Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kantor partai Kadima di Tel Aviv sesak oleh massa yang melambaikan bendera partai, mengacungkan dua jari membentuk huruf V tanda kemenangan. Di panggung seorang perempuan berambut pirang memompa semangat massa. ”Hari ini rakyat memilih Kadima,” katanya.
Perempuan itu, Tzipi Livni, 50 tahun, berpeluang menjadi perempuan kedua dalam sejarah Israel yang menjabat perdana menteri setelah Golda Meir (1969-1974). Ia mengutip hasil perhitungan yang disiarkan stasiun televisi yang menyebut partainya meraup kursi terbanyak dalam pemilihan parlemen pada Selasa pekan lalu. Partai Kadima yang dipimpin Livni meraup 28 kursi dari 120 kursi parlemen. ”Kita akan membentuk pemerintahan berikutnya yang dipimpin Kadima,” ujar Livni.
Di Yerusalem klaim yang sama meluncur dari mulut Benjamin Netanyahu, Ketua Partai Likud, pesaing utama Partai Kadima. Likud yang merupakan partai kanan itu meraup 27 kursi. Tapi, ditambah dengan koalisi partai kanan dan partai keagamaan lainnya, Likud bisa mengumpulkan 65 kursi sebagai mayoritas di parlemen dan berhak membentuk pemerintahan. ”Dengan bantuan Tuhan, saya akan memimpin pemerintahan berikutnya,” ujar Netanyahu di depan massa pendukungnya. ”Kubu nasional dipimpin Likud telah menang.”
Meski Likud punya peluang besar merebut koalisi, Kadima dengan dukungan Partai Buruh yang memperoleh 13 kursi masih punya peluang membentuk pemerintahan jika berhasil menggandeng partner koalisi lain. Livni diduga akan melirik Avigdor Lieberman, pemimpin Partai Yisrael Beitenu (Israel Rumah Kami). Partai ini pemenang ketiga dalam pemilu dengan meraih 15 kursi.
Meski Lieberman dikenal seorang ultranasionalis dan bersikap rasis terhadap warga Arab di Israel, ia tak sejalan dengan garis Likud. Lieberman, imigran Yahudi Rusia, tidak seperti nasionalis garis keras lainnya yang menolak kompromi apa pun dengan Palestina. Sebagaimana Livni, ia lebih suka memberikan sejumlah wilayah Tepi Barat kepada Palestina. Selain itu, Livni dan Lieberman punya kesamaan pandangan dalam beberapa isu politik yang akan menjadi dasar koalisi. ”Tergantung Lieberman, siapa yang dia ajak berkoalisi,” ujar Menachem Hofnung, dosen ilmu politik Universitas Hebrew. ”Lieberman muncul sebagai king maker. Dialah pemenang pemilu, dan tergantung dia siapa yang akan menjadi perdana menteri.”
Pendukung Lieberman adalah pemilih Likud yang kecewa karena Likud kurang radikal. Mereka juga tak kurang kecewa terhadap pemerintah Kadima karena Kadima menghentikan agresi terhadap Hamas. ”Mereka berharap melihat militer menghabisi Hamas,” ujar Yitzhak Brudny, analis politik di Yerusalem. Tak mengherankan bila muncul penilaian, peluang Livni menggandeng Lieberman sangat kecil.
Tapi, jika Livni berhasil membentuk pemerintahan, ia tetap akan membuka pintu pada perdamaian dengan kelompok moderat Palestina di bawah komando Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas.
Livni meyakini perdamaian dan keamanan bisa berjalan seiring. ”Pemilu ini adalah tentang perdamaian,” ujarnya. ”Burung merpati ada di ambang jendela. Kita dapat memilih mengempaskan pintu atau membiarkannya masuk.” Tapi Livni garang terhadap militan Palestina. ”Teror harus diperangi dengan kekuatan, dan segunung kekuatan,” ujar Livni.
Meski disepelekan rivalnya karena tak cakap menangani militer, Livnilah yang ngotot agar Israel segera merespons roket Palestina yang terus menghantam kawasan selatan Israel. Hasilnya, 1.300 nyawa rakyat Palestina melayang. ”Jika pada akhirnya operasi ini mereka tak mengerti, kami akan melanjutkan hingga mereka memahami pesan kami,” ujar Livni. Toh, Livni menyokong pembentukan negara Palestina di Tepi Barat dan Gaza dengan sejumlah konsesi.
Tapi ada masalah lain: Livni tetap meneruskan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat. Padahal kubu moderat Palestina sekalipun mensyaratkan penghentian pembangunan permukiman Yahudi, barulah ada pembicaraan damai.
Livni terpilih sebagai Ketua Partai Kadima pada September tahun lalu, menggantikan Ehud Olmert yang terpental karena tuduhan korupsi. Ia menyelesaikan wajib militer dengan pangkat letnan dan kemudian bertugas di badan intelijen Mossad. Tapi ia banting setir menjadi pengacara perusahaan, menjadi ibu rumah tangga, lalu terjun ke politik. Livni, sebagaimana Olmert dan bekas perdana menteri Ariel Sharon, keluar dari Likud dan mendirikan Kadima. Ia tidak setuju dengan Likud yang menentang penarikan pasukan Israel dari Gaza pada 2005.
Ia pertama kali terpilih sebagai anggota parlemen pada 1999 dan karier politiknya cepat menanjak. Enam kali ia menjabat menteri. Pada 2007, majalah Time memasukkannya ke daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia. Pada saat yang sama, majalah Forbes mendudukkannya pada urutan 52 di antara 100 perempuan paling berkuasa di planet ini.
Livni punya reputasi sebagai seorang pragmatis yang lugas, pembenci praktek main belakang, dan muak dengan penyuapan. Ia pernah mengatakan, jika terpilih sebagai perdana menteri, ia akan menerapkan ”jenis politik yang berbeda”.
Sebaliknya Benjamin Netanyahu, 59 tahun, ogah memberikan konsesi kepada Palestina. Sikap ini bisa meletakkan Israel berhadapan dengan kebijakan Presiden Barack Obama, yang berjanji akan agresif mencapai kesepakatan Timur Tengah, dan gerah dengan program pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat.
Bibi, panggilan akrab Benjamin Netanyahu, berjanji akan mengizinkan perluasan permukiman di Tepi Barat. Ia juga menyatakan perjanjian perdamaian dengan Palestina saat ini mustahil. Selain itu ia ingin pendudukan wilayah Palestina dilanjutkan. Pesannya, penarikan Israel dari kawasan pendudukan hanya menghasilkan lebih banyak kekerasan: ”Israel hanya akan terluka dalam perang melawan militan Palestina, yang meningkatkan serangan roket, setelah Israel menarik pasukannya dan pemukim keluar dari Jalur Gaza pada 2005,” katanya. Ia juga bernafsu menggelar aksi militer terhadap Iran.
Bibi berasal dari keluarga Israel terpandang. Ayahnya, Benzion, seorang sejarawan terkemuka di kalangan kaum nasionalis Likud pada masa sebelum negara Israel berdiri. Netanyahu, yang memegang dua gelar sarjana dari Massachusetts Institute of Technology, Amerika, menjadi duta besar Israel di PBB. Ketika pulang kampung pada 1988, ia terpilih sebagai anggota parlemen Likud. Lima tahun kemudian ia merebut kepemimpinan partai.
Dengan gaya bicaranya yang meledak-ledak dalam kampanye, ia terpilih sebagai perdana menteri termuda pada 1996 dengan mendepak politikus senior Partai Buruh, Shimon Peres. Bibi memang istimewa, tapi masa jabatannya ditandai dengan beberapa bencana: gagal membuat perdamaian dengan Suriah, berseteru dengan sekutunya, gagal mengendalikan anggota parlemen, dan dituduh korup. Dalam pemilihan sela pada 1999, ia kehilangan jabatan puncak itu.
Netanyahu bukanlah ideolog keras hati sebagaimana kebanyakan aktivis Partai Likud. Ia juga dikenal pragmatis, bahkan sejumlah orang menyebutnya tak punya prinsip. Misalnya, sebagai perdana menteri, Netanyahu menyerahkan Kota Hebron kepada Yasser Arafat. Kota di Tepi Barat itu kini di bawah kontrol Palestina. Netanyahu menutup telinganya dari umpatan kemarahan pemukim Israel.
Sikap politik Netanyahu yang cenderung pragmatis inilah yang membuka peluang terjadinya kabinet ”persatuan nasional” antara Likud dan Kadima. Apalagi Netanyahu dan Livni punya dua hal yang sama: menyingkirkan Hamas dan menggasak Iran.
Pilihan kabinet ”persatuan nasional” ini sudah diembuskan Netanyahu dan Livni. ”Saya akan mendorong pemerintah persatuan nasional,” ujar Netanyahu. Skenarionya, Netanyahu akan menjabat perdana menteri, sedangkan Kadima kebagian pos penting dalam kabinet, misalnya menteri keuangan, menteri luar negeri, dan menteri pertahanan. ”Koalisi luas jauh lebih mudah ditangani,” ujar Dan Meridor, politikus veteran Partai Likud.
Raihul Fadjri (AP, AFP, Time, CS Monitor)
Hasil Pemilu Parlemen Israel (Perolehan kursi 34 peserta pemilu)
Kadima :28
Likud :27
Yisrael Beitenu :15
Partai Buruh :13
Shas :11
United Torah Judaism : 5
Meretz :3
National Union :4
Hadash :4
United Arab List-Ta’al :4
Habayit Hayehudi (Jewish Home) :3
Balad :3
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo