Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Rasialisme Menggedor Australia

Kerusuhan rasial paling buruk di Australia. Pekan lalu, pemuda kulit putih bentrok dengan pemuda keturunan Arab di Sydney.

19 Desember 2005 | 00.00 WIB

Rasialisme Menggedor Australia
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Mulanya adalah perkelahian beberapa pemuda Arab Libanon dan anggota penyelamat pantai (life-saver) di pantai Cronulla. Pantai ini dikenal sebagai tempat plesir penduduk keturunan Timur Tengah. Diduga, penyebab perkelahian karena ada anggota penyelamat pantai menarik jilbab seorang perempuan muslim dan menyobeknya. Segera beredar sandek (pesan pendek) lewat telepon seluler di antara warga kulit putih. Isinya, pemukulan terhadap penyelamat pantai yang umumnya berkulit putih keturunan Anglo-Australia harus dibalas.

Sejumlah siaran radio mengajak pendengarnya menghentikan perilaku warga keturunan Timur Tengah yang mereka cap sebagai antisosial dan kriminal. Penyiar radio itu mengajak pendengar ”mempertahankan cara hidup orang Australia” di pantai Cronulla, kawasan selatan Sydney. Menurut Keysar Trad, Presiden dari Asosiasi Persahabatan Islam di Australia (lihat wawancara Keysar Trad) ada stasiun radio yang memberitakan perkelahian itu sebagai bentrokan budaya. ”Ini membakar emosi,” ujar Trad.

Maka, pecahlah kerusuhan itu pada Ahad 11 Desember, yang memecahkan ”rekor” huru-hara rasial terburuk di Australia. Di antara sekitar 5.000 pengunjung yang memadati pantai Cronulla ada segerombolan pemuda kulit putih berwajah garang mencari tampang-tampang Timur Tengah. ”Tak ada lagi orang Libanon,” teriak seorang pemuda yang menyelimuti tubuhnya dengan bendera Australia. Dari mulutnya tercium bau alkohol.

Lewat seorang bertampang Timur Tengah. Kumpulan pemuda itu bak berlomba memburunya. Lalu, bug, bug, bug! Di saat lain, mereka mencopot kerudung seorang perempuan muslim, dan menguber-uber perempuan muslim lain hingga ke deretan kios pantai. Massa bentrok dengan polisi yang berusaha menyelamatkan korban. Enam polisi dan empat petugas ambulans terluka.

Kabar kerusuhan segera merebak hingga ke Sydney lewat sandek maupun acara interaktif di sejumlah stasiun radio. Esoknya, Senin pekan lalu, aksi berlanjut. Kini pihak pemuda bertampang Timur Tengah mengamuk di kawasan pinggir kota Sydney. Sekitar 60 pemuda melempari polisi dengan batu, menggebrak 40 mobil dengan tongkat baseball, dan menikam dua pemuda kulit putih. Polisi terpaksa menurunkan sekitar 1.500 personel tambahan untuk membubarkan kerusuhan. Aparat juga menemukan 30 bom Molotov di beberapa kawasan. John Howard, perdana menteri, mengecam kerusuhan itu. Salah, katanya, memukul orang karena warna kulit.

Sebenarnya konflik antara warga Anglo-Australia dan keturunan Arab sudah muncul lama di negara benua yang didirikan oleh imigran dari beberapa negara Eropa ini. Ketika itu, konflik lebih bersifat rasial ketimbang agama. Maklum, sebagian warga keturunan Arab, khususnya Libanon, juga pemeluk Kristen, agama yang dianut sebagian besar warga kulit putih.

Menurut Waleed Aly, seorang pengacara keturunan Arab, khusus di Sydney, ketegangan antara penduduk kulit putih dan penduduk keturunan Arab Libanon dalam lima tahun belakangan ini meningkat. Penyebabnya, selain pemberitaan yang gencar tentang tindak kriminal kelompok pemuda Libanon, juga karena terjadi konsentrasi etnis yang amat jelas. Sekat sosial antara penduduk kulit putih dan penduduk keturunan Arab Libanon betul-betul terasa. ”Di Sydney, komunitas etnisnya cenderung berkelompok sendiri-sendiri, kurang bergaul dan berintegrasi dengan komunitas lain,” kata Waleed Aly kepada Tempo.

Sekitar 200 ribu warga keturunan Arab di Sydney memilih tinggal berkelompok di kawasan barat daya kota. Kawasan yang paling banyak berpenduduk keturunan Libanon adalah Lakemba. Penduduk kawasan itu sekitar 15 ribu, dan hampir setengahnya berasal dari Timur Tengah yang kebanyakan orang Libanon. Di Lakemba terdapat masjid terbesar di kawasan Asia-Pasifik, Masjid Ali bin Abu Thalib di Jalan Wangee. Di masjid inilah sekitar 7.500 jemaah dari kawasan sekitar melaksanakan salat Idul Fitri dan Idul Adha. Di seberang masjid terdapat kantor Serikat Muslim Libanon.

Daerah bisnis dan pertokoan Lakemba seperti tidak berada di tengah benua Australia. Di sini praktis hanya terdengar orang berbicara dalam bahasa Arab. Kebanyakan penduduk pria mengenakan pakaian panjang khas Timur Tengah dan berjenggot. Semua kebutuhan penduduk keturunan Arab tersedia di kawasan ini. Dari toko serba ada, tukang daging halal, restoran halal, akuntan berbahasa Arab, pengacara berbahasa Arab, hingga pegawai bank berbahasa Arab.

Sejauh itu, konflik tersebut tetaplah konflik rasial yang relatif mudah diredam. Kini konflik ”dianggap” sebagai konflik agama, dan ini peka. Perubahan ini tampaknya tak terelakkan: gara-gara peristiwa 11 September di New York, disusul bom Bali dan bom London. Itulah peristiwa-peristiwa yang oleh pers Barat, terutama, disebut sebagai aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam.

Menurut Michael Humphrey, sosiolog dari Universitas New South Wales, terorisme sejak 11 September 2001 menimbulkan pandangan negatif terhadap penduduk muslim di Eropa, Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Ini ditambah dengan kebijakan garis keras Perdana Menteri John Howard dalam ”perang terhadap terorisme” yang membuat penduduk muslim Arab ”langsung” menjadi tertuduh. ”Tiba-tiba (penduduk kulit putih) merasa musuh ada di sini, dengan simbol kerudung,” ujar Humphrey.

Mengherankan, dunia kehilangan kearifan memilah-milah antara yang universal dan lokal, antara kasus dan kecenderungan.

Raihul Fadjri (Yogyakarta) Dewi Anggraeni (Melbourne, Australia)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus