Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Seribu cara untuk minggat

Seorang sopir taksi jerman timur, heinz braun, 48, menyeberang ke berlin barat dengan cara membawa boneka berseragam tentara soviet di mobilnya. banyak warga jerman timur yang memimpikan tinggal di barat.(ln)

9 Agustus 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAM hari, 30 Juli 1986. Sebuah mobil tentara Soviet dengan 4 perwira berwajah kaku dan dingin, meluncur menuju tembok Berlin. Perwira berseragam kopral di belakang kemudi tak menemui banyak hambatan di tiap pos penjagaan yang amat ketat dan berlapis-lapis di wilayah Jerman Timur itu. Di pos penjagaan terakhir, Tembok Berlin, penjaga hanya melambaikan tangan, perintang jalan dibuka, dan mobil meluncur tenang memasuki kawasan Berlin Barat. Dan sang pengemudi, Heinz Braun, 48, yang sebenarnya seorang sopir taksi asal Jerman Timur itu pun sukses menyeberang ke Barat. Kalau pengakuan Braun benar, inilah pengulangan kisah keberhasilan pelarian dengan metode serupa yang pernah terjadi di tahun 1960-an. Hanya saja kali ini Braun membawa penumpang boneka segede manusia, yang biasanya dipakai sebagai peraga di toko-toko, dan didandani seragam letnan dan letkol Soviet. "Sang letkol" didudukkan disamping sopir dan dua "letnan" di belakang. Ide gila-gilaan ini, menurut Braun, timbul setelah ia memperhatikan kendaraan tentara Soviet yang sering bolak-balik melewati Tembok Berlin. Sebenarnya pelarian dari Jerman Timur ke Jerman Barat bukan lagi cerita baru. Tembok Berlin yang angker itu, dan 13 Agustus mendatang akan tepat berusia 25 tahun, menjadi saksi bisu kisah sukses maupun yang tragis dari para pelarian yang tak pernah berhenti mengalir ke Barat. Tembok setinggi 5 meter dan panjang 45 km ini didirikan pemerintah Jerman Timur untuk membendung arus pelarian, yang sebelum tahun 1961 pernah tercatat 20.000 orang dalam sehari. Dalam periode 1950-1960, penduduk Jerman Timur berkurang 7 persen atau sekitar 3 juta yang hengkang ke Barat. Setelah tembok berdiri dan penjagaan diperketat, angka turun menjadi 25 orang per tahun, tapi tak pernah benar-benar terhenti. Walaupun hampir mustahil minggat melewati tembok -- yang oleh warga Berlin dijuluki Schandmauer (tembok bikin malu) -- usaha lari terus dicoba. Sejumlah "penolong" Barat memasang tarif US$ 20.000 per orang untuk menyeberang. Sebagian besar gagal. Ada yang mati ditembak di tempat kejadian, ada yang masuk tahanan karena tertangkap basah. Sisi luar tembok wilayah Barat dihiasi gambar salib dengan nama mereka yang nyaris lolos, tapi di saat terakhir ketahuan, dan akhirnya ditembak mati. Sebagian yang beruntung menggunakan berbagai cara dan alat untuk lari. Ia beruntung, karena tak jauh di depannya ada seorang petugas pabean Barat, yang dipakainya sebagai perisai. Di dekat Checkpoint Charlie pos penjagaan wilayah Barat ternama itu kini berdiri museum berisikan peralatan yang pernah dipakai para pelarian. Di antaranya, linggis yang digunakan membuat terowongan bawah tanah yang menolong 57 pelarian sebelum ketahuan, mobil yang pernah memuat 9 orang di baknya, dan berbagai balon besar. Mengapa banyak warga Jerman Timur yan inin hijrah ke Barat? Pesona utama, mungkin, kehidupan yang jauh lebih baik di Barat. Apalagi siaran TV Jerman Barat dapat ikut dinikmati dua pertiga penduduk Timur yang 17 juta itu. Pengaruhnya tentu ada bagi warga Jerman Timur -- yang pada 1984 penghasilan per kepalanya US$ 360 itu -- yang melihat kehidupan makmur kerabat mereka di Barat. Bagi sebagian besar generasi muda Jerman Timur, keinginan bepergian bebas ke Barat lebih penting daripada makanan, pakaian, dan kehidupan lebih baik yang diinginkan mereka yang lebih tua. Para warga muda sadar, di Jerman Barat sendiri, kini pengangguran mencapai 9,6 persen. Hubungan dua Jerman sebetulnya makin membaik menjelang 1984. Pada saat pendekatan itu, pemerintah Jerman Timur melonggarkan peraturan bepergian. Selama 1983 tercatat 11.343 warganya menyeberangi perbatasan. Juga sekitar 30.000 diizinkan beremigrasi ke Barat. Pemerintah Bonn memberikan bantuan ekonomi bernilai US$ 716 juta pada Jerman Timur. Farida Sendjaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus