Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERINTAH pemimpin besar Pre-si-den- Kim Jong-Il tak boleh dibantah. Minggu, 18 juni lalu, warga Korea Utara harus memasang ben-dera dan menyalakan televisi pukul dua siang guna menyimak pengumuman penting. Bendera bermunculan. Warga berkumpul di depan televisi. Tapi tak ada pengumuman apa-apa. Baru sehari kemudian genderang perang berbunyi. ”Rakyat Korea Utara siap meningkatkan ’kekuatan militer’ demi melawan Amerika dan sekutunya,” kata Choe Thae-Bok, sekretaris Komite Sentral Partai Buruh, partai penguasa negeri komunis itu.
Istilah ”kekuatan militer” lazim digu-nakan Pyongyang, ibu kota Korea Utara, untuk merujuk kekuatan nuklir. Surat kabar Jepang segera mengartikan pidato Bok sebagai kesiagaan Pyongyang meluncurkan rudal terbaru, Taepodong-2. Tokyo buru-buru menyiagakan pasukan anti-rudal Aegis untuk menjaga Laut Jepang, pemisah kedua negeri itu. Kengerian akibat rudal Korea Utara yang melayang di atas wilayah Jepang delapan tahun lalu masih segar di benak. Meski kemudian terkubur di laut Pasifik, gertakan ini sudah menunjukkan kemampuan Korea Utara menghunjamkan ben-cana ke musuh bebuyutan nomor duanya setelah Amerika itu.
Jepang cuma sasaran antara. Di seberang Pasifik ada sasaran utama. Meski tempat itu dipisahkan samudra, Tae-podong-2 adalah perbaikan dari rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu terbang hingga 15 ribu kilometer. Dengan kata lain, Amerika harus siap-siap, Taepodong-2 mendarat di Hawaii-, Alaska, atau bahkan Negara Bagian California yang terletak di pinggir ba-rat darat-an Amerika. Foto satelit mili-ter- Amerika mem-buk-ti-kan adanya persiap-an pe-luncuran rudal ja-rak jauh di Korea Uta-ra. Ada lagi la-por-an mata-ma-ta yang meli-hat para peker-ja di lokasi pe-lun-cur-an sibuk meng-isi bahan bakar. Se-kali diisi, tak mungkin di-ke-luar-kan kem-bali.
Dunia terus me-nebak-nebak ke-kuat-an nuklir Korea Utara. Menurut lapor-an BBC, salah satu ikon komunis terakhir ini me-mi-liki lebih dari 800 rudal balis-tik dan rudal balis-tik antarbenua. Sebagian besar dari rudal itu dikembang-kan dari tek-nologi rudal Scud yang datang dari Me-sir pada 1976. Mesir di-kabarkan me-nyu-plai rudal Scud-B dan mendesainnya sebagai ganti dukungan Korea Utara me-lawan Israel di Perang Yom Kippur. Di era 1980, Pyongyang terus mengembangkan versi baru hingga mampu menca-pai lokasi mana pun di Korea Selatan, saudara yang terpisah oleh perang pa-da 1953. Lalu terciptalah Nodong, rudal jarak sedang (1.000 kilometer), yang dipercaya- bisa membawa hulu ledak nu-klir. Teknologi-nya terus berkembang hing-ga mencapai Taepodong-2.
Korea Utara memang tak pernah berhenti mengembangkan kekuatan mili-ter-nya-. Tapi analis Korea Selatan menilai, alasan gertak rudal ini lebih karena urusan ekonomi. Departemen Keuang-an Amerika telah mengeluarkan la-rang-an bagi semua lembaga keuangan me-la-kukan bisnis de-ngan Korea Utara atas kecurigaan pemal-suan dan pencucian uang. Perintah ini mem-buat Banco Delta Asia di Makau, bursa terbesar peredar-an uang palsu pecah-an $ 100 asal Korea Utara, membekukan re-kening milik Korea Utara. ”Amerika se-karang mencekik Ko-rea Utara secara ekonomi,” kata Kim Tae-Woo, periset senior di Korea Sela-tan. ”Me-reka ingin membuat Amerika men-jauh sedikit.”
Perundingan jalan damai bukannya ti-dak digagas. Tapi pembicaraan Korea Utara dengan Amerika Serikat, Jepang, Cina, Korea Selatan, dan Rusia yang berlangsung sejak Agustus 2003 terhenti pada November lalu. Pyongyang tak mau lagi ikut serta bila Amerika tak mengangkat larangannya. Sedang-kan Amerika selalu menolak melayani Pyongyang sendirian. ”Untuk Korea kami hanya mau melakukan pendekatan multilateral,” kata Adam Ereli, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika.
Perlakuan pemerintah Presi-den George W. Bush terhadap ”tiga poros setan”—Iran, Irak, dan Korea Utara—berbeda-beda. Terhadap Irak, Amerika beraksi sepihak. Dengan Iran, Gedung Putih sekuat tenaga mencari du-kung-an dari Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tapi tak demikian halnya dengan Pyongyang. Pemerin-tahan Bush mendadak so-pan mengutamakan pen-dekatan multilateral. Se-kadar membalas gertakan, pada Kamis silam militer Amerika melakukan uji tes antirudal di Hawaii.
Kurie Suditomo (Reuters/Christian Science Monitor/Bloomberg)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo