KELOMPOK Islam ekstrim semakin meningkatkan aksinya di
Malaysia. Dan kali ini rencana mereka tidak tanggungtanggung.
Antara lain mereka bermaksud membunuh para menteri dan tokoh
politik. Hal ini diungkapkan Menteri Negara Datuk Mohamad Nasir
dalam suatu seminar di Universitas Malaya, Kuala Lumpur.
Benarkah? Sejak terjadinya penyerbuan terhadap pos polisi
di Batu Pahat, Negara Bagian Johor, Oktober lalu, ada semacam
kecemasan bahwa aksi serupa itu akan lebih ditingkatkan. Hari
itu ratusan rakyat yang bersenjatakan pisau dan pedang telah
menyerang pos polisi. Menghadapi aksi yang mendadak itu polisi
langsung menembaki mereka. Akibatnya tujuh orang mati di tempat
dan 20 orang lainnya luka-luka.
Gerakan yang dipimpin Ismail Nasir yang mengaku sebagai
Imam Mahdi-ternyata punya rencana yang luar biasa. Berdasarkan
hasil interogasi--yang juga dibeberkan Datuk Mohamad -- pada tahap
pertama mereka ingin merebut kekuasaan di Batu Pahat. Tahap
berikutnya, Kuala Lumpur jadi sasaran mereka. Kalau ini
berhasil, mereka diduga akan menyerang Muangthai, Kampuchea dan
yang terakhir Uni Soviet. "Semua ini harus selesai dalam waktu
73 hari," kata Datuk Mohamad.
Aneh kedengarannya suatu gerakan yang hanya bersenjatakan
pisau dan pedang punya rencana begitu besar. Tapi kekhawatiran
pemerintah Malaysia tampaknya agak beralasan juga. Apalagi
akhir-akhir ini, Inenurut penyelidikan, ada 30 kelompok yang
hampir seje nis selalu bikin heboh. Mereka inilah yang selalu
disebut 'kelompok yang menyelewengkan ajaran agama'. Baik dalam
khotbah Jumat maupun acara pengajian tokoh kelompok ini selalu
menyerang kebijaksanaan pemerintah.
Tak sekedar itu. Sebuah buku yang diterbitkan oleh salah
satu kelompok Islam ekstrim, misalnya, menyebut para pemimpin
Malaysia sebagai orang 'murtad'. "Kegiatan mereka betul-betul
merusak persatuan umat Islam dan memberikan gambaran buruk
tentang negara ini," kata Datuk Mohamad lagi.
Ia juga menyinggung pemberitaan sebuah majalah yang terbit
di Mesir. Majalah itu dalam sebuah laporannya menyebutkan bahwa
pemerintah Malaysia telah mengadili dan menghukum kaum mubaligh
di Johor. "Ini tentu saja tidak benar dan tak beralasan," kata
Datuk Mohamad .
Menghadapi aksi kelompok ekstrim ini, pemerintah Malaysia
tampaknya tak bimbang. Sehari setelah kejadian di Batu Pahat,
misalnya, pemerintah memberitahukan kepada Angkatan Belia Islam
Malaysia (ABIM) agar memutuskan hubungannya dengan
organisasi-organisasi di luar negeri. Dan Wakil Perdana Menteri
Dr. Mahathir Mohamad akhir November lalu, menegaskan bahwa
pemerintah akan menggunakan Peraturan Keamanan Dalam Negeri
(ISA) untuk menindak mereka yang terlibat. Berdasarkan peraturan
itu pemerintah Malaysia bisa menahan orang tanpa batas waktu dan
tanpa diadili.
Dr. Mahathir sendiri tak begitu khawatir dengan
keselamatannya meskipun ada ancaman nyawa. "Itu sudah risiko
jabatan," ujarnya. Dan menurut dia kaum komunis juga sudah
merencanakan pembunuhan terhadap menteri menteri. "Bagaimanapun
saya ini punya polis asuransi sebesar M$500.000,"
ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini