SUDAH delapan bulan lamanya Ktut Tantri, pengarang Revolusi di
Nusa Damai itu berada di Indonesia dan menginap di Hotel
Mandarin. "Saya ingin mati di sini," ujar wanita bertubuh
kecil-pendek berusia lanjut itu. Ia lantas
mengaku--selalu--bahwa ia lebih merasa sebagai orang Indonesia
ketimbang Amerika. "Saya merasa terlibat dalam revolusi
Indonesia, tapi saya tak boleh menetap di sini," katanya
menggerutu.
Selama tinggal di Indonesia ia harus bolak-balik memperpanjang
visanya, setiap bulan. Dan bulan ini izin tinggalnya hanya
sampai tanggal 19. "Saya sudah jemu mengurusnya," katanya.
Sehingga, kemungkinan ia akan angkat kaki. Mungkin ke Hongkong.
Sebab, "Saya tidak kerasan di Amerika."
Tentang Bung Karno, yang sangat dikaguminya, ia punya satu
cerita. Katanya, BK pernah bilang kepadanya bahwa orang selama
ini salah menilai mengenai istri yang paling dicintainya.
"Menurut pengakuan Bung Karno kepada saya, istri yang paling
dicintainya adalah Hartini, dan bukan Dewi".
Ktut Tantri sendiri mengaku tak menyukai dan bahkan sangat
membenci Dewi. "Dia seorang wanita yang serakah. Lagi pula dia
'kan orang Jepang," katanya sinis. "Lihat saja bagaimana dia
mengeruk uang waktu itu sehingga dia bisa hidup seperti sekarang
ini." Di Paris, Ratna Sari Dewi memang hidup di kalangan kaum
jet set.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini