Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Profil Papua Nugini, Negara yang Memiliki 839 Bahasa Tradisional

Papua Nugini menjadi negara dengan bahasa terbanyak di dunia dengan lebih dari 800 bahasa tradisional. Begini profil negara ini.

25 April 2023 | 15.40 WIB

Bilum, tas tradisional dari Papua Nugini. Kredit foto: Bilum Adventures
Perbesar
Bilum, tas tradisional dari Papua Nugini. Kredit foto: Bilum Adventures

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bahasa menjadi salah satu faktor penting dalam berkomunikasi. Bahasa akan mempermudah interaksi antar lawan bicara sehingga meminimalisir timbulnya kesalahpahaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Di sejumlah negara, terdapat beragam bahasa yang tumbuh dan digunakan oleh masyarakat untuk komunikasi sehari-hari. Dikutip dari laman World Economic Forum, Papua Nugini menjadi negara dengan bahasa paling banyak berdasarkan data Ethnolog 2016.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Papua Nugini menempati negara dengan bahasa terbanyak di dunia. Menurut Ethnolog, terdapat 839 bahasa tradisional di negara yang berbatasan dengan Indonesia  bagian timur ini. Keanekaragaman linguistik di sana disebabkan oleh keadaan geografis dan topografi yang memaksa munculnya berbagai dialek. 

Profil Papua Nugini

Dikutip dari Britannica, Papua Nugini adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di barat daya Samudra Pasifik. Terdiri dari bagian timur Pulau New Guinea, yang menjadi pulau terbesar kedua di dunia, dengan bagian baratnya merupakan provinsi Papua dan Papua Barat Indonesia.

Papua Nugini juga mencakup Kepulauan Bismarck seperti New Britain, New Ireland, Kepulauan Admiralty, dan beberapa pulau lainnya. Selain itu, Bougainville dan Buka juga termasuk dalam wilayahnya yang merupakan bagian dari Rantai Kepulauan Solomon. Terdapat pula beberapa pulau kecil dan atol yang berada di sekitarnya.

Ibu kota negara Papua Nugini adalah Port Moresby, yang terletak di bagian tenggara wilayah tersebut, di sebelah Laut Karang.

Pulau-pulau yang membentuk Papua New Guinea telah dihuni selama 40.000 tahun oleh campuran berbagai kelompok etnis yang umumnya disebut sebagai Melanesia. Sejak negara ini merdeka pada tahun 1975, salah satu tantangannya adalah kesulitan dalam mengelola banyak masyarakat lokal yang beragam dan sebelumnya terisolasi sebagai sebuah negara yang bersatu dan berkelanjutan.

Masyarakat Papua Nugini

Komposisi sosial Papua Nugini sangat kompleks, meskipun sebagian besar orang diklasifikasikan sebagai Melanesia. Minoritas yang sangat kecil dari masyarakat Mikronesia dan Polinesia dapat ditemukan di beberapa pulau dan atol terpencil. Seperti di Pasifik timur dan utara, orang-orang ini memiliki struktur politik yang dipimpin oleh kepala suku, suatu sistem yang jarang ditemukan di antara orang Melanesia di Papua Nugini.

Bagian non-Melanesia dari populasi Papua Nugini, termasuk ekspatriat dan imigran, sangat kecil. Saat merdeka pada tahun 1975, komunitas ekspatriat sekitar 50.000 orang didominasi oleh orang Australia, dengan mungkin 10.000 orang keturunan Tionghoa yang datang sebelum Perang Dunia I. Pada awal abad ke-21, sebagian besar orang tersebut telah pindah ke Australia.

Komunitas pendatang asing di Papua Nugini tidak berkembang tetapi menjadi lebih beragam, dengan hanya sekitar 7.000 orang Australia. Kelompok non-Barat terbesar berasal dari Tiongkok dan Filipina. Pemerintah mensponsori imigrasi orang Filipina pada tahun 1970-an untuk menyediakan tenaga kerja di bidang profesi terampil, dan banyak dari mereka yang masuk bisnis dan menikah secara lokal. Namun, masuknya imigran ilegal lainnya, terutama dari Tiongkok, menjadi perhatian terus-menerus pemerintah pada awal abad ke-21.

Bahasa di Papua Nugini

Bahasa resmi di Papua Nugini mencerminkan sejarah kolonialnya. Bahasa Inggris adalah bahasa utama pemerintahan dan perdagangan. Namun, dalam sebagian besar konteks sehari-hari, bahasa yang paling banyak digunakan adalah Tok Pisin ("Bahasa Pidgin"; juga disebut sebagai Bahasa Pidgin Melanesia atau Neo-Melanesian), sebuah kreol yang menggabungkan elemen tata bahasa dari bahasa asli, beberapa bahasa Jerman, dan semakin banyak bahasa Inggris.

Selain itu, Hiri Motu adalah bahasa dagang yang disederhanakan yang awalnya digunakan oleh orang-orang yang tinggal di sekitar apa yang sekarang disebut Port Moresby ketika wilayah itu diberi nama pada tahun 1884. Di samping bahasa resmi, terdapat lebih dari 800 bahasa asli yang berbeda di Papua Nugini.

Bahasa-bahasa ini termasuk ke dalam dua kelompok bahasa yang sangat berbeda: kelompok bahasa Austronesia yang termasuk bahasa lokal yang tergolong sebagai bahasa Melanesia, dan kelompok bahasa non-Austronesia atau Papua. Ada sekitar 200 bahasa Austronesia yang terkait dengan Papua Nugini.

Orang yang berbicara bahasa Austronesia umumnya tinggal di daerah pesisir dan pulau-pulau sekitarnya seperti Kepulauan Trobriand dan Buka, sedangkan orang yang berbicara bahasa Papua, yang merupakan mayoritas penduduk, tinggal di wilayah pedalaman. Ada sekitar 550 bahasa non-Austronesia dengan komunitas pembicara kecil, dan bahasa Engan, Melpa, dan Kuman adalah yang terbesar di daerah dataran tinggi dengan masing-masing lebih dari 100.000 penutur. Meskipun ada banyak bahasa, Tok Pisin berfungsi sebagai lingua franca yang efektif.

ANDIKA DWI | NAUFAL RIDHWAN

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus