Ada dugaan, Irak main petak umpet soal senjata nuklirnya. Maka, Bush pun mengancam. AMERIKA membumihanguskan Irak lagi? Kemungkinan itu bisa terjadi andai kata Irak masih saja menyembunyikan senjata-senjata nuklirnya. Konon, George Bush mengancam untuk sekali lagi menggunakan kekuatan militer Amerika, terutama kekuatan udaranya, untuk menghancurkan fasilitas-fasilitas nuklir Irak. Ketegangan baru di Teluk itu muncul sebagai akibat terbukanya rahasia bahwa Irak masih menyimpan senjata-senjata nuklirnya. Padahal, menurut persetujuan penghentian tembak-menembak antara Irak dan Dewan Keamanan PBB, April lalu, Irak berjanji membongkar dan memusnahkan semua instalasi persenjataan yang ber- bahaya, termasuk senjata nuklir, kimia, dan biologi. Ada dua peristiwa yang menyebabkan kedok Irak terbuka. Pada 28 Juni lalu sekelompok pengawas PBB yang memantau pemusnahan senjata-senjata berbahaya itu berusaha memeriksa sebuah iringiringan 60 truk militer Irak, di dekat Baghdad. Karena bentuknya yang spesifik, mereka curiga iringan kendaraan yang keluar dari basis militer di Falluja itu mengangkut alat-alat pengolah uranium. Tapi, begitu tim PBB itu mencoba mendekat, para pengawal Irak memberondong mereka dengan tembakan di atas kepala. Sebelumnya, sekitar tiga minggu yang silam, seorang ahli nuklir Irak membelot dan mencari perlindungan pada tentara Amerika di Irak Utara. Dari ilmuwan pelarian itu didapatkan informasi bahwa Irak memiliki tak kurang dari 44 kg uranium yang telah diperkaya melalui proses pengisotopan. Dari jumlah uranium yang begitu besar itu diduga Irak lebih dari sekadar mengembangkan tenaga nuklir untuk maksud-maksud damai seperti yang selalu diakuinya. Dari pengakuan pembelot itu, Amerika sadar sistem pengintai satelit untuk mendeteksi proyek-proyek nuklir yang sangat dirahasiakan Irak selama ini, ternyata, tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Itu sebabnya dilakukan pemeriksaan terhadap truk-truk militer yang mencurigakan. Akhirnya, atas desakan, juga mungkin karena disertai ancaman, Ahad kemarin Irak menyerahkan sebuah dokumen sepanjang 29 halaman kepada PBB. Isi dokumen, rincian mengenai proyek-proyek rahasia nuklirnya. Dalam dokumen yang diserahkan pada Badan Tenaga Atom Internasional, badan PBB yang bermarkas di Wina, Irak mengakui adanya suatu program nuklir ekstensif yang berjalan paralel. Inilah pertama kalinya Irak, menurut sumber di Badan Atom PBB itu, mengakui tentang ketiga program yang sangat rahasia itu. Menurut PBB, perahasiaan program-program itu jelas merupakan pelanggaran. Sebab, Irak ikut menandatangani perjanjian internasional tentang penyebaran senjata nuklir. Badan Atom PBB itu juga menyimpulkan, dengan memiliki uranium yang telah diperkaya sebanyak itu paling tidak dalam sepuluh tahun mendatang Irak mampu membuat 20-40 bom nuklir. Tapi, sekali lagi Irak mencoba membantah tuduhan itu. Uranium yang dihasilkan program itu hanya sekitar setengah kg, dan semua itu dimaksudkan untuk tujuan damai. Proyek itu dirahasiakan karena pihak Irak ketakutan kalau Amerika dan Israel akan menghancurkannya. Lalu disebutnya soal serangan udara Israel atas instalasi nuklir Irak pada 1981. Selain pengakuan itu, Irak akhirnya juga memberi izin pemeriksaan langsung. Sabtu pekan lalu PBB menurunkan lagi sebuah tim terdiri dari 37 orang yang bertolak dari Bahrain ke Baghdad. Sekali lagi Irak menjanjikan secara lisan untuk menyerahkan daftar alat yang digunakan dalam pengolahan uraniumnya kepada tim tersebut. Namun, salah satu anggota tim berkebangsaan Amerika mengatakan, daftar saja tak cukup. "Kami tak hanya ingin memeriksa daftar. Kami ingin melihat peralatan itu, dan kemudian menghancurkannya." Sebenarnya, Tim membawa detektor berbentuk cincin. Ditunjukkan atau tidak, dengan alat itu Tim bisa menemukan benda apa saja yang mengandung radioaktif. Tampaknya, Tim PBB menginginkan pengakuan Irak sendiri tentang nuklir itu, dan bukannya ditemukan oleh Tim, apalagi secara paksa, agar ketegangan di Irak soal tuduh-menuduh nuklir ini berakhir santai. Dari pihak Irak, lain lagi usahanya. Negara ini mengerahkan sebarisan diplomat untuk meyakinkan PBB bahwa Irak tak punya dan tidak sedang membuat senjata nuklir. Perdana Menteri Sadoun Hammady dan wakilnya, Tareq Aziz, menemui secara khusus ketua Tim PBB, untuk meyakinkan bahwa Irak tak menyembunyikan apa pun. Bahkan Irak, melalui wakilnya di Liga Arab, minta agar organisasi itu mengadakan sidang darurat untuk mencegah Amerika melaksanakan ancamannya. Kemungkinan ancaman Bush itu dijalankan memang cukup besar. Alasan utamanya, tujuan Amerika dengan "Badai Gurun"-nya ternyata tak sepenuhnya tercapai. Bahkan, ada pendapat, serangan udara beberapa hari dan dilanjutkan perang darat yang hanya berlangsung 100 jam itu diakhiri terlalu dini. Saddam belum jatuh. Padahal, Amerika masih saja memandang Saddam Hussein yang berkuasa sebagai ancaman. Orang yang bisa melakukan apa saja itu -- memakai senjata kimia terhadap Iran, menduduki Kuwait, menumpahkan minyak ke laut, kemudian membantai orang Kurdi -- memang layak dianggap berbahaya bila memang punya senjata nuklir. ADH (Jakarta) dan Dja'far Bushiri (Kairo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini