Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gagalnya kudeta yang kelima

Rencana kudeta di suriname yang dilakukan 14 orang as, dipimpin denley tommy terbongkar oleh fbi. 12 pelaku ditangkap. denley mengaku dikontrak belanda. pm suriname bouterse, yang marxis sangat dibenci. (ln)

9 Agustus 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI sebuah rencana kudeta yang keguguran. Empat belas orang AS -- seorang di antaranya wanita -- di bawah pimpinan Tommy Lynn Denley konon mendapat order mengambil alih pemerintahan Republik Suriname. Menurut rencana, mereka akan terbang dari New Orleans, AS, menuju Paramaribo di Suriname. Dengan berkedok sebagai bankir, mereka akan bisa bertemu dengan Pemimpin Revolusi Letnan Kolonel Bouterse, lalu menyanderanya bersama dengan pemimpin Suriname lainnya hingga kekuasaan Bouterse runtuh. Namun, skenario itu gagal, tatkala dua belas orang di antaranya tertangkap dalam perjalanan menuju bandara Hammond, New Orleans, Senin pekan lalu. Tommy Lynn Denley, sang pemimpin, ditangkap di sebuah hotel di Kenner, New Orleans, tak lama kemudian. Sementara itu, John Ambielli salah seorang yang diduga membiayai operasi kudeta itu, ditangkap di Lafayette. Dari mereka disita berbagai macam senjata,dmunisi, dan sebuah buku Ambush and Counter Ambush. Kegagalan itu karena FBI, dinas penyelidik federal AS, telah berhasil menyusupi komplotan ini dua bulan sebelumnya. Pekan lalu, ke-14 tertuduh itu dihadapkan ke sidang pengadilan di New Orleans. Komplotan itu, rnenurut FBI, dibayar US$ 13 juta oleh sebuah organisasi orang Indian dari Amerika Tengah. Tapi Denley, yang pernah menjadi pejabat patroli bea cukai AS dan bekas perwira polisi Daerah Terusan Panama, mengaku, "dikontrak oleh pemerintah Belanda untuk mengambil alih kekuasaan di Suriname," kata Robert Grimes, salah seorang anggota komisi penyelidik setempat. Belum jelas benar sipa di belakang komplotan ini. Sebab belum ada sanggahan resmi dari pemerintah Belanda. Selain itu tak sebuah organisasi pun yang mengakui bertanggungjawab atas kegagalan rencana kudeta di negara kecil berpenduduk 376.000 jiwa di kawasan Amerika Selatan tersebut. Suriname memperoleh kemerdekaannya dari Belanda pada 1975, dengan ditunjuknya Henk Arron sebagai perdana menteri selama 15 tahun. Pemerintah Belanda memberi bantuan sebesar US$ 100 juta per tahun. Karena itu, rakyat Suriname -- yang terdiri dari 36% keturunan India 31% Kreol 17% Jawa 10% Negro, dan sisanya Amerika, Cina, dan Eropa -- mengecap kenikmatan hidup. Pada umumnya mereka menyimpan sebuah mobil mengkilat di garasi rumahnya, sementara di setiap kamar tamu tersedia peralatan video. Melihat keadaan ini, tentara Suriname yang bergaji kecil menuntut perbaikan. Tapi PM Arron malah menahan 3 pemimpin mereka. Tak ayal lagi, 16 prajurit di bawah pimpinan Sersan Bouterse melancarkan kudeta di tahun 1980. Sersan yang belum tahu seluk-beluk pemerintahan itu lalu menunjuk Chin A Seng, seorang tokoh Partai Republik Nasional (NRP) yang mendukung kudeta tersebut, sebagai perdana menteri menggantikan Arron. Hal ini tak berlangsung lama karena Bouterse, penganut Marxis yang teguh, akhirnya menggeser Chin A Seng, sehingga bekas perdana menteri ini melarikan diri ke Belanda, bersama sekitar 180.000 rakyat Suriname, yang tak tahan merasakan sepak terjang Bouterse. Pada Desember 1982, misalnya, Bouterse menangkap 16 orang yang mengkritik kebijaksanaannya yang terlalu kiri, dan kurang demokratis. Keenam belas korban itu kemudian ditemukan meninggal dengan bekas tusukan pisau dan luka bakar karena diselomot rokok. Gara-gara itu, tak heran bila di negara ini sudah 4 kali terjadi kudeta sejak 1980. Pemerintah Belanda juga sudah menghentikan bantuannya. Sementara itu, Chin A Seng di pengasingan sedang menghimpun dukungan diplomatik bagi kelompoknya. Belum jelas apakah ia terlibat dalam usaha kudeta terakhir ini. Didi Prambadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus