PERISTIWA berdarah itu terjadi cepat sekali. Ketika Presiden
Anwar Sadat bangkit Wakil Presiden Muhammad Husni Mubarak ikut
berdiri. Dia menyangka Sadat akan memberikan penghormatan pada
aerobatik pesawat tempur di udara. Tapi mendadak, setengah tak
percaya dia melihat seorang berseragam militer melemparkan
granat dan melepaskan tembakan ke arah panggung kehormatan.
"Saya segera menjatuhkan diri, begitu juga presiden," tutur
Mubarak. "Namun saya tak percaya ketika melihat presiden dibawa
terbang dengan helikopter." Di hari besar (6 Oktober) itu, Sadat
tewas. Mubarak yang,berdiri rapat di sisi kanan Sadat hanya
menderita luka ringan di tangan kiri.
Dalam sidang kilatnya, Parlemen segera menetapkan Husni Mubarak,
52 tahun, sebagai calon presiden. Pengukuhannya kemudian
ditentukan dalam referendum 13 Oktober. Mendiang Presiden Sadat
memang sudah sejak lama menyiapkan dia sebagai penggantinya.
Berbagai misi penting belakangan ini dipercayakan pada Mubarak.
Awal Oktober, misalnya, Wakil Presiden itu menemui Presiden AS
Ronald Reagan. Selama empat hari di Washington kedua pemimpin
tadi dengan intensif membicarakan soal rencana penjualan pesawat
radar AWACS dan senjata (US$ 8,5 milyar) kepada Arab Saudi,
pengaruh Soviet di Timur Tengah dan soal hak hidup bangsa
Palestina. Setibanya di Kairo, dia kemudian melaporkan seluruh
pembicaraannya kepada Sadat.
Siapa Mubarak Dia lahir (1929) dari keluarga menengah di sebuah
desa di ddta Sungai Nil di Provinsi Menufia, tak jauh dari Mit
Aboul Kom, tempat Sadat dilahirkan. Pada tahun 1947 Mubarak
masuk akademi militer, dan mengebut belajar hingga lulus dua
tahun kemudian. Dari sini, dia melanjutkan pendidikan ke Akademi
Angkatan Udara Mesir selama dua tahun. Dia akhirnya dikirim pula
ke Akademi Staf Umum Frunze di Moskow.
Dan ketika pulang kembali ke Mesir, karir Mubarak cepat
menanjak. April 1972, dia diangkat sebagai Panglima Angkatan
Udara Mesir menggantikan Jenderal Ali Baghadadi. Berbeda dengan
mendiang Presiden Nasser dan Sadat, Mubarak tidak termasuk dalam
kelompok Per,vira Bebas yang memotori Revolusi Mesir 1952.
Sebagai panglima, Mubarak membenahi segera Angkatan Udara Mesir
yang porak poranda akibat Perang 1967. Dalam tahun 1967 itu
Israel melumpuhkan banyak pesawat udara Mesir sebelum sempat
terbang.
Hanya tiga hari sesudah diangkat sebagai panglima, dia menemani
Sadat pergi ke Moskow menagih senjata. Tapi Kremlin menolak
permintaan tadi. Juli 1972 itu jug, Sadat membalas dengan
mengusir 17 ribu penasihat militer Soviet. Mubarak tanpa
ragu-ragu mendukung kebijaksanaan tersebut, sementara banyak
perwira tinggi Mesir pro-Moskow yang menentang.
Peranan Mubarak mulai menonjol dalam Perang Oktober 1973.
Bersama Sadat dan sejumlah perwira tinggi, dia aktif merancang
strategi penyerangan mendadak yang menaikkan kembali gengsi
Angkatan Bersenjata Mesir. Dia berusaha kerja keras dengan
loyalitas yang tinggi. Dua tahun kemudian, dengan pangkat
bintang empat penuh mubarak diangkat sebagai Wakil Presiden
Mesir.
Di tahun pertama sebagai orang kedua, Mubarak banyak mengemban
misi sangat penting -- di antaranya persetujuan pembelian
senjata dari RRC. Dia juga menjadi perunding dalam pertikaian
antara Maroko, Aljazair dan Mauritania dalam sengketa bekas
jajahan Spanyol di Sahara. Dia berdiri tanpa ragu di belakang
Sadat dalam mengikis gerakan kelompok Islam fundamentalis.
Sebagai perunding dalam upaya membangun kembali Angkatan
Bersenjata Mesir, dia banyak melakukan perjalanan ke AS, Eropa
Barat dan Timur Jauh.
Kendati demikian, peranan Mubarak dalam perundingan pengembalian
Sinai dari Israel kecil sekali. Dia belum pernah pergi ke negeri
Yahudi itu. Karenanya bagi PM Menachem Begin, dia merupakan
teka-teki. Namun Mubarak cepat menanggapi situasi. Dalam
wawancara koran Ma'ariv (Tel Aviv), dia berjanji akan tetap
melanjutkan kebijaksanaan Presiden Sadat yang tercantum dalam
Persetujuan Camp David. "Ini semacam kereta api yang rodarodanya
tak boleh berhenti," katanya. "Jalan terbentang jelas di depan,
dan kebijaksanaan yang sudah diputuskan harus tetap
dilanjutkan."
Mubarak yang ganteng itu dikenal sebagai penggemar olahraga
squash (tennis dinding) dan tentu saja suka membaca buku
militer--terutama mengenai angkatan udara. Dari pernikahannya
dengan Suzanne, dia kini punya dua putra yang sudah dewasa.
Kawan-kawannya melukiskan Mubarak sebagai orang yang "sangat
pendiam dan tak pernah kehilangan kontrol diri-makanya sulit
menduga apa yang ada dalam benaknya."
Dia bisa juga bersikap keras. Segera sesudah dicalonkan sebagai
presiden, Mubarak memperingatkan pada Libya agar tidak menyerang
Sudan maupun tetangganya. Tentara Libya sudah mencampuri perang
saudara di Chad, yang mencemaskan Sudan, sekutu Mesir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini