Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Annuntio vobis gaudium magnum. ’Habemus Papam’.” Inilah kalimat pertama yang disampaikan Kardinal Jorge Arturo Medina Estevez asal Cile kepada ratusan ribu umat Katolik Roma di halaman Basilika Santo Petrus pekan lalu. Kalimat tersebut mengungkapkan rasa gembira karena paus baru—pengganti Yohanes Paulus II—telah terpilih. Sebelumnya, asap putih mengepul dibarengi dentang lonceng dari Kapela Sistine pada pukul 17.50 waktu Roma, menandai terpilihnya Kardinal Joseph Alois Ratzinger, 78 tahun, sebagai paus ke-265 dengan nama Benediktus XVI.
Pemilihan Paus Benediktus XVI terhitung paling pendek dalam sejarah konklav. Uskup Utama Jerman, Kardinal Joachim Meisner, menyebut paus baru terpilih dalam empat kali pembakaran kertas. Rekor sebelumnya, saat pemilihan Kardinal Albino Luciani asal Italia menjadi Paus Yohanes Paulus I pada 1978. Meski sama-sama dua hari, saat itu pembakaran kertas terjadi enam kali. Sedangkan pada pemilihan Kardinal Karol Joseph Wojtyla menjadi Paus Yohanes Paulus II tahun 1978, sehari lebih panjang.
Lekasnya pemilihan Ratzinger menimbulkan sakwasangka. Terpilihnya Ratzinger dianggap semata karena kedekatannya dengan Paus Yohanes Paulus II. Memang, sejak parkinson menggerogoti Paus Yohanes Paulus II tiga tahun silam, Ratzinger menjadi orang kepercayaan Paus. Bahkan, setahun kemudian, ia diberi jabatan strategis sebagai Kepala Dewan Kardinal, seakan sinyal kelak ia adalah penerus Takhta Suci. Tak mengherankan jika sejak hari pertama konklav, nama Ratzinger santer disebut pengganti Paus.
Sikap ambisius untuk menjadi paus sebetulnya tabu, meskipun dalam sejarah gereja modern, gejala seperti itu pernah tercatat. Ketika itu Uskup Agung New York, Kardinal Francis Joseph Spellman, diceritakan melobi Gedung Putih agar didukung menjadi paus ketika Paus Pius XII wafat pada 1958.
Adakah Ratzinger memiliki ambisi yang sama? Kardinal Joachim membantah. ”Ini (Ratzinger) dilakukan tanpa perdebatan dan propaganda,” katanya. Para kardinal meyakini Ratzinger meraih dua pertiga suara—mayoritas—sebagai buah karya Roh Kudus. ”Buat saya, ini adalah keajaiban,” kata Kardinal Joachim. Karya Roh Kudus hadir setelah para kardinal menderas doa dalam keheningan kepada Yang Ilahi. Mereka pasrah, membiarkan Roh Kudus mengalir bebas dalam suasana tertutup dan rahasia.
Sementara Kardinal Justin Rigali dari Philadephia, Amerika Serikat, melihatnya sebagai pilihan rasional dari situasi masa kini. Menurut Kardinal Justin, paus terpilih haruslah meneruskan sikap ortodoks Paus Yohanes Paulus II. Pendapat yang sama diungkapkan Uskup Agung Jakarta Kardinal Julius Darmaatmadja kepada wartawan Tempo Phillipus Parera, sesaat sebelum berangkat ke Vatikan mengikuti konklav.
Ratzinger dikenal sebagai ’Panzerkardinal’ yang kuat mempertahankan tradisi ortodoks Paus Yohanes Paulus II. Ia dikenal sebagai sahabat Paus selama 23 tahun, melayani hingga meninggal dunia dan memimpin Kongregasi Doktrin Iman. Seperti pendahulunya, ia juga menolak keras teologi pembebasan, modernisasi, aborsi, penggunaan alat kontrasepsi, dan pastor wanita.
Sebuah ramalan Maalachi 1139 pernah mengatakan, seorang Gloria Olivae (Kemuliaan Zaitun) bernama Paus Benediktus XVI akan menjadi Pengganti Paus Yohanes Paulus II. Dialah sang juru damai.
Eduardus Karel Dewanto (WashingtonPost/Reuters/Catholicplanet)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo