kata Profesor Shamsul Adabi Mamat, pengamat politik dari Universitas Kebangsaan Malaysia, kepada The Straits Times.

Selain itu, ada kekhawatiran akan kekalahan. Datuk Mohammad Ariff Sabri Abdul Aziz, veteran UMNO yang awal tahun lalu bergabung dengan Partai Aksi Demokratik (DAP), mengatakan banyak veteran seperti dirinya yakin Barisan Nasional akan kalah pada pemilihan tahun ini. Konsekuensi dari kekalahan, ujar dia, bisa saja berbuntut panjang dan bahkan berbuah hukuman.

"Oposisi kini memegang semua data soal korupsi di UMNO. Bukan tak mungkin, saat berganti penguasa, ada konsekuensi hukum bagi para koruptor di partai tersebut. Itulah mengapa veteran kembali dipanggil untuk memenangi pemilihan kali ini," katanya.

Pendapat itu dibenarkan oleh Mohammad Sabu, Wakil Presiden Partai Islam se-Malaysia (PAS). Menurut dia, apa yang dilakukan para veteran merupakan langkah penyemangat saja atau sekadar hormat kepada Mahathir, yang sudah dianggap manusia setengah dewa. "Maaf kata, para veteran pun sebenarnya tahu bahwa UMNO dan BN di bawah Najib sudah lemah, jadi mereka terpanggil untuk membenahi lantaran diseru oleh Mahathir," ujarnya.

Ihwal fenomena turun gunungnya para veteran, penulis sekaligus pengamat politik Malaysia, Karim Raslan, menilai apa yang dilakukan para tetua UMNO sebenarnya bisa menjadi bumerang. Hadirnya kembali Mahathir ke panggung politik sebenarnya merugikan bagi koalisi Barisan Nasional dan UMNO. Selain menerbitkan prasangka soal kondisi internal yang tak solid, kehadiran Dr M tak sehat bagi regenerasi UMNO.

"Dengan turun kembali, Mahathir tak melepaskan proses transisi kepemimpinan di kalangan internal UMNO berjalan mulus," katanya saat diwawancarai Press TV. Bagi partai sebesar UMNO, dia menambahkan, "Itu jelas sebuah kerugian besar."

Di Selangor, dua pekan lalu, hujan turun sangat deras. Baju kurung yang membalut tubuh Julia Thalib, veteran UMNO yang berusia 59 tahun, basah setengah. Namun warga Shah Alam itu tetap berdiri setia di pinggir sebuah tenda tempat acara pertemuan veteran, yang rencananya akan dihadiri Mahathir Mohamad.

"Saya rela berbuat apa saja asalkan menyenangkan Mahathir, idola saya, termasuk kembali berkampanye untuknya pada pemilihan tahun ini," ujarnya seraya mengepalkan tangan kanan.

Sandy Indra Pratama (AsiaOne, Bernama, Malaysian Insider, Malaysia Kini)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus