Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ratusan Warga Korea Utara Tewas Kelaparan, Kim Jong Un Kunjungi Wilayah Pertanian

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi pertanian yang dilanda Topan Khanun

18 Agustus 2023 | 16.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berbicara pada staffnya saat mengunjungi pertanian yang terkena dampak topan di Kabupaten Anbyon, Korea Utara, pada 17 Agustus 2023. KCNA via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi pertanian yang dilanda Topan Khanun dan mengawasi helikopter militer yang menyemprotkan pestisida dalam upaya menyelamatkan tanaman, kata media pemerintah pada Jumat 18 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kim mengunjungi sawah di Provinsi Kangwon yang telah dibanjiri oleh topan, tetapi memperkirakan "pemulihan total dari kerusakan" berkat patriotisme tentara yang membantu menyelamatkan hasil panen, lapor Kantor Berita KCNA.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gambar KCNA menunjukkan Kim, dengan jaket putih dan celana panjang, berjongkok di tepi sawah sementara helikopter militer menyemprot tanaman.

Pemimpin Korea Utara itu mengatakan tanggapan cepat militer terhadap kerusakan topan telah "melakukan keajaiban memulihkan lahan pertanian yang terendam banjir dalam rentang waktu singkat".

Topan Khanun menerjang Korea Utara pada pekan lalu, sebuah negara di mana bencana alam dapat menghancurkan karena infrastruktur yang lemah dan deforestasi yang meluas. Hal ini meningkatkan kerentanan pangan akibat banjir.

Kunjungan itu dilakukan beberapa jam setelah Dewan Keamanan PBB menuduh rezim Korea Utara menghabiskan banyak uang untuk program senjata nuklirnya, sementara rakyatnya kelaparan dan kekurangan kebutuhan pokok.

Pada Kamis, agen intelijen Korea Selatan mengatakan kepada anggota parlemen bahwa warga Korea Utara yang tewas karena kelaparan antara Januari hingga Juli berjumlah lebih dari dua kali lipat rata-rata tahunan baru-baru ini yaitu 110 orang.

Hal ini diungkapkan anggota parlemen Yoo Sang-bum mengatakan kepada wartawan setelah pengarahan.

Korea Utara secara berkala dilanda kelaparan, dengan ratusan ribu orang meninggal - diperkirakan mencapai jutaan - pada pertengahan 1990-an.

Negara mengadakan pertemuan partai tingkat tinggi pada  Februari untuk secara khusus mengatasi kekurangan pangan dan masalah pertanian.

Saat badai mendekati semenanjung, Korut telah melakukan "kampanye dinamis untuk mengatasi bencana iklim abnormal" dan menyerukan langkah-langkah untuk meminimalkan kerusakan pada hasil ekonomi negara itu, lapor media pemerintah.

Awal pekan ini, Kim mencaci pejabat yang "tidak bertanggung jawab" karena gagal mencegah kerusakan akibat badai.

Namun, beberapa ahli mempertanyakan seberapa efektif tindakan itu. "Perintah Kim Jong Un untuk memobilisasi pesawat angkatan udara hanyalah sebuah pertunjukan," kata An Chan-il, seorang pembelot yang menjadi peneliti yang menjalankan Institut Dunia untuk Studi Korea Utara.

"Waktu yang tepat untuk penyemprotan pestisida pada tanaman telah berlalu," katanya, seraya menambahkan bahwa ketergantungan pada militer untuk memulihkan kerusakan akibat topan menunjukkan sumber daya lain yang tersedia mungkin habis.

Kekurangan Bahan Pangan

Pada Kamis, agen mata-mata Seoul mengatakan orang-orang kelaparan di Korut, dengan ekonomi negara terjebak dalam "lingkaran setan" dengan pertumbuhan negatif selama tiga tahun dari 2020 hingga 2022.

Produk dalam negeri Korut mengalami penurunan signifikan sebesar 12 persen pada 2022 dibandingkan dengan 2016, kata badan tersebut kepada anggota parlemen saat pengarahan, menurut anggota parlemen Yoo.

Penekanan Pyongyang baru-baru ini pada sektor pertanian "tampaknya karena putus asa bahwa masalah pangan bisa menjadi masalah serius", kata Hong Min dari Institut Korea untuk Unifikasi Nasional.

"Kunjungan koreografer Kim dan teguran pejabat senior tentang persiapan topan" menunjukkan rezim sadar bahwa kekurangan pangan dapat berdampak pada dukungan domestik, terutama karena meningkatkan konfrontasi dengan Amerika Serikat, kata Hong.

Terlepas dari situasi ekonomi yang sulit, Pyongyang telah melakukan serangkaian tes senjata yang memecahkan rekor tahun ini, termasuk rudal balistik berbahan bakar padat pertamanya - yang menurut para ahli merupakan terobosan teknologi besar.

REUTERS | CNA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus