DI London, Dubes Irak, Thaha Ahmad al Dawud, nyaris jadi korban
penggranatan akhir bulan silam.
Beberapa saat sebelum ia menaiki molilnya yang terparkir di
halaman kedutaan, seorang wanita menggelindingkan granat ke
bawah mobil itu. Granat meledak. Mobil hancur. Dawud selamat,
karena ia masih berada di dalam kantor. Insiden ini kemudian
menjadi awal dari perang tak berkesudahan antara orang-orang
Palestina yang bergaris keras (dibantu Irak) dan golongan
moderat pimpinan Yaser Arafat.
Polisi London berhasil menahan wanita yang melemparkan granat
tersebut. Tapi ini saja tidak lantas mendinginkan hubungan
London-Bagdad yang beberapa hari sebelumnya telah terlibat
kegiatan saling mengusir diplomat yang didakwa terlibat kegiatan
mau-mata. Orang-orang Palestina yang moderat terang tidak puas
dengan keputusan London menahan wanita pelempar granat itu. Dan
terjadilah insiden Paris pada pekan berikutnya.
Menara Pengawas
Hari Senin 31 Juli, kedutaan Irak mendadak diserbu dan diduduki
oleh sebuah kelompok kecil orang Palestina. Terjadi pembunuhan
sebelum pada akhirnya penyerbu itu menyerahkan diri kepada
polisi Perancis.
Sebelum menyerahkan diri, mereka menuntut diterbangkan ke London
guna menjemput teman wanita mereka yang ditahan oleh polisi
Inggeris, untuk selanjutnya diterbangkan ke Bagdad. Permintaan
ini terang tidak bisa dipenuhi. Pada saat itu buruh-buruh pada
menara pengawas penerbangan Perancis sedang melakukan pemogokan.
Tiba-tiba dari dalam kedutaan dimuntahkan sejumlah peluru pada
saat polisi membawa keluar penyerbu Palestina yang menyerahkan
diri itu. Seorang polisi tewas, dan gerilyawan Palestina itu
luka parah.
Keputusan Presiden Perancis, d'Estaing untuk membebaskan
diplomat-diplomat Irak yang menembaki polisi -- dengan alasan
kekebalan diplomatik -- akhirnya menimbulkan protes keras dari
korps polisi Perancis. "Protes itu bisa dimengerti, bahkan amat
terhormat," begitu komentar Presiden Perancis. Tapi Paris tidak
bisa berbuat banyak terhadap Irak, negeri Arab yang mempunyai
hubungan dagang terbesar dengan Perancis. Irak adalah pensuplai
kedua bagi kebutuhan minyak Perancis.
Ketika ribut Paris-Bagdad belum juga usai, terjadi pula insiden
lain di Paris. Pekan silam, suatu kelompok bersenjata menyerbu
kantor perwakilan PLO di Paris. Kepala perwakilan PLO, Izeddin
Qalaq dan seorang pembantunya tewas. Sumber-sumber Palestina
menyebut pihak penyerang sebagai gerilyawan Palestina pimpinan
Abu Nidal yang pro Irak. Kabarnya golongan ini pula yang J
anuari lalu yang membunuh Said Hamami, kepala perwakilan PLO di
London. Izeddin dan Said Hamami adalah tokoh-tokoh moderat yang
mempunyai hubungan erat dengan Yaser Arafat.
Korban yang jatuh di pihak golongan moderat ini kemudian menjadi
bahan bakar bagi tindakan berdarah mereka terhadap orang-orang
Irak di Karachi, Pakistan. Tanggal 2 Agustus pekan silam, dua
orang bersenjata mcnyerbu Konsulat Jenderal Irak di Karachi.
Konjen Naji Zain al Din selamat, tapi seorang stafnya tewas.
Pihak penyerang yang menggunakan paspor Yaman, seorang tewas dan
satunya luka parah.
Tiga hari kemudian, tanggal 5 Agustus, sebuah insiden berdarah
terjadi pula di Islamabad, ibu kota Pakistan. Kini yang jadi
sasaran adalah pihak moderat. Kantor PLO di Islamabad yang
dipimpin oleh Yousef Abu Hantash menjadi ajang balas dendam oleh
orang-orang bersenjata yang "menggunakan bahasa Arab dengan
aksen Irak." Kepala perwakilan selamat, tapi seorang polisi
Pakistan dan 3 orang Palestina tewas hari itu.
Intel Irak
Perang saudara di kalangan Palestina? Kenyataan ini kelihatannya
tidak dibantah oleh mereka yang terlibat. "Kami akan
menghentikan kegiatan kami jika golongan kanan juga berbllat
yang sama," kata seorang juru bicara Abu Nidal di Beirut awal
pekan ini.
Yaser Arafat maupun orang yang dekat dengannya nampaknya masih
enggan memberikan komentar. Barangkali karena mereka masih sibuk
di Libanon yang hingga kini masih belum ketentuan juntrungannya.
Tapi dalam pertemuan dewan pusat PLO di Damaskus baru-baru ini,
Arafat kabarnya berkata: "Bila anda mendengar bahwa saya mati,
ketahuilah bahwa intel Irak bertanggung jawab terhadap hal ini."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini