TANPA buang waktu, sepulang dari kunjungan empat hari ke Yugoslavia presiden Mesir Husi Mubarak langsung bicara tentang ranjau. Ia menduga, Iran dan Libya terlibat dalam kegatan penyebaran ranjau di Teluk Suez dan Laut Merah. Teror gaya baru itu, yang sampai kini belum diketahui pelakunya, telah mengambil korban 14 kapal - dua di antaranya tenggelam. Kepada wartaan yang menunggunya di bandar udara Kairo, Jumat berselang, Mubarak tidak menjelakan mengapa ia menuding Iran dan Libya. api surat kabar Al Ahram sebelumnya memberitakan bahwa sebuah kapal Libya lewat di Terusan Suez pada 6 Juli - tiga hari seblelum kapal peti kemas Uni Soviet meledak di tempat yang sama. Menurut catatan, kapal Soviet itulah korban ranjau pertama. Selang dua puluh hari, dua kapal Iran melintas pula di Terusan. Tak lama kemudian, lima kapal menabrak ranjau di.sekitar Teluk Suez. Tujuh kapal lain mengalami nasib sama di ujung selatan laut Merah. Tak lama setelah ranjau-ranjau meledak, sebuah kelompok yang menyebut dirinya Organisasi Jihad dengan bangga mengaku bertanggun Jawab atas perbuatan itu. Radio Teheran dan beberapa surat kabar Iran menyatakan simpati mereka atas keberhasilan itu. Akibatnya, opini dunia makin curiga terhadap pemerintah Iran, yang dianggap berusaha membalas sakit hati terhadap negara Barat yang membantu musuh mereka: Irak. Tapi pemimpin Iran Ayatullah Khomeini segera "meralat" simpati yang telanjur diberikan itu. Dalam pidato yang diucapkannya di sebuah masjid di Teheran, Kamis berselang, Khomeini mengutuk pembajakan dan peraniauan seraya menegur radio Teheran supaya jangan main skandal dengan pemerintah. Belum tuntas kutukan terhadap peranjauan, tiba-tiba Khomeini menyinggung soal Pengawal Revolusi. Pasukan yang dianggap sangat berjasa dalam menegakkan Republik Islam Iran ini telah diminta Khomeini supaya tidak terlibat dalam politik. Tidak jelas apakah ada kaitan antara radio Teheran, Pengawal Revolusi, dan penyebaran ranjau. Pidato Khdlhini sepintas memperkuat dugaan bahwa di Iran sekarang lebih dari satu pengambil keputusan yang berperan. Ayatullah itu memang tetap diakui sebagai pemimpin tertinggi, tapi dalam menjalankan roda pemerintaan telah muncul beberapa unsur, yang satu berusaha lebih menonjol dibanding yang lain. TIDAK mustahil bila radio Teheran yang bersimpati pada Organisasi Jihad, merupakan alat dari salah satu unsur itu. Dan jika Khomeini sudah secara terbuka menegur Pengawal Revolusi, maka hampir bisa dipastikan bahwa kekmpok ini pun sudah ikut-ikutan main kuasa. Libya, yang juga dicuigai terlibat ranjau, sebegitu jauh belum bereaksi. Padahal, menteri pertahanan Mesir Marsekal Abu Ghazala menegaskan bahwa ia yakin 70% Iran dan Libya bersalah. "Mesir akan memberi pembalasan setimpal,": katanya. Mesir, sesuai dengan pasal 10 Konvensi Konstantinopel berhak menjatuhkan hukuman atas kapal-kapal di Terusan Suez. Setidaknya kapal dari negara yang tebukti nakal akan dilarang berlayar lewat Terusan Suez. Sanksi seperti ini sudah dipermaklumkan kepada Iran dan Libya. Washington, yang juga menuding Iran dan Libya sebagai biang kerusuhan, telah mengirim empat helikopter penyapu raniau untuk membantu Mesir. Inggris juga mengirimkan empat helikopter, sedangkan Prancis dua. Di samping itu, sebuah tim teknis AS telah memeriksa perairan Teluk Suez tanpa menemukan ranjau. Tapi Mesir ingin pembersihan ranjau dilakukan ke semua kawasan Laut Merah. Di tengah-tengah kesibukan itu, kantor berita Tass dari Moskow menduga bahwa AS berada di balik teror ranjau dengan maksud menambah rawan kawasan Teluk. Lagi pula, tulisnya: "Tidak mungkin sebuah organisasi rahasia mampu menabur ranjau di kawasan yang begitu luas."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini