SIAPA yang paling berhak menyeret penjahat perang ke meja hijau? Dalam kasus Bosnia, setidaknya ada dua pendapat. Pemerintah Bosnia merasa berhak, sedangkan pihak lain mengatakan seharusnya mereka dimejahijaukan dalam pengadilan internasional. Yang jelas, Pemerintah Sarajevo bergerak lebih cepat. Sejak 12 Maret lalu dua milisi Serbia diadili oleh pengadilan militer di Sarajevo. Borislav Herak, 22 tahun, dan Stretko Damjanvic, 33 tahun, didakwa melakukan pembantaian masal, perkosaan, dan penjarahan. Keduanya ditangkap November tahun lalu karena kesasar ke basis pasukan Bosnia. Selasa pekan lalu vonis pun jatuh: kedua serdadu Serbia ini dianggap terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Tanggal eksekusi belum ditetapkan. Inilah kali pertama para pelaku kejahatan perang Bosnia disidangkan. Dan segera muncul protes. Panglima pasukan PBB di Bosnia, Jenderal Philippe Morillon, menentang keras pengadilan penjahat perang ala pemerintah Sarajevo ini. Kedua serdadu Serbia itu, kata sang Jenderal, harus dikirim ke pengadilan penjahat perang internasional. Morillon mendesak Presiden Bosnia Alija Izetbegovic membatalkan pengadilan itu. Pihak Barat memang sudah lama mengusulkan dibentuknya pengadilan penjahat perang internasional untuk penjahat perang Bosnia. Tapi sejauh ini mereka hanya omong. Tapi cukup sahkah pengadilan Pemerintah Sarajevo itu? Yang menarik, reaksi kedua tentara Serbia itu sendiri bertolak belakang. Borislav Herak, yang selama sidang mengaku sudah membunuh 30 warga sipil Bosnia termasuk belasan wanita yang diperkosanya dulu sebelum dibantainya, menerima keputusan pengadilan dan tak berniat mengajukan banding. ''Saya sudah sepantasnya diganjar hukuman mati. Saya hanya ingin bertemu sekali lagi dengan ayah saya dan minta rokok,'' kata Herak seusai vonis pengadilan. Sedangkan Stretko Damjanovic mengaku tak bersalah. Ia mengaku dipukuli, dipaksa membenarkan tuduhan bahwa ia telah melakukan pembunuhan dan perkosaan. ''Ini bukan pengadilan yang adil. Saya minta rokok,'' katanya. Menurut kesaksian Herak, Damjanovic ikut melakukan aksi pembunuhan dan pemerkosaan. Yang pasti, kesaksian Herak dalam sidang pengadilan berdekatan dengan tudingan internasional atas aksi ''pembersihan etnis'' oleh para pemimpin Serbia. Menurut Herak, perintah membunuh dan memperkosa datang dari para perwira atasannya. Jika membangkang, menurut pemuda yang lahir dan tumbuh besar di Sarajevo ini, ia sendiri yang ditembak mati. Dari pengakuan Herak diketahui berbagai cara pemimpin Serbia di Bosnia menyalakan kebencian pemuda Serbia kepada etnis Bosnia muslim. ''Saya diberi tahu bahwa ayah saya dibantai orang Bosnia karena ia berasal dari Serbia. Kenyataannya, ayah saya masih hidup di Sarajevo. Itu saya ketahui saat ditangkap,'' kata pemuda yang mengaku masih perjaka tingting sebelum perang etnis marak di Bosnia. Herak mengaku, pengalaman seks pertamanya adalah memperkosa seorang gadis Bosnia. Ia sama sekali tak menikmatinya karena ditonton para penjaga kamp. Kalau pengakuan Herak benar, inilah pertama kali sumber Serbia mengakui adanya kamp-kamp perkosaan, yang selama ini diberitakan oleh para korban yang lolos dari kamp-kamp itu. FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini