PEMILIHAN langsung untuk kedua kalinya bagi Parlemen Eropa (PE), pertengahan Juni lalu, memperlihatkan bahwa rakyat di 10 negara anggota Masyarakat Eropa lebih tertarik pada masalah negerinya sendiri-sendiri. Popularitas partal-partai yang memenntah merosot. Orang menyebut, Eropa tengah tertidur dalam menghadapi masa depannya. Hanya 57% dari sekitar 200 juta pemilih yang memberikan suaranya. Oleh ketua PE hasil pemilihan 1979, Pieter Dankert, tokoh sosialis Belanda, kenyataan ini disebut sangat mengecewakan. Ide politik penyatuan Eropa dilihat para pengamat amat dangkal. PE disebut sebagai sisa mimpi penyatuan politik untuk benua itu. Pemimpin politik dan para pemilih lebih banyak mempersoalkan masalah negerinya masing-masing dalam masa kampanye lalu. Dengan begitu, para kandidat yang dikirim ke Strasbourg, Prancis - tempat kedudukan Parlemen Eropa - akan menjadi pencerminan kepentingan-kepentingan politik yang lebih sempit dari 10 negara anggota ME. Partai Konservatif PM Margaret Thatcher di Inggris kehilangan banyak pemilih. Tapi Partai Buruh yang jadi oposisi melipatgandakan kursinya untuk PE dari 17 menjadi 34. Partai Kristen Demokrat yang memerintah di Belgia juga terpukul, sedangkan kaum sosialis yang jadi oposisi mendapat dukungan kian luas. Golongan Kristen Demokrat di Belanda juga mengalami hal yang serupa. Di Yunani, walaupun Partai Sosialis PM Andrea Papandreou meraih kemenangan, jumlah pendukungnya merosot jika dibandingkan dengan pemilihan umum nasionalnya tahun 1981. Tetapi kaum komunis Italia yang bulan ini baru saja kehilangan pemimpinnya, Enrico Berlinguer, mengungguli Partai Kristen Demokrat untuk pertama kalinya sejak PD II, walaupun sama-sama memperoleh 17 kursi. Sebaliknya, Partai Komunis Prancis, rekan koalisi PM Mitterrand, kehilangan separuh pendukungnya. Partai Demokrat Bebas di Jerman Barat, koalisi PM Helmut Kohl, malah tak akan terwakili sama sekali dalam PE. Pemilihan kali ini tetap menempatkan golongan tengah-kanan sebagai kelompok mayoritas dalam PE. Tapi dengan kemenangan kaum komunis di Italia dan Partai Buruh di Inggris, kelompok kiri juga kuat. Selain itu, untuk pertama kalinya, Kelompok Hijau, pencinta kelestarian alam dan antisenjata nuklir, mendapat kursi dalam PE: 7 dari Jerman Barat, 2 Belgia, dan 2 dari Belanda. Ekstrem kanan, yang berasal dari Front Nasional Prancis, dan kaum neofasis Italia, kini pun mendapatkan kursi dalam PE. PE berisikan 434 wakil dari 10 negara anggota ME. Keanggotaan ini disejajarkan dengan jumlah penduduk. Dengan demikian, Jerman Barat, Prancis, Inggris masing-masing memperoleh 81 kursi, Belanda 25, Yunani dan Belgia masing-masing 24, Denmark 16, Irlandia 15, dan Luksemburg 6 kursi. Lembaga ini punya wewenang dalam soal anggaran ME dan juga memberikan pernyataan politik untuk isu internasional. Tapi rakyat Eropa Barat sekarang tak banyak berplkir tentang parlemennya yang hanya memiliki peranan kecil dalam soal subsidi hasil pertanian dan peternakan, serta ketentuan-ketentuan kontroversial lainnya. Mengendurnya "semangat Eropa" lewat PE ini justru sangat terasa sebelum ME yang didirikan 1957 - memasuki usia 30 tahun. Dan sebetulnya ini dilatarbelakangi kesulitan ekonomi yang dihadapi negara-negara Eropa pada saat ketergantungan terhadap AS tetap tinggi. Pertumbuhan ekonomi di 10 negara anggota ME kini hanya 2% per tahun, sedangkan Jepang mencapai 4%, dan AS mencatat angka 6%. Tingkat pengangguran di Eropa Barat sekarang sampai 10%, sementara untuk Italia, Prancis, dan Inggris angka itu masih akan naik lagi. Dengan latar belakang itu, PE hasil pemilihan 1984 ini akan memulai sidangnya 27 Juli mendatang di Strasbourg.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini