Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Membongkar brankas rugi

Beberapa negara eropa dan as membekukan kekayaan bcci (bank of credit & commerce international). dana terkumpul di bcci dihamburkan tak karuan. na- sabahnya terdiri para pelanggar hukum.

20 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah bank internasional terbongkar memutihkan uang panas. Nasabahnya dari Noriega sampai ke Adnan Khashoggi dan CIA. BELUM pernah tercatat dalam sejarah, tujuh negara kompak bergabung untuk menggebuk sebuah bank. Itulah yang terjadi 5 Juli lalu atas Bank of Credit & Commerce International (BCCI), yang berpangkalan di Luksemburg. Dalam sekali gebrak, pemerintah Inggris, Swiss, Amerika Serikat, Luksemburg, Spanyol, Prancis, dan Kepulauan Kaiman langsung menghentikan semua kegiatan BCCI di wilayah masing-masing. Seluruh kekayaan bank itu dibekukan. Tak pelak lagi, penutupan itu menggegerkan masyarakat keuangan dunia. Pemilik bank ini bukanlah orang sembarangan. Sekitar 77% saham bank ini dikuasai oleh Syeikh Zayen Al Nahyan, penguasa Abu Dhabi. Selain itu, bank yang berdiri sejak 1972 ini sekarang sudah sangat luas jaringannya. Paling tidak, kehadiran bank ini tercatat di 70 negara. Seluruh kekayaannya tercatat sekitar Rp 40 triliun. Hampir sama dengan anggaran pemerintah Indonesia selama setahun yang Rp 50,5 triliun. Tapi apa boleh buat, yang berwenang menganggap daftar dosanya sudah sedemikian panjang. Cacat yang paling jelas nampak adalah kerugian yang besarnya tidak kira-kira. Pada tahun buku 1989, bank ini diperkirakan merugi sampai Rp 1 trilyun. Di luar soal rugi, ada yang lebih seru. BCCI sudah lama dikenal sebagai peti besi para pelanggar hukum. Penggelap pajak, penyelundup senjata, pedagang obat bius, pejabat pemerintah yang menerima suap, semuanya merasa aman menitipkan dana jutaan dolar ke BCCI. Para gembong narkotik menyimpan uang dalam rekening-rekening rahasia yang tak terlacak. Uang panas hasil penjualan yang berjuta-juta dolar "dicuci" hingga bisa ditransfer secara legal ke bank-bank lain. BCCI inilah antara lain banknya bekas orang kuat Panama, Jenderal Antonio Manuel Noriega, yang kini meringkuk di dalam tahanan AS. Tapi bukan hanya penjahat. Badan Intelijen Amerika (CIA) ternyata juga menggunakan fasilitas bank ini untuk mendukung operasinya. Yang sudah terungkap, CIA membayar orang tak dikenal lewat rekening yang dirahasiakan di bank ini, untuk membantu mujahidin Afghanistan, tutur William von Raab, yang dikutip koran International Herald Tribune. Raab adalah bekas pejabat pabean Amerika yang sudah mengusut kegiatan haram BCCI sejak 1988. Nasabah beken lain di BCCI adalah Adnan Khashoggi, sang mahapialang dari Arab Saudi. Khashoggi banyak terlibat dalam skandal penjualan senjata gelap dari Amerika ke Iran di masa Presiden Ronald Reagan. Bobroknya BCCI baru terbongkar lewat sebuah laporan setebal 83 halaman dari perusahaan akuntan Price Waterhouse. Perusahaan akuntan ini melaporkan, uang "panas" yang terkumpul di BCCI ternyata dihambur-hamburkan tak keruan. Misalnya, pinjaman hampir Rp 630 milyar kepada Syeikh Kamal Adham. Dengan melihat siapa Adham saja, sebenarnya orang sudah pantas curiga. Ia adalah bekas kepala intelijen Arab Saudi yang juga tercatat sebagai pemegang saham BCCI. (Bagaimana bisa seorang pemegang saham meminjam jumlah sebesar itu dari banknya sendiri?). Ternyata, dalam catatan bank disebutkan Adham meminjam dengan jaminan sebuah properti di Arab Saudi. Penyelidikan Price Waterhouse kemudian mengungkap, properti itu tak berharga dan tak didukung bukti-bukti pemilikan). Lalu ada lagi kasus yang lebih misterius. Tercatat pinjaman Rp 300 milyar untuk A.R. Khalil. Anehnya, orang ini sudah sejak 1987 tak pernah lagi berhubungan sama sekali dengan bank itu. Belakangan, para penyidik mulai ragu, jangan-jangan Khalil memang tak pernah ada, sekadar rekaan pejabat bank untuk mendapatkan pinjaman fiktif. Penghamburan duit itu bukan hanya pada pinjaman ngawur. Ada juga yang tampak beres. BCCI menuang ratusan juta dolar untuk First American Bank yang berpangkalan di Washington dan Independence Bank di California. Dua bank inilah yang menjadi alat BCCI untuk bergerak di Amerika. Sebab, dari mula pemerintah Amerika tak mengizinkan BCCI beroperasi langsung menarik dana di sana. Celakanya, uang yang dihamburkan tak keruan ini bukan hanya berasal dari uang panas. Sebagai bank yang cukup luas jaringannya, BCCI juga menghimpun dana dari masyarakat luas. Di In- ggris, tercatat 120 ribu nasabah, dengan simpanan hampir Rp 800 milyar. Sekarang antrean panjang tampak di semua cabang BCCI di seluruh dunia. Para deposan yang dag-dig-dug mencoba menarik uangnya. Tapi situasi yang berbeda tampak di Jakarta. Perwakilan BCCI yang menempati satu ruangan di lantai I Central Plaza, di jalan protokol Sudirman, sepi-sepi saja. Syukurlah, rupanya kantor itu hanya perwakilan. "Mereka tak boleh menarik dana dari sini," kata juru bicara Bank Indonesia, Siswanto. Tetapi bisa saja orang Indonesia punya rekening di BCCI Singapura. BCCI di Jepang mirip yang di Indonesia. Dengan catatan jumlah kekayaan makin susut. Belum diketahui apa tindakan sang pemilik, Syeikh Zayen Al Nahyan itu. YH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus