MUKJIZAT. Mukjizat. Kata ini berulang diucapkan Basuki Abdullah, setelah sukses memindahkan Sultan Hamengkubuwono IX ke kanvasnya. "Sultan itu, sewaktu muda, gagah, lho. Saya selalu ingin melukisnya. Berkali-kali saya minta, beliau 'nggak pernah mau. Eh, sesudah sama-sama tua, baru bisa," kata Basuki, 71. Di studionya, Kebayoran Baru, terpajang lukisan cantik orang-orang penting, di antaranya istri Sultan Brunei dan Nyonya Sigit Soeharto. Tapi lukisan Sultan Yogya, yang katanya baru dalam wujud sketsa, tidak tampak. "Saya belum mau mempublikasikan lukisan itu. Saya ingin membuat surprise," katanya. Sultan Hamengkubuwono dilukis Basuki dalam kanvas berukuran 1,25 X 1,9 meter. Basuki mengakui, kalau lukisan segede itu dijual, ia biasa pasang tarif US$ 14.000. "Tapi tak semuanya harus bayar. Kalau yang dilukis cah ayu, ya, gratis," kata pelukis necis ini. Dan lukisan Sultan itu? "Saya akan memberikan lukisan itu sebagai hadiah buatnya." Lho, lalu kabar yang menceritakan bahwa Basuki menyodorkan rekening US$ 7.000 kepada Sultan sebagai uang muka untuk lukisan itu? Basuki membantah, sambil berbisik, "Ah, tidak betul itu." Kurang jelas yang mana yang tidak betul: angka itu, rekening, atau uang muka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini