Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setelah Teror Bom Panci

Dua ledakan bom mengguncang Maraton Boston. Serangan terbesar di tanah Amerika Serikat sejak peristiwa 11 September 2001 ini menjadi alasan memperketat keamanan dalam negeri.

21 April 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Abdul Rahman Ali Alharbi sedang berada di kerumunan penonton ketika bom pertama meledak di dekat garis akhir Maraton Boston. Senin pekan lalu itu, dia sedang menyaksikan satu per satu pelari mendekati garis akhir. Ledakan itu mencederai tubuh mahasiswa asal Arab Saudi ini.

Selang 12 detik kemudian, bom kedua meledak tak jauh dari lokasi bom pertama. Dua ledakan itu menewaskan tiga orang: bocah laki-laki 8 tahun, Martin Richard; perempuan pelayan restoran, Krystle Campbell, 29 tahun; dan perempuan mahasiswa Universitas Boston asal Cina, Lingzi Lu. Ledakan tersebut juga melukai 176 orang.

Nahas bagi Alharbi. Dari semua korban yang dirawat di rumah sakit, hanya dia yang dicurigai sebagai pelakunya. Seperti dilansir The New Yorker, Rabu pekan lalu, selama Alharbi dirawat, agen Biro Penyelidik Federal (FBI) menggeledah apartemennya di Revere, sekitar delapan kilometer dari pusat Kota Boston, Massachusetts.

FBI mengerahkan dua ekor anjing pelacak (K-9) dan menyita barang-barang Alharbi. Teman sekamarnya, yang juga mahasiswa, diinterogasi. Dia mengatakan Alharbi bukan tipe orang yang mampu menanam bom. Dia orang baik yang suka olahraga.

"Biarkan saya kuliah, Bung," ujar teman sekamar Alharbi kepada penyelidik setelah diperiksa selama lima jam. Dia menutupi mukanya, nyaris menangis ketika produser Fox News mengikutinya dan menghujani pertanyaan apakah dia yakin tidak tinggal bersama seorang pembunuh.

CBS News melaporkan seseorang melihat Alharbi berlari ke arahnya dalam keadaan menderita luka serius. Pria 20 tahun itu menabraknya hingga dia terjatuh. Orang-orang pun melihatnya penuh curiga. Apalagi belakangan diketahui dia berasal dari Arab Saudi. Inilah pangkal soal mengapa petugas mencurigainya.

Sejumlah media memberitakan penyelidik telah memiliki seorang tersangka—seseorang dari Arab Saudi. Ada pula yang melaporkan tersangka sudah ditangkap. "Sejujurnya saya tidak tahu dari mana mereka mendapatkan berita itu. Berita itu bukan dari kami," kata juru bicara kepolisian Boston.

Setelah menyelidiki kasus itu selama satu hari, FBI menyatakan Alharbi bukan orang yang dicurigai. "Siapa pelaku dan apa motifnya masih sangat terbuka lebar," ucap Richard Deslauriers dari FBI. Namun pemuda itu—juga teman-temannya—telanjur menjadi bulan-bulanan aparat dan media.

Pakar terorisme dari Proyek Investigatif atas Terorisme, Steve Emerson, mengatakan Alharbi bakal dideportasi ke negaranya pekan ini dengan alasan keamanan nasional. Menurut dia, pemulangan paksa itu janggal karena seharusnya Alharbi ditahan bila dicurigai. "Pemerintah tak mau Arab Saudi dipermalukan. Beginilah cara kita menenangkan mereka," ujarnya.

1 1 1

Inilah serangan terbesar di jantung Amerika Serikat setelah 11 September 2001. "Ini aksi keji dan pengecut. FBI menyelidiki kasus ini sebagai kasus terorisme," kata Presiden Barack Obama dalam pidato ketiganya soal bom Boston.

Pada dua pidato sebelumnya, dia belum menggunakan istilah teror, hanya menyatakan tekad memburu pelakunya. Dia berjanji menemukan pelakunya dan menyeretnya ke pengadilan. "Mereka akan merasakan beratnya keadilan."

Reaksi cepat segera digelar untuk mengejar pelaku. Jaksa Agung Eric Holder langsung berkoordinasi dengan Direktur FBI Robert Mueller dan Jaksa Kota Boston Carmen Ortiz membahas penyelidikan kasus itu. Militer dari Garda Nasional bersama kepolisian setempat dikerahkan menjaga lokasi-lokasi penting, termasuk semua rumah sakit.

Kewaspadaan meluas ke seantero Amerika. Pengamanan ditingkatkan mulai pesisir timur di New York hingga pesisir barat di Los Angeles. "Seribu anggota Kepolisian New York (NYPD) dan satuan antiterorisme untuk infrastruktur kami kerahkan," ujar Wali Kota New York Michael Bloomberg. Dia memerintahkan pengamanan ditingkatkan di lokasi-lokasi serta infrastruktur strategis dan kritis, termasuk kereta api bawah tanah.

Pasukan pengamanan presiden menutup Pennsylvania Avenue di luar Gedung Putih. Sebagai protokol standar, Gedung Putih pun langsung menyisir area di depan Sayap Barat—kediaman Obama dan keluarganya.

Di Los Angeles, ratusan polisi bersiaga di Bandar Udara LAX. Sejumlah polisi di pos penjagaan menghentikan beberapa mobil yang hendak memasuki bandara. Pemeriksaan dilakukan secara acak. Sasarannya: mobil berkaca gelap dan mobil van berukuran besar.

Di dalam bandara, polisi tampak berlalu-lalang. Sebagian membawa K-9, yang terlatih mengendus bau amunisi dan narkotik. Kepolisian Los Angeles (LAPD) dalam posisi siaga meski hingga Kamis pekan lalu tidak ada ancaman bom di kota itu. "Kami juga menambah petugas, baik berseragam maupun tidak, untuk mengamankan tempat-tempat umum," kata Komandan Andrew Smith dari LAPD. Di tempat-tempat bisnis, seperti perkantoran, mal, hotel, dan restoran, tidak terlihat penjagaan khusus seperti di bandara.

LAPD juga mengumumkan penambahan personel polisi di seluruh pergelaran olahraga yang telah dijadwalkan. Kepala LAPD Charlie Beck meminta penduduk melaporkan hal-hal yang mencurigakan, seperti benda-benda yang ditinggalkan secara tersembunyi. Los Angeles telah menjadi sasaran terorisme sebelumnya. Pada 2001, Ahmed Ressam tertangkap dan terbukti merencanakan pengeboman LAX.

1 1 1

BOM Boston membangunkan Amerika Serikat setelah aman dari teror lebih dari satu dekade. Otoritas kecolongan karena, sejak 2010, Departemen Keamanan Dalam Negeri telah mendapatkan peringatan potensi penggunaan bom panci presto seperti di Boston itu.

Dari tiga bom yang meledak di Time Square pada Mei 2010, salah satunya bom dalam panci presto enam liter. Bom diisi paku, gotri, dan pengukur waktu. Bom rakitan semacam ini biasa digunakan di India, Nepal, Afganistan, dan Pakistan.

Bom Boston adalah bom yang mudah diracik dari bahan-bahan yang mudah dibeli di toko bangunan. Cara pembuatannya pun bisa ditemukan di Internet. Penduduk biasanya membeli gotri sebagai peluru untuk senapan berburu. Meski gotri dijual bebas di toko alat olahraga, penjualannya dibatasi karena benda itu masuk kategori peluru.

Pengamanan dalam negeri Amerika Serikat sebenarnya sangat ketat, terutama setelah tragedi 11 September 2001. Sejak itu, pemerintah membentuk Departemen Keamanan Dalam Negeri, yang bertugas melindungi Amerika Serikat dan teritorinya dari serangan teroris, kecelakaan disengaja, dan bencana alam.

Untuk antisipasi kejahatan oleh imigran, banyak pendatang ditahan tanpa alasan kuat. Menurut data Transactional Records Access Clearinghouse dari Universitas Syracuse, mayoritas tahanan imigran tak punya catatan kriminal.

Penahanannya bahkan diurus lembaga swasta. Corrections Corporation of America dan GEO Group Inc adalah dua perusahaan swasta yang bergerak di bidang penahanan dan sahamnya diperjualbelikan di Bursa Saham Wall Street. Keuntungan kedua perusahaan ini tumbuh dari US$ 33,6 miliar pada 2005 menjadi US$ 163,8 miliar pada akhir 2010.

Ekspansi kebijakan pengamanan domestik tak mengendur. Pada Februari tahun lalu, Kongres menyetujui undang-undang baru yang mengatur penyebaran pesawat tanpa awak di dalam negeri. Menurut pengacara di Electronic Frontier Foundation, Jennifer Lynch, peraturan itu lolos berkat lobi keras sektor pertahanan, yang mempromosikan penggunaan pesawat tanpa awak di angkasa Amerika.

The Guardian melansir sebuah dokumen Angkatan Udara yang menyebutkan pesawat tanpa awak milik militer bisa mengintai siapa saja yang dicurigai, seperti kelompok aktivis atau pembangkang. Menurut Lynch, di bawah peraturan itu, Angkatan Udara diizinkan menerbangkan pesawat tanpa awak di tempat-tempat publik dan merekam informasi.

Sebelum bom Boston meledak, perkembangan peningkatan sistem pengamanan lebih menjangkau ranah maya. Bulan lalu para pejabat intelijen menyatakan serangan cyber dan spionase telah menggantikan terorisme sebagai ancaman keamanan utama Amerika. Serangan dan ancaman cyber disinyalir meningkat, terutama dari Cina, Iran, dan Rusia.

Rabu dua pekan lalu, Obama mengusulkan peningkatan anggaran pertahanan cyber guna melindungi jaringan komputer Amerika dari serangan berbasis Internet. Dia berencana menempatkan lebih banyak sumber daya ke dalam pertahanan cyber untuk mengantisipasi serangan lebih besar.

Pentagon berencana memperluas Komando Cyber, tim peretas militer yang mengintai, mengawasi, mengembangkan, memelihara, dan menganalisis lalu lintas cyber.

Dinas Keamanan Nasional (NSA) telah membangun pusat data senilai US$ 1,2 miliar di pegunungan Utah. Ini proyek pembangunan fasilitas terbesar sepanjang sejarah Pentagon. Sejumlah mantan pegawai NSA khawatir fasilitas yang berdiri di lahan seluas satu juta hektare itu digunakan memantau surat elektronik penduduk Amerika. Namun, sebelum surat elektronik mereka terpantau, bom panci meledak di Boston.

SY, Harun Mahbub (The New Yorker, Boston Globe, Reuters, Foreign Policy), Lolo Kartikasari Santosa (Los Angeles)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus