Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) melaporkan bahwa pasukan Israel kembali menyerang Rumah Sakit Indonesia di Bait Lahia, Gaza Utara, palestina. Serangan yang terjadi pada Rabu pagi, 27 November itu menyebabkan sejumlah fasilitas rusak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menyitir laman resmi MER-C, staf Rumah Sakit Indonesia menyatakan tentara Israel menyerang dengan tank dan drone. Mereka menembaki semua jendela, atap rumah sakit, tangki air, dan fasilitas lainnya. “Listrik juga sempat padam akibat serangan tersebut,” tulis siaran pers MER-C, Jumat, 28 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Relawan MER-C di Jalur Gaza, Edy Wahyudi sebelumnya juga melaporkan ada sekitar 26 tank Israel yang mengepung Rumah Sakit Indonesia. Pihak MER-C juga masih terus berupaya untuk dapat kembali mengirimkan tim medis dan bantuan ke Gaza Utara. Terlebih setelah wilayah tersebut diblokade sejak ada perintah evakuasi paksa oleh Israel awal Oktober lalu.
Tim medis atau Emergency Medical Team (EMT) MER-C keenam yang saat ini bertugas di dua Rumah Sakit di Gaza City yakni RS Al-Shifa dan Public Aid Hospital telah lima kali mengajukan izin melalui WHO untuk bisa masuk ke Gaza Utara. Mereka hendak membantu memberikan pelayanan di Rumah Sakit Indonesia dan Kamal Udwan, namun Israel belum memberikan izin.
Peristiwa Rabu lalu itu bukan serangan pertama yang dilakukan oleh tentara Israel. Pada 19 Oktober lalu Wakil Menteri Kesehatan Gaza, Yousef Abu Rish, mengatakan Israel menyerang lantai atas Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara itu.
Pada 25 November 2024, Israel juga mengeluarkan perintah evakuasi untuk wilayah Beit Lahiya dan Jabalia, Gaza, Palestina. Hal ini dilaporkan oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PPB untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA. Ada 43 instalasi UNRWA terletak di dalam area yang terkena dampak zona evakuasi Israel itu.
Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) hingga 22 November 2024, sebanyak 281 personelnya tewas secara global. Sebagian besar, tepatnya 249 orang, adalah staf UNRWA di Jalur Gaza.