Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pemerintah Malaysia Ajukan Banding Soal Penggunaan Kata Allah Oleh Kristen

Pengadilan Tinggi Malaysia sebelumnya membolehkan umat Kristen di sana memakai kata Allah

16 Maret 2021 | 09.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, - Pemerintah Malaysia mengajukan banding atas keputusan Pengadilan Tinggi yang mengizinkan umat Kristen di sana menggunakan kata 'Allah' untuk merujuk pada Tuhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Merujuk dokumen yang dilihat AFP, Senin, 15 Maret 2021, pemerintah Malaysia merasa tidak puas dengan putusan itu.

Mengutip laporan Channel News Asia, pihak berwenang di Malaysia telah lama melarang umat Kristen menggunakan lafaz Allah. Mereka berdalih mengizinkan non-Muslim menggunakan kata "Allah" membingungkan dan bisa mempengaruhi Muslim untuk pindah agama.

Pekan lalu, Pengadilan Tinggi Malaysia memutuskan bahwa umat Kristen diizinkan menggunakan kata "Allah" dalam publikasi keagamaan untuk tujuan pendidikan. Tiga kata lain: Baitullah, Ka'bah, dan salat juga dapat digunakan dalam publikasi agama.

Dalam memberikan penilaiannya, Hakim Pengadilan Banding Nor Bee Ariffin mengatakan bahwa aturan tahun 1986 oleh kementerian dalam negeri yang melarang penggunaan empat kata itu oleh orang Kristen adalah ilegal dan tidak rasional

"Tidak dapat disangkal bahwa (materi) itu untuk pendidikan keagamaan pribadinya," kata hakim seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 10 Maret 2021.

Kasus ini bermula dari penyitaan sejumlah CD milik Jill Ireland Lawrence Bill, seorang umat Kristen asal Serawak, oleh petugas Bea Cukai Bandara Internasional Kuala Lumpur 2008 silam. CD-CD itu berjudul “Cara Hidup Dalam Kerajaan Allah”, “Hidup Benar Dalam Kerajaan Allah” dan “Ibadah Yang Benar Dalam Kerajaan Allah".

Jill lalu menggugat Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Malaysia terkait penyitaan itu. Ia menuntut ada pengakuan resmi terhadap hak konstitusional untuk menjalankan ajaran agamanya dan perlakuan non-diskriminatif.

Pengadilan Tinggi Malaysia lantas memutuskan jika kementerian dalam negeri bersalah dan memerintahkannya untuk mengembalikan CD milik Jill.

Pada 2015, Pengadilan Banding mengirim kedua masalah konstitusional tersebut kembali ke Pengadilan Tinggi untuk disidangkan. Kasus tersebut disidangkan oleh Pengadilan Tinggi pada tahun 2017 tetapi pengumuman keputusan tersebut ditangguhkan beberapa kali hingga Rabu.

Hakim mencatat bahwa komunitas Kristen di Malaysia telah menggunakan kata "Allah" selama beberapa generasi dalam mengamalkan iman mereka. “Fakta bahwa mereka telah menggunakannya selama 400 tahun tidak dapat diabaikan,” ucap Hakim Noor.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus