Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perdamaian datang-pergi

Pertempuran antara tentara federal yugoslavia de- ngan milisi kroasia masih berlangsung. perundingan damai di pulau brioni direncanakan membicarakan soal al kroasia-serbia. tantangan bagi mee.

20 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dapatkah perundingan Brioni Selasa pekan ini memberikan jalan keluar, setelah tentara bergerak sendiri? "KAMU diperintahkan mundur!" terdengar perintah dari markas besar pasukan Federal Yugoslavia. "Saya tak bisa mematuhi perintah. Di sini ada 500 Pengawal Nasional Kroasia," jawab seorang perwira bernama Letic. "Kamu ini mengerti tidak? Kamu harus mundur," lagi, suara dari markas besar. "Tidak, saya harus tetap di tempat. Di sini terjadi pertempuran sengit .... Saya harus tinggal di sini malam ini." Percakapan itu tertangkap oleh radio Pengawal Nasional Kroasia, dan awal pekan ini diputarkan kepada para wartawan. Bila percakapan yang dikutip Reuters itu otentik, ini menjadi salah satu bukti, bukan hanya ada indikasi, pihak militer federal tak lagi bisa dikendalikan oleh Presiden Federal, tapi dalam tubuh militer sendiri perintah komandan bisa dibantah. Inilah tampaknya yang menyebabkan perdamaian di Yugoslavia timbul tenggelam. Ahad kemarin, memang terjadi pertempuran di wilayah Kroasia, di dekat tempat tinggal orang Serbia. Menurut asisten Menteri Dalam Negeri Kroasia, pertempuran Ahad kemarin itu dimulai karena tembakan meriam dari sebuah tank tentara federal yang belum mau pulang ke barak. Sekitar 15 rumah di permukiman Kroasia hancur, seorang tewas. Pertempuran pun marak. Padahal, seminggu sebelumnya disepakati gencatan senjata dan adanya tim pengawas dari negara-negara Masyarakat Eropa. Tapi, memang, yang dirundingkan selama ini hanyalah gencatan senjata antara milisi Slovenia dan pasukan federal. Tak disinggung-singgung soal etnik Kroasia lawan Serbia. Seorang dari tim pengawas gencatan senjata, yang ditempatkan di Zagreb, ibu kota Kroasia, menolak menerima laporan pertempuran sehari sebelumnya. "Itu bukan tugas kami," katanya. Mereka ditempatkan di Zagreb karena penarikan tentara federal dari Slovenia ke Beograd lewat wilayah Kroasia. Barulah Selasa pekan ini, perundingan kedua di Pulau Brioni di Pantai Kroasia direncanakan akan membicarakan pula soal Kroasia versus Serbia. Apakah perundingan para pemimpin sipil dari enam republik plus Dewan Kepresidenan itu tak terlambat? Ada indikasi bahwa tentara masih saja bergerak sendiri. Dengar saja pidato Jenderal Blagoje Adzic, kepala staf angkatan darat Yugo, di muka para lulusan akademi militer pekan lalu. Katanya, tentara adalah satu-satunya kekuatan yang bisa mempertahankan keutuhan negara. Lucunya, setelah itu perwira tinggi dari etnik Serbia itu membangkitkan kebencian terhadap orang Kroasia. Ia ceritakan bagaimana keluarganya dalam Perang Dunia II dibunuh oleh orang Kroasia. "Dengan menyesal, perang untuk mempertahankan keutuhan negara jatuh ke bahu kita. Kita harus menerima tugas untuk berperang karena tak ada pilihan lagi bagi kita," katanya dengan tegas. Pernyataan-pernyataan Adzic yang makin sepihak itu sebenarnya telah didahului oleh "proses Serbianisasi" di dalam angkatan darat sendiri. Korps perwira Yugo terdiri dari 70% etnik Serbia dan dengan pengaruh Marxis yang sangat kuat. Tentara di lapisan bawah lebih multietnis. Tapi itu gambaran sebelum 25 Juni, sebelum lahir proklamasi kemerdekaan Slovenia dan Kroasia. Belakangan ini makin banyak bintara dan tamtama yang non-Serbia meninggalkan pasukan sehingga di lapisan bawah pun proses Serbianisasi sedang berlangsung tanpa rencana. Mungkin oleh karena itulah di kota-kota Serbia akhir-akhir ini sering diadakan razia, untuk memaksa para pemuda yang sudah cukup umur untuk masuk tentara. Para perekrut militer keluar masuk kafe dan disko dan memeriksa kartu tanda penduduk anak-anak laki. Tindakan tentara yang makin lama makin tak terkendali itu diprotes di mana-mana. Para pemimpin Republik Kroasia menuntut agar tindakan-tindakan sepihak Adzic dibatalkan, dan jenderal itu segera dipecat. Malah Presiden Kroasia Franjo Tudjman menuduh tentara Serbia telah membagi-bagi senjata kepada penduduk sipil Serbia di Kroasia. Ini merupakan tantangan bagi kelompok Masyarakat Eropa yang telanjur basah di Yugo. Bila perundingan Selasa pekan ini tak memperoleh kesepakatan situasi Yugo bisa kembali gawat. Padahal, kemungkinan ke arah gagalnya Perundingan Brioni kedua ini ada. Tiga anggota Dewan Kepresidenan menyatakan tak akan hadir. Padahal, seandainya kesepakatan pun tercapai, masih disangsikan pelaksanaannya. Soalnya, itu tadi, tentara -- terutama pasukan federal -- seperti berjalan sendiri. Dan bila perang saudara pecah, tak banyak yang bisa diperbuat oleh negara-negara Masyarakat Eropa? Paling seperti sudah diumumkan pada awal krisis etnis di Yugo ini, mengadakan boikot ekonomi dan penjualan senjata. Sialnya, bila para pemimpin Eropa Barat konsekuen dengan surutnya perang dingin kini, dan prinsip demokrasi, pada akhirnya akan terpaksa mengakui hak untuk berdiri sendiri Republik Kroasia dan Slovenia. Hal itu akan memperkuat kedua Republik, dan tidakkah ini akan menyulut perang lebih lama lagi? A. Dahana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus