Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ikhwanul muslimin dan bayang-bayang

Sekilas tentang ikhwanul muslimin di mesir. diduga beberapa aktivisnya ikut terlibat dalam pembunuhan presiden mesir anwar sadat.

17 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIKABARKAN, kelompok At Takfir wal Hijrah bersangkutpaut dengan pembunuhan Presiden Sadat. Memang, sebegitu jauh hanya disimpulkan bahwa makar ini bersifat dendam pribadi. Letnan Khalid Al Istanbuli pelaku utama, melepaskan sakit hati umuk saudaranya yang turut ditangkap pemerintah--dalam operasi penahanan besar-besaran yang meliputi jumlah 1.536 orang. Saudara si letnan itu seorang aktivis kelompok ekstrim Islam At Takfir wal Hijrah (Pengingkaran dan Perubahan Total). Dan penangkapan massal bulan kemarin itu (TEMPO 19 September, Agama) memang antara lain berarti pembersihan seluruh anasir ekstrim agama. Bahkan dikatakan melumpuhkan--untuk kesekian kalinya--kekuatan Ikhwanul Muslimun. Takfir, kelompok ekstrim itu, memang sering dianggap bcrada dalam rumpun Ikhwanul Muslimun. Ia, yang di tahun 1977 diketahui menculik dan membunuh menteri wakaf waktu itu (menteri agama di sini), dan di tahun 1974 menyerang sebuah akademi militer dan merebut senjata, sering dianggap "sayap keras Ikhwan". Sedang organisasi Jamaah Islamiyah, yang oleh Presiden Sadat dihidupkan untuk mengakomodasi bekas keluarga besar Ikhwan--dan dipimpin oleh Syekh Ali Hamid (yang disebut "teman Sadat"), seakan merupakan proyek pemerintah alias golongan lunak. Semua memang bisa dihubungkan dengan Ikhhwanul Muslimun, bila nama itu sekedar dipakai untuk menandai satu subkultur -- yang sudah berkembang jauh dengan segala variasi dan perubahannya, sejak organisasinya didirikan oleh Imam Hasan Al Bamna, di kota kecil Isma'iliah di tahun 1928. Ikhwanul Muslimun memang sebuah tonggak. Didirikan sebagai sebuah jam'iyah, perkumpulan keagamaan, ia dengan cepat berkembang bukan saja di seluruh Mesir, melainkan juga di hampir segenap negeri Tirnur Tengah. Fungsi politik gerakan ini memang agaknya yang paling mudah terlihat. Padahal tak kurang besarnya adalah fungsi pembukaan pikiran keagamaan (meski keduanya memang satu, atau topang-menopang) lewat berbagai kitab, risalah maupun media lain. Di Indonesia misalnya, dua kitab sangat populer. Pertama tafsir Fi Zhilalil Quran (Di Bawah Bayang-Bayang Al Quran), yang diarggap tafsir besar sesudah Al Manar oleh para pembaru Idam Muhammad Abh dan Rasyid Ridha. an kedua Fiqus Sunnah, yang men bahas fiqh ernpat mazhab dan sampai sekarang tetap dipakai baik di pesantren maupun madrasah kita. Dua-duanya buah tangan Seyd Quthb. Dan Seyd Quthb adalah uama Ikhwan yang, ketika situasi politik sudah berubah, dibunuh Garnal Abdul Nasser di tahun 1964-setahun sebelum digantungnya ulama yang lain, Abdul Qadir Audhah. Dan betapa besar pengaruh Ikhwan di dunia muslim, terlihat dari reaksi berbagai negara atas penghukuman itu yang mengenai tak kurang dari enam ulama besar dan ribuan orang yang ditembak atau dijebloskan ke tahanan. Bahkan menurut koran Al Hayat, Beirut, penghukuman itulah yang membikin tegang hubungan Mesir dan Sudan di bawah pemerintah Azhari. Itu menunjukkan bahwa Ikhwanul Muslimun bukan sekedar "kelompok ekstrim". Dan memang ia didirikan dengan harapan menjadi pengatrol kebangkitan Islam yang menyeIuruh. Di mana-mana mereka membuat sekolah, memajukan berbagai industri kecil, klinik dan rumah sakit. Juga mencapai golongan intelektual--dan akhirnya gelombang besar mahasiswa. Bahkan yang termasuk digantung Nasser tahun 1965 adalah Al Asmawi, ahli fisika inti yang merencanakan reaktor nuklir Mesir seperti yang diperintahkan Nasser. Ia murid Seyd Quthb. Dan inilah memang salah satu hal yang menjadi ciri khas Ikhwanul Muslimun: tidak begitu lama setelah jam'iyak ini berdiri, mereka membuka pusat-pusat latihan fisik atau kemiliteran. Ini memang didasarkan pada konsep kehidupan agama yang total, termasuk ke dalamnya prinsip jihad dalam arti perang. Relevansinya pun terlihat di zaman itu sebagai (sambil mendukung semangat Jamaluddin Al Afghani, pembangkit dunia Islam abad lalu) alat perlawanan terhadap penjajah di masingmasing negeri Islam. Kebencian mereka kepada Barat di atas segala-galanya. Lebih-lebih Inggris, penjajah negeri mereka -- lewat Fuad, dan kemudian Farouk, sebagai raja-raja boneka. Perlawanan mereka yang berarti adalah juga terhadap pendudukan Palestina oleh Yahudi dan pembentukan Israel. Milisi umum yang dilaksanakan di tahun 1948 itu merupakan ajang besar peruma bagi pencapaian keinginan mati syahid -- doktrin yang ditekankan sang imam sendiri sejak semula. Ini diulang lagi dalam perang 1973 di bawah Sadat, walau organisasi resmi mereka sudah tiada. MENARIK, bahwa di antara para instruktur yang melatih----warga Ikhwan dahulu tak lainù Nasserdan Sadat sendiri. Bahkan orang-orang tua masih bisa mengingat betapa Sadat dan Nasser dengan menunduk mendengarkan pengajian Imam Hasan Al Banna, di kantor Ikhwan di Hilmiyah al Jadidah, Kairo. Malahan, sesudah Mesir resmi menjadi republik, di antara yang pertama dilakukan Nasser dan Sadat adalah mengunjungi makam Hasan Al Banna. Imam itu sendiri dibunuh kaki tangan Raja Farouk, 12 Februari 1949--dua bulan setelah pembunuhan PM Nuqrashi Pasha yang didakwakan dilakukan orang Ikhwan. Bagi Farouk sendiri, Ikhwan memang ancaman serius, Setidaknya di tahun-tahun akhir pemerintahan raja yang suka foya-foya itu, menurut Syeikh Yusuf al Qardhawi--tokoh Ikhwan yang menyingkir ke Abu Dhabi--dalam bukunya At Tarbiatul Islamiyah wa Madrasatu Hasan Al Banna, ada pertemuan wakil-wakil Inggris, AS dan Prancis--yang kemudian meminta kepada Raja agar melarang perkumpulan para "ulama politik" itu. Naiknya Jenderal Muhammad Najib, dan kemudian Nasser di tahun 1952, membawa berbagai perubahan yang cepat. Yang dilakukan Nasser pertama kali adalah membubarkan semua partai. Kecuali Ikhwanul Muslimun, yang bukan partai. Tetapi cukup menarik penuturan wartawan Roger Faligot kepada The Mdle East--tentang adanya peranan CIA dalam perlawanan terhadap Ikhwan. Allen Dulles, Direktur CIA, dengan meminta bantuan Gehlen--dari dinas rahasia Jerman, dan bekas Nazi-menggerakkan perutusan yang dipimpin Farnbacher, bekas jenderal Waffen SS, ke Kairo. Mereka menawarkan dan kemudian membantu mengorganisad dinas rahasia Mesir. "Organisasi spionase ini dirancang melawan Ikhwanul Muslimin, dan membentuk tim sabotase menghadapi Israel," tulis Faligot. Januari 1954 muncul keriuhan besar di kalangan mahasiswa--dan Ikhwanul hluslimin dinilai berdiri dibelakangnya. Ikhwan kemudian dilarang, Nasser sendiri dinilai oleh para ulama lawannya sebagai "menyebal dari Islam". Baik waktu itu maupun lebih-lebih kemudian, pemerintahan Nasser banyak disusupi "musuh Islam". Yang terakhir itu membentuk semacam 'dapur'--bagian dari lapisan intelektuil yang bekea secara terselubung, dan konon sangat didengarkan sang presiden--terdiri dari campuran non-Islam dan nonpribumi. Yakni: Koptik dan Armenia--dua-duanya Nasrani. Labib Syuqair, misalnya, hanyalah contoh paling menonjol dari minoritas Koptik yang bahkan pernah jadi ketua Parlemen, ketua Dewan Perancang Nasional dan Sekjen partai Nasser. Koptik yang lain, Musa Shabri, jugawartawan yang paling didengarkan Nasser--barangkali lebih dari Hasanain Haikal. Maka terjadilah percobaan pembunuhan Nasser di Iskandariah, 26 Oktober 1954. Dan ketahuan Mahmud Abdul Latif, penembak sang presiden adalah anggota 'organ rahasia' Ikhwanul Muslimun. Lewat pengusutan di pengadilan diumumkan jumlah anggota organ ini--meski tetap tak jelas 400 orang (dengan 70 orang 'pemimpin sel'), atau 3.000 orang, atau 10.000. Yang berada di angkatan kepolisian dihitung 19 perwira. Di angkatan lain tidak terjumlah. Hasan Ismail Hudaibi, pewaris kepemimpinan Ikhwan sepeninggal Al Banna, terpojok dan sekaligus terkesima. Dalam suratnya kepada Nasser ia berjani akan membereskan organ itu dan menyerahkan semua senjata dalam waktu 15 hari--dengan beberapa syarat, antara lain penglepasan para tahanan. Berarti ia mengakui. Tapi Nasser tak ambil pusing. Bahkan akhirnya para ulama ditembak atau diantun. Hudaibi sendiri dia jebloskan ke penjara. Yang terjadi sebenarnya ialah, seperti dikatakan penulis buku Ikhwanul Muslimun, Ishak Musa al-Husaini, lepasnya kontrol--akibat menggelembungnya organisasi dengan jutaan warga--plus kepemimpinan yang kendur. Tapi eksistensi organ rahasia itu sendiri dipertentangkan: benarkah ia dahulu dimaksud oleh Imam Al Banna, sang pendiri. Dan kalau ya, apa sasaran yang dipersiapkan. Sebab banyak ulama mereka sendiri mengutuk kekerasan seperti itu. Yang jelas, seperti juga dikatakan al Husaini, betapapun Ikhwanul Muslimun sebenarnya tak punya konsep yang jelas tentang apa persisnya yang mereka tuju. Proses peradilan yang bertahun-tahun itu membuktikan berbagai kontradiksi - misalnya dalam menjawab apakah suatu lembaga atau bentuk hukum yang dipraktekkan di Mesir Islami ataukah tidak. Dan kebingungan, setiddknya bagi orang luar, memang boleh berlanjut. Nasser, Januari 1956, sebenarnya sudah mengumumkan konstitusi yang menjadikan Mesir Negara Arab Islam di bawah satu partai --yakni Uni Sosialis Arab. Taruhlah Islam di situ hanya nama, tapi yang diperbuat Sadat--yang "jauh lebih Islam" dibanding pendahulunya-sebenarnya sudah lebih maju. Jamaah Islam itu misalnya -- yang disuruhnya bentuk untuk wadah bekas keluarga besar Ikhwanul, sebagai konsesi. Juga apa yang di zaman Nasser dikenal sebagai "dapur Kristen dan nonpri" tiak terdengar lagi. Minoritas Kristen malahan tinggal menduduki jabatan-jabatan kecil seperti--yang sekarang-Menteri Negara Urusan Luar Negeri (bukan Menlu), Butrosy (Petrus Ghali. Atau anggota Parlemen biasa, seperti Ibrahim Faraj. Untuk itu Sadat sudah meriskir ketidaksukaan golongan Koptik - yang lalu memilih tokoh keras Shenouda III sebagai paus mereka. Dan sejak Shenouda inilah Koptik dinilai lebih "bersemangat". Dalam satu konperensi, misalnya, menurut mingguan Kuwait, AI Balagh, diputuskan tidak hanya lebih menggencarkan usaha penginjilan. Melainkan juga melarang KB bagi anggota jamaah. Maka terbukalah kembali persaingan keras yang boleh dihitung sejak 1882, saat Inggris masuk Mesir. Semangat yang pernah disuarakan tokoh Kristen dan ditulis di koran Al Jaridah misalnya, organ Partai Nasionalis, diingat kembali kaum Koptik -- seperti juga kecenderungan umat Kristen Libanon--tak suka digolongkan ke dalam kelompok Arab yang diidentikkan dengan Islam itu. Tetapi Sadat masih berbuat yang lain lagi, dua tahun lalu. Parlemen, di bawah wibawanya, memutuskan menerirna Syari'at Islam sebagai dasar undang-undang. Keributan memang terjadi di kalangan intelektuil--khususnya Koptik. Bukan saja rasa moral mereka mengkhawatirkan diberlakukannya bentuk-bentuk hukum seperti potong tangan atau rajam. Tapi juga karena kemungkinan adanya ancaman hukuman mati bagi mereka yang berpindah agama. Untuk itu Parlemen membentuk komisi yang dipimpin ketuanya sendiri, Sufi Abu Thalib. Dan komisi itu tertunda-tunda-sampai kini. Itulah agaknya, ditambah perjanjian Camp David yang tak pernah disukai khususnya oleh kalangan Islarn keras, yang boleh dianggap sebagai bayang-bayang di belakang gugurnya 'sang pahlawan perdamaian'. Tetapi keterlibatan Ikhwanul Muslimun? Mana ada organisasi itu lagi-resminya? Kelompok frustrasi, atau jagoan-jagoan kecil, memang bisa tumbuh bila tanah memungkinkan--di samping para pemimpi. Tetapi seperti kata ulama Ikhwan tadi, Syekh Yusuf Qardhawi, berlalunya waktu lebih setengah abad-sejak 1928 --bukanlah soal kecil. Ketentuan telah banyak berubah, katanya, pemikiran baru bermunculan dan nilai-nilai telah mengalami pergeseran -- di Mesir dan dunia seluruhnya. "Tidaklah masuk akal setiap yang lama akan tetap menuruti keadaannya semula, di tengah dunia yang bergerak dengan cepat." Benar. Dan Sadat pun rubuh bersimbah darah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus