SEANDAINYA Iran dikucilkan, lalu dikeroyok negara-negara Teluk, apa yang terjadi? Mungkin memang Iran akan keok. Yang pasti, korban peperangan bakal dahsyat. Meski Amerika tak memasok senjata, juga RRC, Iran tak bakal kekurangan senjata. Siapa menduga, kini puluhan pabrik senjata di dalam negeri Iran tengah aktif berproduksi. Memang. Iran, selama 7 tahun senantiasa diguncang peperangan, tentu membutuhkan selumlah besar peralatan perang dari negara produsen senjata di dunia. Maka. ancaman embargo senjata dari negara-negara produsen - AS, Uni Soviet, Prancis, RRC - membuat Iran bertekad untuk mandiri dalam pengadaan peralatan perang. Untuk itu, sebuah ordonansi dicanangkan pemerintah Iran agar separuh kebutuhan amunisi alat-alat perang terpenuhi. Sejumlah tanah perkebunan milik perorangan disulap menjadi pabrik senjata. Sekitar 12.000 bengkel kecil swasta - tulis majalah The Middle East bulan ini mengajukan diri menjadi subkontraktor bagi pengadaan peralatan militer Iran. Maka, jangan kaget bila Kalashnikov sampai ke Howitzer berukuran 175 mm di tangan para Pasdaran adalah made in Iran. Sampai-sampai Iran kini bisa memenuhi kebutuhan peralatan artileri, seperti mortir 80 dan 120 mm, pelontar roket berkekuatan besar, dan pelontar granat. Tak hanya itu. Menurut sumber-sumber Iran, rudal antitank TOW dan rudal dari darat ke darat yang sanggup menjelajah sampai 40 mil kini dapat diproduksi rakyat Ayatullah Khomeini. Rudal yang terkenal dengan nama Frog-7 bikinan Uni Soviet, bila kini disimpan di gudang senjata Iran, sebagian besar adalah hasil rakitan sendiri, dan sudah diberi nama sendiri pula: Oghab, artinya elang. Data terakhir menyebutkan, Iran telah sanggup membuat rudal darat ke darat dengan kemampuan Jarak tembak sekltar 290 km. Kebolehan Iran merakit rudal-rudal penghancur pun ditegaskan pula oleh Hojatolislam Ali Akbar Hashemi Rafsanjani. Juru bicara Dewan Tinggi Pertahanan Iran itu menjelaskan bahwa Iran telah berhasil memproduksi rudal antikapal, yang dirakit berdasarkan rudal SS-2 Styx bikinan Soviet. Rudal yang kemudian dikembangkan Cina menjadi Uiat Sutera itu ditemukan tentara Iran ketika menguasai Jazirah Faw pada Februari 1986. Selain itu, sebuah program pembuatan helikopter dan pesawat pemburu telah disusun. Dari 200 lulusan perguruan tinggi diIran, 115 orang ditugaskan belajar ke berbagai negara, meneliti pengembangan persenjataan dan pembuatan peralatan militer. Hasilnya sudah terlihat dalam peringatan Revolusi Islam Iran ke-9, Januari silam. Menurut siaran Radio Teheran, pihak militer Iran berhasil mengadakan uji terbang sebuah pesawat tempur jenis F-5. Namanya memang F-5, tapi ini merupakan kombinasi antara rangka F-5 bikinan AS dan mesin MiG-2 bikinan Soviet. Barang-barang lepas itu dibeli Iran di pasaran bebas internasional dengan harga murah. Adapun daya tempurnya belum diketahui Jangan-Jangan kombinasi leblh ampuh dari orisinilnya. Lalu beberapa bulan sebelumnya, Korps Garda Revolusi Islam Iran dikabarkan telah membuat sebuah pesawat latih tempur yang diberi nama Fajr, yang artinya Fajar. Namun, yang lebih mengagumkan - bila The Middle East benar, Iran juga telah berhasil memproduksi pesawat pengintai tanpa lwak. Pesawat yang dibuat dari prototipe dua helikopter ini hanya berisi peralatan kamera khusus untuk mengawasi daerah tcritorial musuh. Di laut pun Iran mencoba mandiri. Sebuah kapal selam konon sudah dibuat. Beberapa ahli senjata memperkirakan bahwa yang dimaksudkan sebenarnya kapal selam mini. Kemudian, speedboat yang terlibat pertempuran dengan AS dua pekan lalu, siapa tahu itu buatan Iran sendiri. Yang sudah lama diketahui buatan Iran sendiri adalah ranjau magnetik dan ranjau bergelombang suara. Yang mungkin sangat mengejutkan adalah soal senjata kimia. Beberapa lama lalu, Iran menuduh Irak menggunakan senjata kimia. Mungkin itu sebabnya lalu Iran pun berupaya membuat senjata kimia pula. Di akhir Desember lalu, PM Hussein Mussavi untuk pertama kalinya secara terang-terangan mengumumkan di depan parlemen bahwa Iran mulai memproduksi, "persenjataan kimia cukup canggih, untuk mengimbangi Irak." Tapi benarkah itu? Sebuah kapal yang sedang menuju Iran oleh kepolisian Rotterdam, Belanda, awal Maret tahun lalu ditahan. Di dalamnya berisi 7 ton bahan-bahan senjata kimia. Pada pertengahan bulan itu juga, koran Obserer, Inggris, melaporkan bahwa Iran telah mendirikan pabrik senjata kimia di Kota Damghan, di utara Iran, dekat perbatasan Uni Soviet. Pabrik ini berkapasitas 5 ton gas kimia per bulan. Konon, gas itu untuk diisikan di kepala rudal dari darat ke darat, guna melawan Irak. Februari lalu terbetik berita, rudal berkepala racun rendah diuji coba di dekat Semnan, timur Teheran. Tentu, Iran pun memiliki industri penunjang pabrik senjata kimia itu. Sebuah perusahaan pertanian yang memproduksi pestisida, Melli Agrikultural Company, dibangun dekat ibu kota Teheran. Melli inilah yang diduga menghasilkan fosfor, bahan baku senjata kimia. Dari mana Iran punya keahlian itu? Disebut-sebut sedikitnya lima perusahaan asing dari AS, Jerman Barat Prancis, Spanyol, dan Inggris ikut melibatkan diri. Namun, hal itu dibantah oleh Lurgi, perusahaan teknik Jerman Barat yang berpusat di Frankfurt. Menurut perusahaan yang terlibat kontrak sejak Maret lalu itu, pabrik pestisida itu memang benar-benar menghasilkan obat-obatan antihama saja. "Kami tak melihat adanya tanda-tanda pabrik senjata kimia. Sebab, lokasi pabrik berdekatan dengan areal permukiman di Teheran," ujar pihak Lurgi. Tapi di Iran, negeri serba tak terduga, pabrik senata kimia di tengah permukiman mestinya bukan mustahil. Perang di Timur Tengah akan semakin jahat? Didi Prambadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini