Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hampir 11 tahun hilang kontak sejak 8 Maret 2014 silam masih belum ditemukan. Kali ini, pencarian pesawat Boeing 777 itu kembali dilakukan di Samudera Hindia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski pencarian kembali dilakukan, Malaysia belum menandatangani kontrak untuk mencari puing-puing di dasar laut dengan perusahaan eksplorasi AS Ocean Infinity. Hal ini menimbulkan ketidakpastian apakah pencarian telah dimulai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dihubungi oleh Reuters, firma eksplorasi AS Ocean Infinity, yang melakukan pencarian terakhir pesawat tersebut yang berakhir pada 2018, mengatakan tidak memiliki informasi apapun. Menteri Anthony Loke mengakui belum menandatangani kontrak dengan Ocean Infinity. Ia menyambut proaktifitas perusahaan untuk mengerahkan kapalnya ke daerah tersebut untuk memulai pencarian.
"Karena Ocean Infinity sudah mulai mengerahkan kapalnya, tentu kami menyambut baik karena kami sudah memberikan persetujuan prinsip agar pencarian dilanjutkan dan tinggal menuntaskan kontraknya saja," kata Loke dalam jumpa pers.
Kilas Balik Hilangnya Pesawat Malaysia Airlines MH370
Pesawat Boeing 777 yang membawa 239 penumpang, termasuk awal, dinyatakan hilang kontak pada 8 Maret 2014. Pesawat tersebut mengangkut 12 awak kabin dan 227 penumpang dari 15 negara, kebanyakan di antaranya adalah warga negara Tiongkok, dan termasuk 50 warga Malaysia dan enam warga Australia. Pesawat ini diketahui terbang dari Kuala Lumpur, Malaysia dengan tujuan akhir ke Beijing.
Pesawat tercatat tinggal landas dari Kuala Lumpur pukul 00.41 waktu setempat. Pesawat dijadwalkan tiba di tujuan pukul 06.30. Namun, kurang dari sejam setelah melangit, pesawat hilang kontak. The Independent melaporkan, posisi terakhir pesawat per 8 Maret pukul 01:21 waktu setempat adalah 6°55′15″N 103°34′43″E, sesuai titik jalur navigasi IGARI di Teluk Thailand.
Dari titik tersebut rencananya pesawat berbelok sedikit ke arah timur. Namun, pelacakan militer menunjukkan bahwa MH370 turun ke ketinggian 12 ribu kaki setelah berbelok tajam ke arah Selat Malaka. Belokan tajam ini dianggap dilakukan secara sengaja. Sebab pesawat tersebut butuh dua menit untuk berbelok seperti itu.
Di sisi lain tidak ada panggilan darurat ketika hal ini terjadi. Awak kabin maupun sistem komunikasi pesawat tidak mengirimkan sinyal darurat, indikasi cuaca buruk, atau masalah teknis sebelum menghilang dari layar radar. Kata-kata terakhir yang didengar pengawas lalu lintas udara Malaysia pada pukul 01:19 adalah suara kopilot yang mengatakan, “All right, good night”.
Pesawat Malaysia Airlines MH370 dinyatakan hilang pada pukul 08.11 waktu Malaysia. Di hari yang sama misi pencarian dan penyelamatan internasional pun dikerahkan di Laut Tiongkok Selatan. Keesokan harinya, 9 Maret, wilayah pencarian diperluas seiring muncul dugaan pesawat mungkin berbelok ke barat. Pada 10 Maret Sepuluh satelit Tiongkok dikerahkan dalam misi pencarian.
Pada 11 Maret, dilaporkan radar militer menunjukkan bahwa pesawat berbelok ke barat dan terus terbang selama 70 menit sebelum menghilang dari radar Malaysia di dekat Pulau Perak. Pesawat tersebut terlacak sedang terbang di ketinggian yang lebih rendah melintasi Malaysia ke Selat Malaka. Lokasinya diperkirakan 500 kilometer dari kontak terakhirnya dengan radar sipil.
Pencairan menemukan adanya jejak minyak di permukaan Laut Tiongkok Selatan. Namun dinyatakan bukan berasal dari bahan bakar jet. Pada 12 Maret, Citra satelit Tiongkok menunjukkan kemungkinan serpihan Penerbangan 370 di Laut Tiongkok namun pencarian di lapangan tak membuahkan hasil. Malaysia pada 15 Maret mengumumkan keberadaan transmisi satelit terakhir dari MH370 dan lokasi pencarian baru di dua lokasi – utara dan selatan.
Per 16 Maret total 25 negara terlibat membantu pencarian. Operasi pencarian dari Sumatera hingga Samudra Hindia selatan pun digelar pada 17 Maret dipimpin Australia. Sementara Tiongkok memulai operasi pencarian di wilayah utara negaranya pada 18 Maret. Pada 20 Maret, dua objek tertangkap oleh satelit di Samudra Hindia selatan, pesawat dan kapal pun dikirimkan untuk melakukan pelacakan.
Pencarian kemudian difokuskan di perairan 3.000 kilometer di sebelah barat daya Perth, Australia pada 21 Maret. Pada 24 Maret Perdana Menteri Malaysia mengumumkan Penerbangan MH370 jatuh di Samudra Hindia selatan. Malaysia Airlines pun menyatakan kepada pihak keluarga bahwa mereka berasumsi tanpa keraguan apa pun, tidak ada korban yang selamat.
Upaya pencarian terus dilakukan. Pencarian bawah air multinasional di Samudera Hindia pun digelar dipimpin Malaysia, Cina, dan Australia. Namun upaya tersebut berakhir pada awal 2017 tanpa hasil. Pencarian pribadi beberapa bulan yang diluncurkan Ocean Infinity selama satu tahun kemudian pun hasilnya nihil.
Menurut Britannica, ada kemungkinan hilangnya MH370 terkait pembajakan. Spekulasi itu muncul tersebab hilangnya Aircraft Communications Addressing and Reporting System atau ACARS. Namun, tak ada yang mengaku bertanggung jawab menghilangkan sistem komunikasi itu. Begitu pula tampaknya tidak mungkin para pembajak akan menerbangkan pesawat untuk dijatuhkan di selatan Samudera Hindia.
Kemungkinan lainnya adalah ditembak Jatuh. Setelah penemuan puing-puing pertama, beberapa berspekulasi bahwa Malaysia Airlines MH370 ditembak jatuh. Namun tidak ada bukti pecahan dari rudal atau proyektil lain yang ditemukan.
Pada 2020, mantan Perdana Menteri Australia Tony Abbot mengklaim bahwa otoritas Malaysia meyakini pilot MH370 sengaja menjatuhkan pesawat dalam misi pembunuhan-bunuh diri. Najib Razak, yang menjabat sebagai perdana menteri Malaysia saat kejadian, merespons komentar Abbot. Dia menegaskan bahwa penyidik tidak pernah mengesampingkan kemungkinan skenario pembunuhan-bunuh diri tersebut.
Najib saat itu mengatakan kepada portal berita online Free Malaysia Today bahwa para pejabat telah mempertimbangkan skenario semacam itu selama penyelidikan, tetapi memutuskan untuk tidak mempublikasikan penilaian mereka. Sebab , kata Najib, hal ini akan dianggap tidak adil dan tidak bertanggung jawab secara hukum karena kotak hitam dan perekam suara kokpit belum ditemukan.
“Oleh karena itu, tidak ada bukti konklusif apakah ini tanggung jawab pilot secara individu atau tanggung jawab kolektif,” demikian kutipan pernyataan Najib di media tersebut.
Teori bahwa pilot pesawat, Zaharie Ahmad Shah, sengaja menjatuhkan pesawat, telah dibantah keras oleh pihak keluarga dan teman-temannya.
Dewi Rina Cahyani dan Hendrik Khoirul Muhid turut berkontribusi pada penulisan artikel ini.