Kerusuhan etnis Yugo diredakan dengan dropping tentara pusat. Bahaya bentrok etnis di Eropa Timur mengancam cita-cita Eropa Bersatu. KERUSUHAN etnis antara orang-orang Serbia dan Kroatia, yang pekan lalu makan korban 18 orang, nampaknya telah mereda. Suasana agakaman itu tercapai berkat kesigapan tentara yang dikomandoi oleh para pemimpin pusat. Mereka diterjunkan untuk meredam bentrok antaretnis yang meletus di Kroatia. Dengan demikian, untuk sementara, persatuan dan adanya Yugoslavia masih bisa dipertahankan. Konflik antara bangsa Serbia dan Kroatia itu -- dua etnis paling besar -- dapat didinginkan antara lain juga karena adanya jalan tengah yang disodorkan presiden federal. Kesepakatan yang ditandatangani kedua pihak menyatakan agar persenjataan yang dikuasai orang-orang sipil disita dan kelompok milisi dibubarkan. Presiden Franjo Tudjman dari Kroatia sendiri akan bekerja sama dengan tentara federal untuk mencegah kerusuhan. Namun, ia tak ingin melucuti polisi Kroatia. Ada dugaan, Tudjman terpaksa bersikap keras-keras lunak karena tekanan dan kritik dari lawan-lawan politiknya yang bergaris keras. Ia dikecam karena mau bekerja sama dengan tentara dengan cap "tentara pendudukan". Kerusuhan terjadi karena suku Serbia, yang berjumlah sekitar 600.000 orang di Kroatia yang berpenduduk 4,5 juta itu, memberontak, setelah Kroatia menyatakan dirinya keluar dari federasi Yugoslavia. Orang-orang Serbia khawatir bakal didiskriminasi setelah Kroatia memisahkan diri. Sementara itu, militer, yang selama dua minggu ini diturunkan, menyerukan agar masyarakat menahan diri untuk tidak bersikap sektarian. Para politikus juga diminta untuk tak menghasut rakyat. Selain mengamankan daerah-daerah yang menjadi ajang bentrokan etnis, tentara juga berjaga-jaga di seluruh negeri. Di setiap sudut Yugoslavia kelihatan ada pasukan militer yang dilengkapi persenjataan artileri dan kendaraan lapis baja. Yang lebih khawatir atas kerusuhan etnis Yugoslavia itu adalah negara tetangganya. Di Rumania, tentara disiagakan untuk mencegah kerusuhan etnis serupa menjalar ke negeri itu. Yunani, yang punya hubungan dagang darat dengan seluruh Eropa, harus memintas wilayah Yugo. Tahun ini saja, diperkirakan tak kurang dari 400 ribu truk Yunani akan berlalu-lalang di jalan-jalan Yugoslavia, mengangkut barang dagangan. Austria tak kurang khawatirnya. Sampai-sampai ia mengusulkan agar Masyarakat Eropa mengirim wakil-wakilnya untuk menjadi penengah dalam konflik Serbia-Kroatia. Bahkan Paus Yohanes Paulus II di Vatikan menyerukan agar pihak-pihak yang bertikai di Yugo tak mencari penyelesaian dengan senjata. "Agar orang-orang yang bertanggung jawab atas keselamatan rakyat Yugo memperlihatkan kemauan baiknya," kata Paus. Sedangkan di Inggris, Menlu Douglas Hurd meminta agar tentara nasional bertindak demi kepentingan rakyat Yugo dan tidak hanyut dalam konflik etnis itu. Belakangan ada gagasan yang datang dari Stipe Mesic, presiden nonkomunis pertama negeri itu, untuk melibatkan pasukan PBB apabila kekeruhan etnis meledak lagi. Keprihatinan beberapa negara Eropa itu nampaknya memang dapat dimengerti. Apabila Yugoslavia bubar, gemanya akan menjalar ke negara-negara Eropa Timur yang baru saja bebas dari rezim komunis yang berkuasa lebih dari 45 tahun. Rakyat negara-negara pada umumnya juga terdiri dari berbagai golongan etnis dan premordialisme. Bila terjadi perpecahan etnis di Eropa Timur, kemungkinan cita-cita menata Eropa bersatu 1992 akan buyar. ADN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini