PARTAI Buruh dan Likud masih tak kunjung sepakat membentuk pemerintahan persatuan nasional Israel seperti diminta Presiden Chaim Herzog kepada calon perdana menteri Shimon Peres beberapa hari lalu. Walau Peres, 62, tampil dengan segenggam rencana perdamaian dan perbaikan ekonomi, itu belum merupakan jaminan bahwa jalan bagi dia ke kursi PM Israel mulus. "Peres akan gagal," ujar Yitzhak Shamir, pemimpin Likud, yang kini menjadi PM sementara. Walau Shamir dan Peres, pimpinan Buruh, sudah berunding beberapa kali sejak minggu pertama bulan ini, kebulatan kata antara-kedua partai besar itu tak juga diperoleh. Malah partai-partai itu berusaha memperoleh suara.nayoritas - 61 kursi dari 120 anggota Knesset (parlemen) dengan mendekati beberapa partai kecil. Dalam 36 tahun sejarah Israel, negeri Yahudi itu baru satu kali dikendalikan pemerintahan persatuan nasional, yang dibentuk beberapa hari sebelum Perang Enam Hari 1967, di bawah PM Golda Meir. Tanggal 5 Agustus !alu, Presiden Herzog meminta Peres menclptakan persatuan nasional seperti itu lagi, setelah pemilihan umum 23 Juli tak memberikan suara mayoritas bagi Buruh (44 kursi) dan Likud 41) di parlemen. Tapi, hingga minggu lampau, kesatuan pendapat antara kedua partai inl baru sampai pada masalah penanggulangan ekonomi Israel yang kini sakit parah. Mereka sepakat menciutkan anggaran pertahanan, serta menghentikan kenaikan upah, harga, dan pajak. Keduanya juga setuju untuk menekan subsidi ekspor, dan menata kembali situasi moneter Israel yang diamuk hiperinflasi. "Kepercayaan orang terhadap sekhel (mata uang Israel) sudah merosot," tulis pembantu TEMPO di Yerusalem. "Sewa hotel, taksi dan berbagai transaksi sehari-hari kini dihitung dalam dolar AS. Dan sudah terbetik kabar, sekhel akan segera didevaluasikan." Rencana penghematan yang sama-sama dijanjikan Buruh dan Likud baru akan terlaksana, antara lain, jika 20.000 serdadu Israel, yang makan anggaran sampai US$ 1 milyar, ditarik dari Libanon. Tapi untuk masalah Tepi Barat dan perundingan dengan negara-negara Arab, tak kunjung ada kata sepakat. Rencana Peres membuka jalan perdamaian di Timur Tengah ini, menurut Likud, merupakan "harga mahal" yang harus dibayar Israel. Tapi Peres tetap pada pendiriannya. Kendati demikian, dia tetap menolak mengembalikan garis . perbatasan ke keadaan sebelum Perang Enam Hari 1967 menampik pembentukan negara Palestina dan tak akan membuat hubungan dengan PLO. Walau begitu, Peres bersedia menyerahkan 60% sampai 70% wilayah Tepi Barat kepada Yordania, asal Raja Hussein memberikan kewarganegaraan Yordania bagi 450.000 orang Palestina yang mendiamiJalur Gaza. Tapi dia tak akan mer4berikan Yerusalem baian timur serta daerah Etzion di selatan Bethlehem. Begitu juga dengan Lembah Yordan yang dipandangnya sebagai tapal batas strategis bagi Israel. Peres berharap pula, penarikan mundur tentara Israel dari Libanon dapat mengaktifikan kembali pendekatan terhadap Mesir. Tapi penarikan itu juga tergantung dari sikap Syria. Tentang hubungan dengan Syria, Peres. kelihatan akan membiarkan status quo sepertl sekarang. Banyak rencana yang dijajakan Peres ini tak mendatangkan dukungan luas bagi Partai Buruh. Para pengamat menyebut kenyataan ini sebagai lambang krisis politik Israel. Tidak adanya dukungan kuat terhadap satu partai, karena negeri itu kini dihuni kaum Yahudi yang datang dari berbagai penjuru dunia - yang masing-masing membawa persoalan sendiri-sendiri. Dominasi Yahudi Eropa antara 1949 dan 1969 melahirkan suara mayoritas bagi golongan kiri dan tengah dalam tujuh Knesset. Kini mereka mendapat tantangan dari Yahudi Arab yang lebih condong pada Likud dan partai agama berhaluan kanan yang, belakangan ini,kian mendapat tempat dalam masyarakat Israel. Di Israel sebetulnya tengah berlangsung pergeseran pandangan politik. Karena itu, hingga akhir pekan silam, Peres baru mendapat dukungan dari dua partai kiri: Hadash yang di dalamnya turut serta kaum komunis - dengan empat kursi di parlemen, dan Ratz (tiga kursi). Kelompok progresif cinta perdamaian (dua kursi), partai tengah Ometz (satu kursi) yang memperjuangkan program penghematan, dan Shinui (tiga kursi) juga berada di belakangnya. Sementara itu, Partai Yahad (tiga kursi) pimpinan Ezer Weizmann, yang semula mendukung Buruh, kini tampak sulit menerima kehadiran kaum komunis dalam koalisi pimpinan Peres. Kelompok Mapam (enam kursi) dalam Partai Buruh secara tegas menolak kerja sama dengan Likud, yang dipandangnya sebagai dalang pendudukan Tepi Barat. Ia juga tak setuju "duduk semeja" dengan Ariel Sharon, tokoh Likud yang menjadi menteri pertahanan ketika terjadi pembantaian massal di Sabra dan Shatila, 1982. Untuk menyatukan pendapat dalam koalisi, Peres masih punya waktu dua kali 21 hari - batas akhir bagi dia 16 September depan. Diperkirakan, ia akan berhasil. Sebab, Peres dikenal berani mengambil keputusan penuh risiko. Ia, misalnya, adalah orang yang menyetuiul operasi pasukan komando untuk membebaskan sandera Israel dari pesawat terbang yang dibajak ke Entebbe, Uganda, 1976.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini