DEMONSTRASI kecil terjadi di Moskow awal pekan silam. Sejumlah orang lengkap dengan spanduk-spanduk, tampil di depan umum. Mereka menuntut pembebasan atas diri Iosif Begun, seorang psikiater, keturunan Yahudi, dan pembangkang terkemuka Soviet. Begun menjalani hukuman penjara tujuh tahun sejak 1983. Berbeda dengan aksi unjuk rasa sebelumnya, demonstrasi yang terjadi awal pekan ini berlangsung tenteram tanpa gangguan polisi. "Dulu, hal ini rasanya tak mungkin bisa terjadi, " kata seorang pengamat Barat di Moskow. Dewasa ini di Negeri Beruang Merah memang sedang terjadi banyak hal yang beberapa waktu lalu sulit dibayangkan. Terpenting dari sejumlah kejadian itu adalah pembebasan sejumlah tahanan politik yang selama ini ditahan di berbagai penjara dan kamp kerja paksa Soviet. Mula-mula yang bebas cuma Andrei Sakharov, ahli fisika, tokoh pejuang hak asasi dan pembangkang utama di negeri itu. Dibebaskan lewat satu pemberitahuan telepon langsung dari Kremlin ke tempat pembuangannya di Kota Gorky, Sakharov mengaku menggunakan kesempatan tersebut untuk meminta agar sejumlah tahanan politik lainnya juga dibebaskan. Tapi jika kemudian sejumlah pembangkang dibebaskan, tentulah bukan hanya karena seruan Sakharov. Sebab, sebelum itu, Gorbachev sudah menggebu-gebu menyerukan perubahan besar dalam berbagai bidang. Meski tidak tanpa rintangan, keterbukaan (glasnost), yang kini sedang dilancarkan oleh Gorbachev, mulai kelihatan bentuknya. Yang paling mencolok dari kebijaksanaan itu adalah pembebasan sejumlah pembangkang tersebut. Di rumah Sakharov, hingga awal pekan ini, telepon terus berdering. Dari berbagai penjuru Rusia para pembangkang melaporkan berita pembebasan diri mereka kepada tokoh yang menjadi sangat terkenal karena mogok makannya di penjara. Sakharov sendiri mencatat 42 nama penting yang telah dibebaskan. Tapi seorang tahanan yang baru dibebaskan melaporkan bahwa sipir penjara di Volga mengaku mendapat perintah untuk membebaskan 50 orang tahanan politik. Hingga awal pekan ini pemerintah pusat di Moskow belum mengeluarkan keterangan resmi, baik tentang aksi pembebasan maupun jumlah pembangkang. Yang pasti, semua itu bisa dilakukan karena adanya keputusan Soviet Tertinggi yang dikeluarkan 2 Februan lalu. Yang tidak kurang menarik dari proses pembebasan ini ialah dilepaskannya sejumlah orang yang selama ini ditahan di rumah sakit gila. Uni Soviet, barangkali, satu-satunya negara yang menganggap gila warganya yang berani berbeda pendapat dengan pemerintah. Karena itulah maka psikiater terkemuka negeri itu, Anatoly Koryagin, bersama sejumlah rekannya, melancarkan protes keras ke alamat Kremlin. Untuk protesnya itu, Koryagin dijatuhi hukuman kerja paksa 7 tahun, terhitung sejak 1981. Menurut Sakharov, Koryagin adalah satu dari mereka yang dibebaskan pekan silam. Apakah semua tahanan politik akan bebas? Sulit diketahui, karena Kremlin masih belum mau buka mulut soal ini. Sebuah organisasi hak-hak asasi di Inggris menyatakan agar pembebasan itu tidak dilebih-lebihkan, sebab bukan tidak mungkin itu hanyalah sekadar acara rutin dalam memperingati ulang tahun Revolusi Rusia. Memang pada tiap ulang tahun revolusi, pemerintah Soviet membebaskan sejumlah tahanan, baik politik maupun kriminal. Tradisi ini bermula setelah negeri itu terbebas dari teror Stalin. Yang paling mencolok ketika Khrushchev mulai melancarkan destalinisasi. Waktu itu sejumlah besar orang, yang sewenang-wenang dipenjarakan Stalin, dibebaskan. Pembebasan berikutnya terjadi pada ulang tahun Revolusi Rusia ke-50 (1967) dan ke-60 (1977). Apakah pembebasan sekarang ini berhubungan dengan peringatan ulang tahun ke-70, ataukah betul-betul merupakan buah dari glasnot? Inilah pertanyaan penting yang sekarang belum bisa dijawab. Yang tampaknya bisa dijawab sekarang adalah sejumlah pertanyaan wartawan Rusia tentang hal-hal yang selama ini dianggap tabu. Pekan silam, misalnya, dalam suatu konperensi pers di Moskow, seorang wartawan secara terbuka membicarakan rendahnya kualitas pakaian dalam buatan Soviet, sebagai akibat merajalelanya korupsi di kalangan birokrat serta terkebelakangnya mesin-mesin yang ada. Para pejabat serta merta memuji keberanian wartawan tersebut. "Ini menunjukkan betapa luasnya wawasan mereka," komentar seorang pejabat. Beberapa hari kemudian, surat kabar Partai Komunis Soviet, Pravda, tampil dengan surat-surat pembaca yang berani. Di antaranya ada yang meminta agar koran lebih banyak lagi memuat berita kegiatan Politbiro. Juga ada keluhan mengenai adanya monopoli atas jabatan-jabatan yang penting. Surat yang terakhir ini berhubungan erat dengan anjuran Gorbachev agar semakin banyak jabatan penting disediakan kepada mereka yang bukan anggota partai Senada dengan itu, satu dari 27 surat yang mengisi satu halaman penuh Pravda, menyerukan agar tenaga-tenaga mampu yang bukan anggota partai diberi kesempatan untuk menduduki jabatan-jabatan yang penting. "Bagaimanakah kita akan bicara tentang demokrasi dan efisiensi jika tenaga-tenaga yang baik tersia-siakan," demikian bunyi surat pembaca itu. Patut ditambahkan, pemuatan surat-surat yang secara mencolok mendukung kebijaksanaan Gorbachev itu tidaklah terlalu mengejutkan. Hal yang demikian itu juga terjadi dulu, di masa Khrushchev dan Brezhnev.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini