Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Iran memperingatkan Israel untuk tidak melakukan “serangan baru” terhadap Lebanon usai Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel, diserang roket pada Sabtu hingga menewaskan sedikitnya 12 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setiap serangan Israel yang mungkin terjadi di Lebanon akan berdampak serius bagi Israel, kata Presiden Iran Masoud Pezeshkian dalam panggilan telepon dengan mitranya dari Prancis Emmanuel Macron. Hal ini dilaporkan media pemerintah Iran pada Senin malam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pihak berwenang Israel menyalahkan kelompok Lebanon yang didukung Iran, Hizbullah, atas serangan roket yang menghantam lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada Sabtu. Serangan ini menewaskan 12 anak-anak dan remaja. Israel bersumpah akan membalas.
Namun, Hizbullah membantah bertanggung jawab atas serangan itu.
"Setiap serangan Israel yang mungkin terjadi di Lebanon akan berdampak serius bagi Israel," kata Pezeshkian seperti dikutip oleh media pemerintah Iran.
"Kami bersedia meningkatkan hubungan kami dengan Prancis atas dasar saling percaya," Pezeshkian menambahkan dalam percakapannya dengan Macron.
Macron berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Ahad, kata kepresidenan Prancis, saat Paris berupaya mencegah eskalasi yang lebih luas antara Israel dan Hizbullah.
Kantor kepresidenan mengatakan Macron telah mengingatkan Netanyahu bahwa Prancis berkomitmen penuh untuk melakukan "segala hal guna menghindari eskalasi baru di kawasan tersebut dengan menyampaikan pesan kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik".
Israel mengaitkan serangan ke lapangan sepak bola di Kota Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan tersebut dengan kelompok Hizbullah Lebanon.
"Intelijen kami menegaskan. Hizbullah bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak tak berdosa di Majdal Shams," kata juru bicara militer Israel Daniel Hagari pada Sabtu. Ia menyatakan tekad Israel untuk melakukan pembalasan.
Hizbullah, sementara itu, “dengan tegas menyangkal” memiliki peran apa pun dalam serangan maut itu, yang terjadi di tengah peningkatan ketegangan antara kedua pihak yang bertikai.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyebut Israel “berusaha mengalihkan opini publik dan perhatian global” dari kejahatan yang dilancarkannya di Jalur Gaza hingga menewaskan lebih dari 39.300 warga Palestina sejak 7 Oktober tahun lalu.
Jubir Kemlu Iran itu mengatakan bahwa klaim Israel mengenai serangan Majdal Shams adalah "skenario yang dibuat-buat," dan bahwa Tel Aviv "tidak moral yang cukup untuk menilai dan mengomentari insiden tersebut."
Kanaani menyeru masyarakat internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), “untuk mendukung stabilitas dan keamanan di Lebanon dan kawasan atas serangan rezim Zionis yang agresif." Ia menyebut Israel sebagai Zionis.
Dia menekankan bahwa setiap “tindakan bodoh” yang dilakukan Israel bisa "meningkatkan ketidakstabilan, ketidakamanan, dan kobaran api perang di kawasan,” serta bahwa tanggung jawab atas konsekuensinya berada di tangan Israel.
Kanaani juga mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk “bertindak berdasarkan tanggung jawab internasional dan moral mengenai perdamaian dan keamanan global” dan mencegah Israel mengobarkan api perang di Gaza dan tempat-tempat lain.
Setelah serangan pada Sabtu, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Netanyahu memutuskan untuk mempersingkat kunjungannya di AS dan akan pulang “sesegera mungkin.”
Netanyahu juga mengatakan kepada pemimpin komunitas Druze bahwa Hizbullah akan “membayar harga yang mahal” atas serangan di Majdal Shams, menurut pernyataan kantornya.
Selanjutnya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Ahad mengatakan Israel akan memastikan Hizbullah “menanggung akibatnya.”
REUTERS