Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Senjata untuk Alkatiri

Presiden Xanana Gusmao batal mundur. Sedangkan PM Mari Alkatiri bertahan meski terancam terlibat kasus dugaan mempersenjatai sipil.

26 Juni 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di depan ratusan demonstran yang menduduki kantor Perdana Menteri Timor Leste Mari Alka-tiri, Jumat petang pekan lalu, Presiden Jose Alexandre ”Kai Rala Xanana” Gusmao akhirnya menyerah. Dia batal mundur. Xanana juga ber-janji akan tetap menjalankan tugas konstitusional sebagai presiden. Soal -sikapnya terhadap Alkatiri, dia -tutup mulut.

Xanana tidak jadi mundur karena ba-nyak pihak menghalangi niatnya. -Uskup Dili Ricardo Alberto da Silva datang langsung ke kantor kepresidenan Istana Debu, Jumat pagi minggu lalu, meminta Xanana mengurungkan niatnya. PBB berkirim surat, beberapa wakil diplomatik di Dili mendesak agar dia tetap menjabat. Bahkan Presiden Fretilin, Fran-cisco Luolo Guterres, melakukan pembicaraan rahasia dengan Xanana pada hari yang sama.

Inilah babak terbaru kerusuhan yang dipicu pemecatan 591 tentara Timor Leste, Februari lalu—sekitar 30 orang tewas, Dili porak-poranda, dan sekitar 145 ribu orang mengungsi. Untuk pertama kalinya Xanana bersikap keras: memecat Alkatiri. Langkah itu dilakukan Xanana setelah terjadi demonstrasi- massa, bentrok antara tentara, polisi, dan kelompok desertir serta pemberontak, yang mengakibatkan kekacauan di Dili, seraya mengundang tentara internasional di bawah PBB datang ke Timor Leste.

Xanana berkirim surat kepada Al-katiri dan memintanya mundur, Selasa- pekan lalu. Dikatakannya, Alkatiri telah kehilangan kepercayaan rakyat dan tak mampu mengatasi krisis. Jika dalam waktu 48 jam Alkatiri tidak mundur, maka Xanana sendiri yang akan mundur.

Keesokan harinya, Dewan Negara- yang beranggotakan Xanana, Alka-tiri, Luolo, serta politisi dan intelektual yang dipilih parlemen, presiden, dan perdana menteri bertemu dengan agenda tunggal- membicarakan usulan pe-mecatan Alka-tiri. Rapat yang dihadiri 11 dari 15 anggota Dewan berlangsung tegang. Meskipun lebih dari separuh anggota setuju Alkatiri mundur, pria yang menjadi salah satu pendiri Fretilin ini ngotot mempertahankan kedudukan. Pertemuan berakhir setelah Alkatiri menyatakan dia akan minta pertimbangan- Komite Sentral Fretilin sebelum mengambil ke-putusan.

Selasa malam lalu, berbagai sumber- dekat dengan Alkatiri mengisyaratkan bahwa Alkatiri akan mundur asal penggantinya nanti orang kepercayaannya. Untuk itulah muncul nama Menteri Luar Negeri Ramos Horta akan menjadi perdana menteri dengan dua wakil orang dekat Alkatiri: Menteri Pertanian Esta-nislau Alexio da Silva dan Jose Manuel Fernandez. Formasi baru ini seharusnya diumumkan pada Rabu pagi silam dalam sidang kabinet. Tapi sidang batal. Yang terjadi adalah pertemuan Alkatiri dengan para menteri terdekatnya.

Setelah itu, ada kabar Alkatiri akan menggelar konferensi pers di kantor Komite Sentral Fretilin, Kamis siang pekan lalu. Banyak pihak menduga Alkatiri mundur. Ternyata yang terjadi malah sebaliknya. ”Tuntutan mundur itu tidak mendasar sehingga Fretilin akan tetap mempertahankan Alkatiri sebagai perdana menteri,” demikian menurut Wakil Sekretaris Jenderal Fretilin Jose Reis, yang mewakili Fretilin. Sedangkan Alkatiri sama sekali tidak muncul.

Menjawab Fretilin, Xanana berpidato, yang langsung disiarkan radio dan televisi Timor Leste (RTTL). ”Besok saya akan mengirimkan surat ke parlemen, memberi tahu mereka, saya akan meng-undurkan diri sebagai presiden karena saya malu akan semua hal buruk yang terjadi,” katanya dalam bahasa Tetum. Selain itu, Xanana yang berbicara selama sekitar dua jam mengecam Alka-tiri dan kelompoknya yang melakukan praktek korupsi, salah urus negara, sehingga terjadi krisis. Xanana juga menyebutkan, Fretilin telah membeli -senjata dan membagi-bagikan kepada pendukung mereka. Sipil yang dipersenjatai itu digunakan untuk meng-ancam orang agar memilih Fretilin dalam pemilihan umum 2007.

Nah, mengapa Xanana akhirnya bersikap keras? Selama ini Xanana memang selalu berusaha kompromistis. Dalam rapat Dewan Negara 28 Mei lalu, ketika kerusuhan baru terjadi, Dewan sudah minta Alkatiri mundur. Tapi Alkatiri menolak tegas. Hingga akhirnya Xanana memilih mengambil alih tanggung jawab keamanan dan memecat Menteri Dalam Negeri Rogerio Lobato dan Menteri Pertahanan Roque Rodrigues.

Xanana berubah keras setelah mendengar pengakuan Kepala Polisi Nasional Superintenden Paulo Freitas Martins bahwa senjata-senjata yang di-bagikan kepada milisi sipil dan kelompok pembunuh rahasia untuk menying-kirkan lawan-lawan politik Alkatiri adalah senjata resmi polisi. Menurut Martins, kelompok milisi ini dibentuk Lobato atas perintah Alkatiri. Pembagian senjata ini sempat masuk dalam program Four Corner televisi ABC Australia, yang mewawancarai pimpinan milisi Vicente Conceicao Railos. Bahkan ketika Ramos Horta mengunjungi Railos dan pasukannya di Liquica untuk meminta mereka menyerahkan senjata, Railos menolak.

Soal laporan ABC tentang sipil yang dipersenjatai ini sebenarnya sudah di-bantah Alkatiri dua pekan lalu. Namun, di hari yang sama ketika Xanana me-ngirim surat ke Alkatiri, terjadi peristiwa penting. Jaksa Agung Longuinhos Monterio mengeluarkan surat penahanan atas Lobato, yang kini menjadi Wakil Presiden Fretilin. Tuduhannya mempersenjatai sipil dengan senjata resmi negara. Dia terancam 15 tahun penjara.

Lobato rupanya sudah merasa dirinya- akan dikorbankan. Selasa pagi pekan lalu, namanya sudah terdaftar dalam manifes penerbangan Air North dari Dili ke Darwin, Australia. Sehari sebelumnya, Lobato sempat berusaha meminta perlindungan ke kantor Kedutaan Besar RRC dan Portugal di Dili, namun ditolak.

Sebenarnya, keterlibatan pembelian- senjata besar-besaran oleh kubu Alka-tiri sudah lama terdengar. Menurut Correio dan Manha, salah satu koran terkemuka Portugal pada edisi 7 Juni 2006, Duta Besar Portugal untuk Timor Leste, Quartim dos Santos, sejak akhir 2003 sudah memperingatkan pemerintah Portugal. Menurut Santos, telah terjadi pembelian senjata besar-besaran dari Portugal oleh pihak Timor Leste, melebihi kebutuhan polisi di negara berpenduduk sekitar satu juta jiwa ini.

Parlemen Timor Leste juga beberapa kali mempersoalkan pembelian senjata yang berlebihan oleh pemerintahan Alkatiri selama dua tahun terakhir. Apalagi pembelian tersebut dilakukan tanpa melalui tender terbuka, melainkan melalui penunjukan langsung.

Keputusan Xanana meminta Alkatiri mundur—meskipun itu ditolak—dan penahanan Lobato atas dugaan mempersenjatai sipil, telah membuat Alkatiri tersudut. Namun, Fretilin—partai ini menguasai 55 dari 88 kursi parlemen—berkeras mendukungnya, bertahan minimal hingga pemilihan umum yang berlangsung April atau Mei 2007. Dan Alkatiri pun menyatakan, jika dia mundur, keadaan akan makin rumit.

Sebenarnya, kerusuhan dan konflik- yang berlangsung dua bulan ini menda-tangkan ”berkah” tersendiri bagi Xanana. Karena semua kartu sudah terbuka. Xanana, sebagai tokoh yang didukung rakyat, tinggal membuat keputusan tegas namun bijaksana. Dia telah mencoba ”memecat” Alkatiri, meskipun gagal. Mungkin langkah berikutnya, Xanana mendukung penuh proses hukum kasus mempersenjatai sipil yang menjerat Lobato. Xanana telah meminta jaksa internasional untuk membantu menangani kasus ini. Untuk semen-tara, pasukan asing bisa meredam konflik berdarah. Lantas, akankah Alka-tiri jatuh gara-gara kasus penyebaran senjata?

Bina Bektiati, Salvador Ximenes Soares

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus