Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemilu presiden Brazil melaju ke putaran kedua setelah secara mengejutkan Presiden Brasil Jair Bolsonaro merusak harapan saingannya Luiz Inacio Lula da Silva untuk memenangkan pemilu langsung dalam satu kali putaran. Hasil pemilu putaran pertama diumumkan pada Minggu, 2 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan 99,7 persen suara suara yang sudah dihitung, Lula unggul dengan raihan 48,4 persen suara melawan Bolsonaro yang mendapat 43,3 persen suara. Lantaran tidak ada kandidat yang mendapat dukungan mayoritas, pemilu presiden Brasil akan dilanjutkan ke pemungutan suara putaran kedua pada 30 Oktober nanti.
Mantan Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva, dikawal oleh para pendukungnya saat meninggalkan markas serikat pekerja logam di Sao Bernardo do Campo, Brasil, 7 April 2018. Da Silva berada dalam tahanan polisi setelah bentrokan yang menegangkan dengan pendukung yang mencoba memblokir dia pergi dari sebuah gedung serikat pekerja. (Thiago Bernardes / FramePhoto via AP)
Sejumlah survei memperlihatkan Lula unggul dibanding Bolsonaro dengan dukungan 10 - 15 persen menjelang pemilu yang diselenggarakan pada Minggu, 2 Oktober 2022. Hasil yang jauh lebih ketat itu menghancurkan harapan akan resolusi cepat untuk pemilihan yang sangat terpolarisasi di negara demokrasi terbesar keempat di dunia itu.
Lula bukan sosok yang asing dalam politik Brasil. Dia berhaluan kiri dan pernah menjabat sebagai presiden dari 2003 hingga 2010.
Bolsonaro telah mempertanyakan jajak pendapat yang menunjukkan dia kalah dari Lula di babak pertama, dengan mengatakan mereka tidak menangkap antusiasme yang dia lihat di jalur kampanye. Dia juga menyerang integritas sistem pemilihan elektronik Brazil tanpa bukti, dan menyatakan dia tidak akan menyerah jika dia kalah.
Pengamat politik mengatakan hasil pemilu putaran pertama, yang memenangkan Lula dapat melemahkan dukungan Bolsonaro. Tetapi pemungutan suara pada Minggu kemarin, memperpanjang ketegangan pemilu dan penuh kekerasan selama empat minggu lagi, serta membuat Brasil kembali sibuk dengan kampanye demi kampanye.
"Ekstrim kanan sangat kuat di seluruh Brazil. Kemenangan putaran kedua Lula sekarang kecil kemungkinannya. Bolsonaro akan tiba dengan banyak kekuatan untuk terpilih kembali," kata Carlos Melo, ilmuwan politik dari sekolah bisnis Insper.
Hasil pemilu putaran pertama telah memberikan Lula optimisme dengan menyebutnya sebagai kemenangan yang tertunda. Dia pun berharap bisa berhadapan langsung dengan Bolsonaro dalam sebuah debat.
"Kita bisa membandingkan Brazil yang dia bangun dengan yang kita bangun," katanya kepada wartawan.
Bolsonaro juga bersikap tenang dan percaya diri dalam pernyataan paska-pemilu. Dia sempat meremehkan perusahaan jajak pendapat karena gagal mengukur dukungannya.
"Saya berencana membuat aliansi politik yang tepat untuk memenangkan pemilihan ini," katanya kepada wartawan, menunjuk kemajuan signifikan yang dibuat partainya di Kongres dalam pemilihan umum hari Minggu.
Sayap kanan Brasil memenangkan 19 dari 27 kursi di Senat. Jumlah itu naik dibanding pemilu sebelumnya.
Maria Lourdes de Noronha, 63 tahun, mengatakan hanya penipuan yang bisa mencegah kemenangan Bolsonaro.
"Kami tidak akan menerima jika dia kalah. Jajak pendapat di negara kita, media dan jurnalis, adalah pembohong, bajingan, yang tidak tahu malu," kata Noronha.
Meskipun Lula meninggalkan kursi kepresidenan 12 tahun lalu dengan rekor popularitas, dia sekarang tidak disukai oleh banyak orang Brazil setelah dihukum karena menerima suap dan pernah dijebloskan ke penjara. Namun vonis Lula kemudian dibatalkan oleh Mahkamah Agung sehingga memungkinkan dia bisa mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada tahun ini.
Proposal Lula untuk Brasil jika memangkan pemilu tidak terlalu detail. Dia hanya berjanji meningkatkan nasib kelas pekerja dan masyarakat miskin di Brasil, seperti yang dia lakukan sebagai presiden pada periode 2003 - 2010. Ketika itu, Lula mengangkat jutaan orang dari kemiskinan dan memperkuat pengaruh global Brazil.
Saat berkuasa, dukungan bagi Lula melonjak saat ia memperluas jaring pengaman sosial Brasil di tengah ledakan ekonomi yang didorong oleh komoditas. Tetapi pada tahun-tahun setelah dia meninggalkan kantor Kepresidenan Brasil, ekonomi Negeri Samba itu runtuh, penggantinya yang dipilih sendiri dimakzulkan dan banyak rekannya dipenjara karena bagian dari skandal korupsi besar-besaran.
Lula sendiri menghabiskan 19 bulan di penjara karena tuduhan suap yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung tahun lalu.
Adapun Bolsonaro adalah seorang anggota parlemen, yang memenangkan pemilu Brasil pada 2018. Dia menyatukan untaian hak Brasil dari orang Kristen evangelis hingga kepentingan pertanian dan pendukung pro-senjata.
Dia telah membongkar perlindungan lingkungan dan adat untuk menyenangkan petani komersial dan penambang liar, sambil menarik konservatif sosial dengan agenda anti-gay dan anti-aborsi.
Popularitas Bolsonaro turun sejak pandemi virus corona, yang disebutnya "flu kecil" sebelum Covid-19 membunuh 686 ribu warga Brazil. Skandal korupsi juga memaksa menteri di kabinetnya keluar dari pemerintahannya. Bolsonaro menjadi perhatian saat putranya terpilih menjadi anggota parlemen. Namun pemilu pada hari Minggu kemarin menunjukkan dukungan untuknya belum runtuh.
REUTERS | NESA AQILA
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.