IRING-IRINGAN penuh kemarahan sepanjang dua kilometer menembus pagi yang dingin di jalanan Arbil, kota terbesar di wilayah Kurdi-Irak, Senin pekan lalu. Ratusan ribu warga Kurdi-Irak tumpah ke jalan memprotes rencana intervensi militer Turki ke wilayah Kurdi di Irak bagian utara. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan "Kurdistan, kuburan bagi tentara Turki." Bendera Turki pun dibakar, poster anti-Turki diusung: "Mampuslah Turki, Jayalah Amerika." "Perasaan anti-Turki sangat kuat," kata Rajab Ali Kakel, polisi lalu lintas yang mengamati aksi protes damai itu.
Rasa waswas rakyat Kurdi mulai menyeruak ketika Turki menyatakan siap mengirim tentaranya ke wilayah Kurdi, meski dalam jumlah yang belum jelas. Pemerintah Ankara berdalih tindakan itu untuk melindungi minoritas Kurdi-Turki dan mencegah banjir pengungsi Kurdi ke wilayah Turki ketika AS menyerbu Irak. Tapi Hosyar Zebari, salah seorang pemimpin Kurdi-Irak, memperoleh bocoran bahwa militer Turki akan masuk ke wilayah Kurdi-Irak sejauh 60 kilometer dari perbatasan. "Ini kan pendudukan," kata Zebari, marah.
Zebari pun mengancam, jika AS mengizinkan militer Turki menduduki wilayah Kurdi, perang tak terhindarkan. Partai Demokratik Kurdistan (KDP) sudah menyiapkan 62 ribu anggota pasukannya dan Uni Patriotik Kurdistan (PUK) menyetor 40 ribu anggota pasukan untuk menghalau tentara Turki. Saat ini kedua partai Kurdi itu sudah menempatkan Pershmerga (tentara Kurdi) di dekat perbatasan. Ajaib! Inilah pertama kalinya KDP dan PUK bisa rukun membentuk komando keamanan dan politik bersama setelah puluhan tahun saling membunuh.
Turki kini bak hantu bergentayangan dalam bayangan penduduk Kurdi-Irak. "Bertahun-tahun kami hidup dalam kedamaian. Kami ogah di bawah kontrol negeri lain," ujar Karwan, seniman patung yang ikut aksi protes.
Bagi penduduk Kurdi, kekejaman rezim Saddam Hussein selama 15 tahun, yang membunuh 100 ribu penduduk Kurdi dengan menggunakan gas beracun dan berondongan peluru setelah Perang Teluk 1991, ternyata hanya seujung kuku dibandingkan dengan ancaman Turki. Betapa tidak, pemerintah Turki tak hanya membunuh 30 ribu penduduk selama 10 tahun perjuangan kemerdekaan Kurdi-Turki, tapi juga melenyapkan identitas kultural bangsa Kurdi. "Ketika Saddam membunuh kami, dia membunuh kami sebagai orang Kurdi. Tapi Turki memperlakukan Kurdi sebagai bangsa yang sudah mati," kata Barzan Ismail, anggota milisi Kurdi.
Kini militer Turki akan masuk ke wilayah Kurdi membonceng misi perang AS dengan target yang masih gelap. "Turki dan AS memenjarakan kami dalam kegelapan," kata Zebari. Tak aneh, banyak orang Kurdi yang mulai mengendus bau pengkhianatan AS yang ketiga terhadap bangsa Kurdi. Pengkhianatan pertama terjadi ketika AS hanya menonton Saddam Hussein menggilas perjuangan mereka pada 1975. Kedua, pada 1991, lagi-lagi AS melengos ketika Bagdad menghancurkan perlawanan mereka setelah Perang Teluk.
Namun Kurdi rupanya tak punya banyak pilihan karena sangat bergantung pada belas kasihan AS untuk berlindung dari rezim Bagdad dan Ankara. Maka pintu negosiasi pun harus dibuka. "Kurdi bisa menerima masuknya militer Turki jika mereka di bawah komando AS dengan tujuan menyerang pasukan Irak terus ke Bagdad," ujar Zebari. Selain itu, Zebari minta kepastian waktu penarikan pasukan Turki dari Irak seusai penggulingan Saddam Hussein.
Repotnya, Turki tak ingin tentaranya satu pesawat dengan AS menuju Bagdad untuk mendepak Saddam. Militer Turki lebih tertarik bercokol di wilayah Kurdi dengan dalih, itu tadi, mengamankan perbatasan. Pasalnya, Turki sangat khawatir Kurdi-Irak memilih menjadi negara merdeka jika kekacauan saling rebut kekuasaan di antara faksi oposisi Irak terjadi setelah rezim Saddam bisa didepak. Dalam benak petinggi militer Turki, kemerdekaan Kurdi-Irak akan memicu kembali gerakan kemerdekaan Kurdi-Turki. Bahkan status otonomi Kurdi-Irak pun preseden buruk bagi Turki. Maka pemimpin militer Turki, Jenderal Hilmi Ozkok, pun menebar ancaman. "Kami ingatkan mereka (Kurdi-Irak) bahwa kami punya hak mempertahankan kepentingan nasional kami dan kami minta mereka bekerja sama," ujar Ozkok.
Akan halnya AS, hingga saat ini Presiden Bush tak menanggapi permintaan memelas Kurdi-Irak agar AS menjamin Turki tak menduduki wilayahnya. Tampaknya, rakyat Kurdi-Irak harus siap menghadapi pengkhianatan AS yang ketiga kalinya. Logis saja, setelah Saddam tersingkir, Kurdi hanya duri dalam daging bagi hubungan mesra AS-Turki.
Raihul Fadjri (Washington Post, Reuters, The Independent, New York Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini