Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Paus Fransiskus Umumkan Komisi Baru Antipelecehan Seksual Anak

Paus Fransiskus membentuk komisi gereja, yang bertugas memberantas pelecehan seksual terhadap anak-anak di lingkungan gereja Katholik.

18 Februari 2018 | 11.02 WIB

Paus Fransiskus memimpin acara malam Misa Natal di St. Peter's Basilica, Vatican, 24 Desember 2017. REUTERS/Tony Gentile
Perbesar
Paus Fransiskus memimpin acara malam Misa Natal di St. Peter's Basilica, Vatican, 24 Desember 2017. REUTERS/Tony Gentile

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Paus FransiskusFransiskusFransi mengumumkan pembaharuan komisi gereja yang bertugas memberantas pelecehan seksual terhadap anak-anak di lingkungan gereja Katholik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Komisi Kepausan ini bertugas untuk melindungi anak di bawah umur dan terdiri dari 16 orang yaitu delapan pria dan wanita, termasuk bekas korban pelecehan. Sembilan anggota merupakan orang baru yang ditambahkan ke panel. Tiga orang dari anggota komisi ini merupakan biarawati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

 

Baca: Lobi Yerusalem, Erdogan Sambangi Paus Fransiskus di Vatikan

 
 

Kardinal Amerika Serikat, Sean O'Malley, dikonfirmasi sebagai kepala panel perlindungan anak bersama tujuh anggota inkumben.

"Anggota yang baru diangkat akan menambah perspektif global komisi dalam melindungi anak di bawah umur dan orang dewasa yang rentan," kata O'Malley seperti dilansir Tribune Express pada 17 Februari 2018. Media Reuters menulis ada sepuluh tokoh di luar kalangan agamawan seperti akademisi dan psikolog terlibat dalam komisi ini.

 

 

Baca: Paus Fransiskus ke Ulama Mesir: Pertahankan Status Quo Yerusalem

 
 

Anggota komisi berasal dari berbagai negara seperti AS, Inggris, Belanda, Ethiopia, India, Italia, Tonga, Jerman, Brasil, Polandia, Afrika Selatan, Filipina, dan Zambia.

Seperti dilansir Reuters, Paus membentuk komisi ini setelah terjadi kehebohan mengenai Uskup Chili, Juan Barros, yang diduga terlibat dalam praktek pedofilia. Paus sempat membela Barros dengan alasan tidak ada bukti namun kemudian menunjuk tim investigasi untuk mengusut kasus ini.

Investigator itu bernama Uskup Agung, Charles Scicluna dari Malta, yang dianggap berpengalaman menyelidiki kasus pelecehan seksual ini. Dia mulai bekerja di New York pada Sabtu kemarin dan bertemu dengan Juan Carlos Cruz, yang mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual saat anak-anak oleh pendeta di Chili bernama Fernando Karadima. 

Karadima dinyatakan bersalah oleh investigasi Vatical pada 2011 karena terbukti melecehkan anak-anak lelaki selama bertahun-tahun. Karadima membantah hasil investigasi ini. Barros juga membantah mengetahui dan menutup-nutupi kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak oleh Karadima.

Mengenai pembentukan komisi ini, O'Malley mengatakan,"Bapa Suci telah memastikan kesinambungan dalam pekerjaan komisi kami, yaitu untuk membantu gereja-gereja lokal di seluruh dunia dalam usaha mereka melindungi semua anak, remaja, dan orang dewasa yang rentan dari bahaya."

Panel ini awalnya dibentuk pada 2014 segera setelah Paus Fransiskus terpilih sebagai pemimpin umat katolik dunia. Namun dua anggota komisi mengundurkan diri karena merasa komisi itu tidak serius mengatasi masalah pelecehan seksual terhadap anak-anak, yang telah lama terjadi ini.

Anggota komisi dari Irlandia, Marie Collins, yang diperkosa seorang pastor rumah sakit pada usia 13 tahun, menyatakan keluar dari panel pada Maret tahun lalu sebagai protes terhadap tindakan menghalang-halangi yang memalukan terhadap upaya reformasi. 

Anggota lainnya dari Inggris, Peter Saunders, yang juga merupakan korban pelecehan seksual, juga meninggalkan komisi ini pada 2016. Dia berselisih dengan anggota komisi lainnya mengenai penanganan atas dugaan tindak pelecehan seksual berseri oleh pastor Italia.

Pengumuman pembentukan komisi baru ini terjadi beberapa hari setelah terungkap Fransiskus mengadakan pertemuan pribadi rutin dengan para korban pelecehan seksual. Paus menggambarkan skandal pelecehan seksual ini sebagai "rasa malu besar" bagi Gereja Katolik. Tapi Fransiskus juga diserang karena dinilai mendukung uskup, yang dituduh menutup-nutupi kejahatan seorang pendeta pedofil.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus