Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pembajakan Kapal dan Perompakan Marak di Selat Singapura

Menurut ReCAAP, aksi pembajakan kapal dan perompakan bersenjata meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2019.

17 Juli 2020 | 10.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Aksi pembajakan kapal dan perompakan di perairan Selat Singapura semakin marak dua kali lipat dibanding dua tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Pusat Penyebaran Informasi Perjanjian Kerjasama Regional mengenai Memerangi Pembajakan dan Perompak Bersenjata terhadap Kapal di Asia atau ReCAAP, aksi pembajakan kapal dan perompakan dua kali lipat dibanding semester pertama 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di semester pertama tahun ini tercatat 16 aksi pembajakan dan perompakan bersenjata dan 51 aksi serupa untuk wilayah Asia.

"Memprihatinkan atas terus terjadi peningkatan insiden di Selat Singapura," kata pusat informasi dalam pernyataannya sebagaimana dilaporkan Channel News Asia, 16 Juli 2020.

Aksi pembajakan dan perompakan terjadi di sepanjang perairan Selat Singapura yang padat lalu lintas pelayaran, baik itu yang ke arah timur maupun barat.

Namun, aksi pembajakan dan perompakan terbanyak terjadi di jalur timur, yakni 13 aksi. Dan ini kebanyakan memasuki perairan Indonesia.

"Kami menyarankan untuk meningkatkan pengawasan dan patroli di negara-negara pesisir," kata Masafumi Kuroki, direktur eksekutif ReCAAP.

Menurut Kuroi, aksi pembajakan dan perompakan terjadi juga di perairan negara-negara sekitar Singapura seperti Indonesia, Vietnam, Filipina dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Peristiwa serupa juga terjadi di perairan Bangladesh dan India.

Dalam catatan Kuroki, aksi pembajakan dan perompakan di Selat Singapura memang meningkat di tahun 2014 dan 215. Namun setahun kemudian aksi ini sempat menurun drastis dan tahun ini kembali menunjukkan peningkatan.

Aksi pembajakan kapal dan perompakan di perairan Selat Singapura semakin marak dua kali lipat dibanding dua tahun lalu.

Menurut Pusat Penyebaran Informasi Perjanjian Kerjasama Regional mengenai Memerangi Pembajakan dan Perompak Bersenjata terhadap Kapal di Asia atau ReCAAP, aksi pembajak dan perompakan dua kali lipat dibanding semester pertama 2019.

Di semester pertama tahun ini tercatat 16 aksi pembajakan dan perompakan bersenjata dan 51 aksi serupa untuk wilayah Asia.

"Memprihatinkan atas terus terjadi peningkatan insiden di Selat Singapura," kata pusat informasi dalam pernyataannya sebagaimana dilaporkan Channel News Asia, 16 Juli 2020.

Aksi pembajakan dan perompakan terjadi di sepanjang perairan Selat Singapura yang padat lalu lintas pelayaran, baik itu yang ke arah timur maupun barat.

Namun, aksi pembajakan dan perompakan terbanyak terjadi di jalur timur, yakni 13 aksi. Dan ini kebanyakan memasuki perairan Indonesia.

"Kami menyarankan untuk meningkatkan pengawasan dan patroli di negara-negara pesisir," kata Masafumi Kuroki, direktur eksekutif ReCAAP.

Menurut Kuroi, aksi pembajakan dan perompakan terjadi juga di perairan negara-negara sekitar Singapura seperti Indonesia, Vietnam, Filipina dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Peristiwa serupa juga terjadi di perairan Bangladesh dan India.

Dalam catatan Kuroki, aksi pembajakan kapal dan perompakan di Selat Singapura memang meningkat di tahun 2014 dan 215. Namun setahun kemudian aksi ini sempat menurun drastis dan tahun ini kembali menunjukkan peningkatan.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus