Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jalan Jihad Jabhat Nusra

Populer tapi ideologinya yang keras tak diterima warga. Sanksi keras segera dijatuhkan Dewan Keamanan PBB.

21 April 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kelahirannya tak diumumkan terbuka. Media Manara al-Bayda, dalam video yang dirilis ke forum jihad Shumukh al-Islam, mengabarkan pembentukan Jabhat Nusra al-li-Ahl al-Sham Min Mujahidin al-Sham fi Sahat al-Jihad, yang dikenal dengan Jabhat Nusra. Dalam deklarasinya, sang pemimpin, Abu Mohammad al-Julani, menyebutkan kelahiran organisasi ini sebagai jawaban atas seruan jihad untuk membela rakyat Suriah melawan pasukan pemerintah Bashar al-Assad.

Jabhat Nusra muncul pada awal 2012, saat perang sipil di Suriah yang sudah di ambang tahun kedua tak menunjukkan tanda-tanda berakhir. Sementara itu, pemerintah otoriter negara-negara bagian gerbong Arab Spring sudah bertumbangan. Husni Mubarak di Mesir jatuh, Zine El Abidine Ben Ali di Tunisia tumbang, dan Muammar Qadhafi di Libya terbunuh.

Lahir belakangan setelah kelompok oposisi di Suriah malang-melintang melawan tentara Assad, Nusra perlahan membangun reputasi. Kelompok yang diperkirakan beranggota 5.000 orang ini sudah memiliki keterampilan tempur karena sebagian besar merupakan veteran perang di Irak saat melawan tentara Amerika Serikat dan sekutunya. Suplai senjata dan pendanaannya cukup kuat dari sekutu jihadnya di Irak.

Tiga bulan setelah kelahirannya, Nusra tercatat melancarkan tiga kali serangan terhadap pasukan Assad. Secara keseluruhan, jumlah penyerbuan naik dari tujuh kali pada Maret 2012 menjadi 60 kali selama Juni. Menurut Elizabeth O'Bagy, dalam laporan berjudul Jihad in Syria (2012), dalam kurun setidaknya tujuh bulan, Nusra sudah menyerang militer Assad di lima kota penting Suriah: Aleppo, Hama, Deir Ezzor, Idlib, dan Damaskus.

Menurut Site Intelligence Group, Nusra juga mengaku bertanggung jawab terhadap 45 serangan dalam satu hari sekaligus di Damaskus, Deraa, Hama, dan Homs, yang menewaskan puluhan orang, termasuk 60 orang yang tewas dalam bom bunuh diri tunggal. Site, organisasi yang memonitor perkembangan kelompok jihad, menyebut klaim itu disertai bukti foto.

Belum berusia setahun, Nusra telah menyerang jantung militer Assad: serangan ganda dengan bom bunuh diri ke kantor pertahanan Suriah di Aleppo pada 10 Februari dan ke markas besar intelijen Suriah di Deir Ezzor, 19 Mei 2012. Nusra juga tak ketinggalan dalam pertempuran-pertempuran di kawasan perang terpanas Suriah, Aleppo, sejak Juli tahun lalu hingga kini.

Beberapa analis menyebutkan banyaknya serangan Nusra menjadi bukti kelompok ini beranggota orang terlatih. Nusra memang bukan paramiliter arus utama penentang Assad yang berpayung di bawah Tentara Pembebasan Suriah (Free Syrian Army, FSA). Namun, ketika melancarkan serangan, kelompok di luar Tentara Pembebasan tetap berkoordinasi dengan FSA.

Popularitas Nusra pun meningkat. Batalion yang semula bergabung dengan kelompok bersenjata lain banyak yang beralih ke Nusra. Abu Feras, juru bicara untuk Dewan Revolusi Aleppo, mengatakan para pejuang Nusra dianggap sebagai pahlawan karena mereka melawan tanpa takut atau ragu-ragu. Salah satu aktivis Dewan Revolusi Homs mengatakan, popularitas Nusra juga karena sebagian besar anggota pasukannya berasal dari dalam negeri, tidak seperti Al-Qaidah Irak (AQI), yang ikut meramaikan palagan Suriah.

Alasan lain yang melejitkan popularitas Nusra adalah pergeseran taktiknya. Setelah sejumlah serangan spektakuler pada awal 2012 yang mengakibatkan penduduk sipil tewas, Nusra lebih berhati-hati. Dalam pernyataan dalam video terbaru yang dirilis divisi media Nusra, Manara al-Bayda, mereka tak akan melakukan operasi jika ada warga sipil dan membatasi target hanya ke sasaran militer.

Omar, 25 tahun, mantan wajib militer, memilih bergabung dengan Nusra sebagai reaksi terhadap represi yang ia alami sebagai orang Sunni oleh militer yang sebagian besar dari kelompok Alawit—klan yang banyak menguasai pos pemerintahan di Damaskus di bawah Assad. "Banyak orang ingin bergabung dengan Nusra, tapi kami tidak memiliki senjata yang cukup untuk memasok mereka," kata Omar di pedesaan dekat Aleppo.

Rakyat Suriah pun menunjukkan dukungan mereka terhadap Nusra secara terbuka. Pada Juni, di Kota Binnish, utara Kota Idlib, Nusra dipuji selama demonstrasi massa. Ratusan orang merayakan—seperti tampak dalam sebuah video yang diunggah ke YouTube—setelah kota itu dibebaskan dari cengkeraman tentara Assad.

Dalam video lain, penduduk setempat bersorak dan melambaikan bendera Nusra pada saat parade di Salah al-Din, Aleppo. Pada Desember 2012, ada petikan video, massa di selatan Suriah yang berteriak, "Nusra melindungi kami."

Namun ada hal mendasar yang membuat Nusra tidak bisa diterima sepenuhnya oleh publik Suriah yang selama ini mendukung tindakan mereka: ideologinya. Nusra, yang berlandaskan salafi jihadi, memiliki cita-cita mendirikan negara kekhalifahan Islam dan menolak legitimasi negara modern.

Seorang guru wanita di distrik pusat Aleppo, Mogambo, menyebut pemikiran Nusra itu mengerikan. "Kami tidak ingin bangkit untuk berpindah dari kehinaan di bawah Assad ke situasi yang sama di bawah Al-Qaidah," ujarnya. Menurut Farouk Tayfour, Wakil Kepala Al-Ikhwan al-Muslimun di Suriah, beberapa pemberontak bergabung dengan Nusra untuk mempertahankan rumah mereka tanpa menerima ideologinya.

Wajah asli Nusra terbuka ketika pemimpinnya, Julani, menyatakan kesetiaannya kepada pemimpin Al-Qaidah, Ayman al-Zawahiri, melalui suara rekaman yang diunggah di Internet pada 10 April lalu. "Anak-anak Nusra memperbarui janji setia kepada Syekh Jihad Ayman al-Zawahiri dan menyatakan kepatuhan," kata Julani. Sehari sebelumnya, pemimpin Al-Qaidah Irak (AQI), Abu Bakr al-Baghdadi, mengatakan kelompoknya dan Al-Nusra akan melakukan merger dengan nama Negara Islam Irak dan Levant—sebutan untuk bagian timur Mediterania.

Bagi kelompok pemberontak, yang lebih dikhawatirkan adalah masa depan dukungan Amerika Serikat dan negara Eropa. Amerika Serikat, yang mencurigai Nusra punya hubungan dengan Al-Qaidah, menetapkannya sebagai organisasi teroris sejak 10 Desember 2012. Amerika juga tak bersedia membantu memasok peralatan militer bagi oposisi Suriah, kecuali makanan. Negara Eropa dan Amerika sudah mengakui koalisi oposisi Suriah sebagai wakil resmi rakyat Suriah. Namun, hingga Maret lalu, Uni Eropa masih menerapkan embargo senjata terhadap Suriah, termasuk untuk pemberontak.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pun mempertimbangkan sanksi untuk Nusra. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Philippe Lalliot, Jumat dua pekan lalu mengatakan salah satu opsi yang tersedia bagi mereka adalah bertindak di Dewan Keamanan PBB dengan dasar Resolusi 1267, yang memberikan sanksi terhadap Al-Qaidah dan afiliasinya. Tekanan itu berupa pembekuan aset dan larangan bepergian bagi anggota dan pemimpin kelompoknya.

Khawatir dukungan internasionalnya merosot, tokoh oposisi Suriah mengkritik Nusra. Moaz al-Khatib, pemimpin Koalisi Nasional Oposisi Suriah dan Tentara Revolusi, mengatakan, "Intinya, ideologi Al-Qaidah tidak sesuai dengan kita, dan kekuatan revolusioner di Suriah harus mengambil sikap yang jelas mengenai hal ini."

Pertempuran dan kekerasan di Suriah yang diawali demonstrasi damai pada 15 Maret 2011 tak akan berakhir segera. Kondisinya semakin rumit karena keterlibatan kekuatan militer asing yang ingin "bertualang" di tanah Suriah. Sikap Presiden Assad yang tak hendak menyerah dan malah menuding negara-negara sekutu Amerika hendak mengembangkan penjajahan baru di Suriah bak menyiramkan minyak di atas api. Korban tewas juga tak akan berhenti di angka sekitar 70 ribu dan jumlah pengungsi ke luar negeri bisa beranjak dari sekitar satu juta jiwa.

Abdul Manan (New York Times, Reuters, observers.france24.com, Al-Arabiya, Thedailybeast, English.al-akhbar.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus