Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kebudayaan PBB atau UNESCO pada Rabu secara resmi mengakui proses pembuatan sake kuno Jepang sebagai "warisan budaya takbenda". Seperti dilansir Reuters, hal ini diharapkan oleh para produsen sake akan meningkatkan minat global terhadap anggur beras tradisional yang sudah ada sejak berabad-abad lalu, tetapi popularitasnya telah menurun di negaranya sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Produsen sake berharap pengakuan UNESCO mempercepat peningkatan ekspor mereka dan menyegarkan kembali antusiasme generasi muda Jepang terhadap minuman ini di negara asal mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami sangat senang sake dianggap sebagai anugerah ilahi dan penting untuk acara sosial dan budaya di Jepang," kata duta besar Jepang untuk UNESCO, Takehiro Kano seperti dilansir Channel NewsAsia.
"Diakui secara internasional melalui mekanisme ini akan memperbarui minat orang Jepang di bidang ini, dan itu dapat mengarah pada lebih banyak momentum untuk mewariskan keterampilan dan pengetahuan ini kepada generasi berikutnya."
Minuman ini dibuat selama beberapa minggu dengan memfermentasi campuran beras, air, ragi, dan jamur berwarna yang dikenal sebagai koji, dalam proses yang lebih mirip dengan pembuatan bir daripada anggur. Hasil akhirnya dapat disajikan panas, dingin, atau pada suhu ruangan.
Meskipun sake memainkan peran penting dalam masyarakat dan tradisi Jepan serta sering disajikan selama upacara dan jamuan khusus, permintaan untuk minuman ini telah surut di dalam negeri meskipun permintaan internasional meningkat.
Sake mungkin lebih khas Jepang daripada sushi yang terkenal di dunia. Sake diseduh di gudang-gudang di puncak gunung yang berusia berabad-abad, dinikmati di izakaya yang mirip pub di negara ini, dituang saat pernikahan, dan disajikan sedikit dingin untuk bersulang.
Beras – yang memiliki kekuatan pemasaran yang luar biasa sebagai bagian dari identitas budaya Jepang yang lebih luas – adalah kunci dari minuman beralkohol tersebut.
Agar suatu produk dapat dikategorikan sebagai sake Jepang, beras tersebut harus berasal dari Jepang.
Pengakuan UNESCO, kata Kano, mencakup lebih dari sekadar pengetahuan kerajinan dalam membuat sake berkualitas tinggi. Sake juga merupakan penghormatan terhadap tradisi yang sudah ada sejak 1.000 tahun lalu.
Sake muncul dalam novel terkenal Jepang abad ke-11, The Tale Of Genji, sebagai minuman pilihan di istana Heian yang berkelas.
Kini, para pejabat berharap dapat mengembalikan citra sake sebagai minuman beralkohol utama Jepang, bahkan saat para peminum muda di negara itu beralih ke anggur impor atau bir dan wiski lokal.
Pada pertemuan di Luque, Paraguay, anggota komite UNESCO untuk menjaga warisan budaya manusia memilih untuk mengakui 45 praktik dan produk budaya di seluruh dunia, termasuk keju putih Brasil, roti singkong Karibia, tom yum kung Thailand, dan sabun minyak zaitun Palestina. Yang juga tercantum dalam daftar tersebut adalah kebaya, yang dinominasikan bersama oleh lima negara Asia Tenggara – Singapura, Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Tidak seperti Daftar Warisan Dunia UNESCO, yang mencakup situs-situs yang dianggap penting bagi kemanusiaan seperti Piramida Giza di Mesir, penunjukan Warisan Budaya Takbenda menyebutkan produk dan praktik dari berbagai budaya yang layak mendapat pengakuan.
UNESCO, badan pendidikan, sains, dan budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengakui praktik, karya seni, atau keterampilan ke dalam daftar warisan budaya takbenda untuk mendukung pelestariannya bagi generasi mendatang.