Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven Mundur Setelah Kalah Mosi Tidak Percaya

PM Swedia Stefan Lofven pada Senin mengatakan telah menyerahkan pemberitahuan pengunduran dirinya setelah kalah dalam mosi tidak percaya minggu lalu.

28 Juni 2021 | 18.00 WIB

Stefan Lofven, Perdana Menteri Swedia. Sumber: TT News Agency - Reuters/aljazeera.com
Perbesar
Stefan Lofven, Perdana Menteri Swedia. Sumber: TT News Agency - Reuters/aljazeera.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven pada Senin mengatakan telah menyerahkan pemberitahuan pengunduran dirinya, memberikan tugas kepada ketua parlemen untuk menemukan perdana menteri baru setelah pemimpin Sosial Demokrat itu kalah dalam mosi tidak percaya minggu lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Lofven kalah mosi tidak percaya di parlemen pada 21 Juni setelah Partai Kiri menarik dukungannya, memicu pembicaraan politik baru ketika kiri-tengah dan kanan-tengah mencoba untuk memberikan dukungan yang cukup untuk membentuk pemerintahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ini adalah keputusan politik paling sulit yang saya ambil," katanya pada konferensi pers saat mengumumkan pengunduran dirinya, The Local Sweden melaporkan.

"Argumen terbaik yang bisa saya lihat untuk pemilihan cepat adalah ujian demokrasi dari lanskap parlementer baru," papar Lovfen, merujuk pada keterbukaan blok sayap kanan yang tumbuh untuk berkolaborasi dengan Demokrat Swedia sayap kanan.

Lofven memiliki waktu hingga Senin tengah malam ini untuk menemukan dukungan baru di parlemen, memungkinkan dia menyerahkan tugas untuk pemerintahan baru kepada ketua parlemen dengan harapan akan diangkat kembali, atau untuk mengadakan pemilihan cepat.

Pengunduran diri Lofven memicu apa yang disebut talmansrunda (yang secara harfiah diartikan 'pembicaraan'), serangkaian pembicaraan antara ketua parlemen dan para pemimpin partai politik Swedia yang bertujuan untuk menemukan pemerintah yang dapat memimpin mayoritas parlemen.

Ini bisa membuat Sosial Demokrat kembali mendapat mandat pembentukan pemerintahan, atau jabatan itu bisa diberikan kepada anggota oposisi jika mereka mampu membentuk mayoritas mereka sendiri. Jika pembicaraan tidak berhasil, pemilihan baru Swedia akan dibutuhkan.

Lofven, mantan bos serikat pekerja dan tukang las, telah memimpin koalisi minoritas yang rapuh dengan Partai Hijau sejak 2018, mengandalkan dukungan dari dua partai kecil kanan-tengah dan Partai Kiri untuk tetap berkuasa.

Blok kiri-tengah dan kanan-tengah sekarang seimbang di parlemen dan jajak pendapat menunjukkan pemilihan umum mungkin tidak mengubah gambaran dukungan.

Stefan Lofven butuh empat bulan untuk membentuk pemerintahan baru Swedia setelah pemilu 2018 yang tidak meyakinkan.

REUTERS | THE LOCAL SWEDEN

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus