JARUM jam menunjuk pukul 5.00 pagi. Mengenakan kaus oblong, dengan caping teronggok di atas kepala, pria separuh baya itu sudah mulai menyapu jalan seraya memungut puntung rokok. Orang yang lalu lalang di bagian Kota Bangkok yang ramai itu sama sekali tidak tahu bahwa sang penyapu jalan bukanlah orang biasa. Dialah Gubernur Bangkok -- Mayjen (pur) Chamlong Srimuang -- yang Sabtu pagi pekan lalu langsung turun ke jalan dalam rangka menggalakkan kampanye kebersihan kota. Dia sengaja menyamar semata-mata dengan alasan agar sidak (inspeksi mendadak) yang dilakukannya benar-benar efektif. Juga karena dia menghindari publisitas. "Saya menyapu pelan-pelan supaya tak ada puntung yang tersisa," ujarnya serius. Padanya ada dua buah sapu dan satu gerobak sampah. Sejak menjadi gubernur, dua tahun silam, Chamlong, 49, segera menimbulkan rasa kagum di hati sejumlah pengamat politik di Muangthai. Ada beberapa alasan: Chamlong bekerja sungguh-sungguh, menganut gaya hidup bersih dan sederhana, tidak mempan suap, tidak mau tahu dengan korupsi dan komisi. Sepintas, pensiunan jenderal ini mirip pendeta Budha. Tidak saja karena sehari-hari berpantang daging - dia seorang vegetarian - tetapi juga karena tidak mau bermain politik. Sebegitu jauh, Chamlong memang tidak punya backing, baik dari kalangan militer maupun sipil. Tujuh tahun berselang, ia bekerja sebagai sekretaris jenderal pada kantor Prem Tinsulanonda. Untuk bisa ikut pencalonan gubernur, Chamlong melepas jabatan itu. Setelah menjadi gubernur, Chamlong masih terus memancing rasa heran. Banyak tindakannya yang kontroversial. Program kerja utamanya: membenahi banjir, kemacetan lalu lintas, dan timbunan sampah tiga keruwetan yang memang akrab bagi kehidupan Bangkok. Bebannya bertambah karena 1987 dicanangkan sebagai tahun turisme di Muangthai. Bangkok, sebagai pintu gerbang, harus lebih cantik dari biasanya. Untuk itu, Chamlong bekerja keras. Hasilnya tidak mengecawakan. Dalam satu tahun masa jabatannya, baru satu kali banjir melanda Bangkok. Tetapi dalam soal kebersihan, kebijaksanaan Chamlong berkali-kali diabaikan pedagang kaki lima. "Memang sulit mencegah mereka, karena pemerintah belum mencarikan alternatifnya," kata gubernur yang melarang pedagang kaki lima beroperasi pada jalan-jalan tertentu. Akhirnya, Chamlong menempuh caranya sendiri. Setiap akhir pekan, secara rutin, ia menjadi petugas kebersihan. "Sengaja saya pilih Sabtu subuh, ketika jalanan sepi," ucap gubernur yang tanpa rikuh terus menyapu sampai pukul 2.00 siang. Sekitar tengah hari ia berhenti untuk makan siang, tanpa henti-hentinya mengawasi keadaan sekeliling. Gubernur yang senang berpakaian tradisional dari bahan murahan itu memang dikenal "eksentrik". Hidup terpisah dari istrinya, ia tinggal sendirian tanpa pembantu. Sepulang kantor, masih berjualan penganan khas untuk para vegetarian, yang harganya 10 baht per porsi (kurang dari lima ratus rupiah). Kita harus mengurang sifat serakah . . . berbakti pada masyarakat adalah ajaran Budha," tuturnya. Ia pribadi menegaskan tak akan menerima komisi 40% dari setiap pemberian izin bangunan "Saya pun akan menindak setiap pegawai saya yang menerima komisi,' katanya tegas. Bicara soal korupsi, jenderal itu menegaskan bahwa penyakit ini tidak mungkin ditumpas sampai ke akar-akarnya. "Saya hanya berjanji mencoba mengurangi korupsi," kata Chamlong, yang menyebut, selama tujuh bulan terakhir, instansinya sudah berhasil mengamankan 120 juta baht. Dia menyesalkan rakyat yang tidak mau bekerja sama. Mereka selalu menyodorkan uang suap, hingga petugas tergoda lalu menuruti permintaan mereka. Gaya hidup Chamlong memang seirama dengan ajaran Budha, dan ia berharap semua pegawainya (30.000 orang) dapat mengikuti jejaknya. Sampai-sampai Wakil Gubernur Bangkok Abhor Phukaman mengadakan kursus pola kerja ala "boss". Tentang ini Chamlong berkata, "Saya tidak memaksa . . . hanya saya sarankan supaya mereka tidak hidup berfoya-foya." Pengamat politik memberi julukan "Si bintang terang" pada Chamlong--dengan sikap optimistisnya yang agak berlebihan. Mereka bahkan meramalkan, gubernur itu kelak mampu menggeser kedudukan Perdana Menteri Prem Tinsulanonda. Chamlong sebaliknya, dalam sikap rendah hati, justru meragukan kemampuan dirinya sendiri. "Semakin besar perahu . . . semakin besar ombak yang menghantam," katanya berfalsafah. Masih dua tahun lagi Chamlong akan berfungsi sebagai Gubernur Bangkok. Dan sesudah itu, kalau boleh memilih, "Saya lebih suka menjadi Chamlong tua yang biasa-biasa saja," kata pensiunan mayor jenderal itu, akhirnya. Yulia S. Madjid, Laporan Yuli Ismartono (Bangkok)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini