Bekas Dubes Irak di Washington menjadi imigran di Kanada. Ia pernah menjadi tangan kanan Saddam. KANADA turut kecipratan sisa-sisa Perang Teluk. Mohammed Mashat, 60 tahun, bekas duta besar Irak di Washington, tiba-tiba saja muncul di Kanada menjadi imigran. Kehadirannya di negeri itu menjadi masalah yang ramai dibicarakan orang. Proses kehadiran Mashat di Kanada sebenarnya tak terlalu istimewa. Peraturan Kanada memang membolehkan siapa saja yang sudah pensiun mengajukan lamaran untuk bisa tinggal di sana. Syaratnya hanyalah menunjukkan kemampuan finansial untuk menanggung segala biaya hidupnya. Setelah tiga tahun, kalau berkelakuan baik, ia diperkenankan melamar menjadi warga negara Kanada. Sebelum Perang Teluk pecah, Mashat sering sekali muncul di layar TV. Dengan kepandaiannya berdiplomasi dan kelihaiannya bersilat lidah, ia membela Presiden Saddam Hussein. Ia pun dengan terang-terangan menyerang negara-negara Arab yang pro-Amerika sebagai "konspirator" dan "pengecut". Pers Barat, terutama Amerika, dicapnya sebagai lobi Israel. Hussein Ali Sumaida, anak bekas dubes Irak sebelum Mashat dan pernah menjadi agen Mossad, menuduh Mashat adalah anak kesayangan Saddam Hussein. Yang menghebohkan bukan lantaran sikap pro-Saddamnya, tapi begitu cepatnya ia mendapatkan visa. Proses permohonan sebagai imigran makan waktu sekitar satu sampai satu setengah tahun. Mashat meninggalkan Washington sebelum perang meletus (15 Januari) dan pergi ke Wina dengan alasan agar istrinya dapat berobat. Tapi tiba-tiba saja ia bersama istri dan seorang anaknya mendarat di Vancouver pada 27 Maret lalu. Menteri Imigrasi Bernard Valcourt, yang baru tiga pekan menduduki jabatannya, terkejut dan merasa dilewati. Ia memerintahkan departemennya mengadakan penyelidikan. Anehnya, menteri imigrasi yang lama, Barbara McDougall, dan kementerian luar negeri mengaku tak tahu-menahu. Konon, Amerika terlibat. Alasannya, ia banyak punya informasi berguna untuk Barat. Mashat sendiri telah membeli rumah seharga 220 ribu dolar di Vancouver. Ia tak mau bicara banyak pada wartawan, tapi dikatakannya, kalau dulu ia membela Irak adalah tugasnya sebagai diplomat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini