Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sesudah komunis, islam ekstrim ? sesudah komunis, islam ekstrim ?

Aksi kelompok islam ekstrim di malaysia yang dipimpin oleh ismail nasir. mereka mengancam akan membunuh para menteri dan tokoh politik.

13 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KELOMPOK Islam ekstrim semakin meningkatkan aksinya di Malaysia. Dan kali ini rencana mereka tidak tanggungtanggung. Antara lain mereka bermaksud membunuh para menteri dan tokoh politik. Hal ini diungkapkan Menteri Negara Datuk Mohamad Nasir dalam suatu seminar di Universitas Malaya, Kuala Lumpur. Benarkah? Sejak terjadinya penyerbuan terhadap pos polisi di Batu Pahat, Negara Bagian Johor, Oktober lalu, ada semacam kecemasan bahwa aksi serupa itu akan lebih ditingkatkan. Hari itu ratusan rakyat yang bersenjatakan pisau dan pedang telah menyerang pos polisi. Menghadapi aksi yang mendadak itu polisi langsung menembaki mereka. Akibatnya tujuh orang mati di tempat dan 20 orang lainnya luka-luka. Gerakan yang dipimpin Ismail Nasir yang mengaku sebagai Imam Mahdi-ternyata punya rencana yang luar biasa. Berdasarkan hasil interogasi--yang juga dibeberkan Datuk Mohamad -- pada tahap pertama mereka ingin merebut kekuasaan di Batu Pahat. Tahap berikutnya, Kuala Lumpur jadi sasaran mereka. Kalau ini berhasil, mereka diduga akan menyerang Muangthai, Kampuchea dan yang terakhir Uni Soviet. "Semua ini harus selesai dalam waktu 73 hari," kata Datuk Mohamad. Aneh kedengarannya suatu gerakan yang hanya bersenjatakan pisau dan pedang punya rencana begitu besar. Tapi kekhawatiran pemerintah Malaysia tampaknya agak beralasan juga. Apalagi akhir-akhir ini, Inenurut penyelidikan, ada 30 kelompok yang hampir seje nis selalu bikin heboh. Mereka inilah yang selalu disebut 'kelompok yang menyelewengkan ajaran agama'. Baik dalam khotbah Jumat maupun acara pengajian tokoh kelompok ini selalu menyerang kebijaksanaan pemerintah. Tak sekedar itu. Sebuah buku yang diterbitkan oleh salah satu kelompok Islam ekstrim, misalnya, menyebut para pemimpin Malaysia sebagai orang 'murtad'. "Kegiatan mereka betul-betul merusak persatuan umat Islam dan memberikan gambaran buruk tentang negara ini," kata Datuk Mohamad lagi. Ia juga menyinggung pemberitaan sebuah majalah yang terbit di Mesir. Majalah itu dalam sebuah laporannya menyebutkan bahwa pemerintah Malaysia telah mengadili dan menghukum kaum mubaligh di Johor. "Ini tentu saja tidak benar dan tak beralasan," kata Datuk Mohamad . Menghadapi aksi kelompok ekstrim ini, pemerintah Malaysia tampaknya tak bimbang. Sehari setelah kejadian di Batu Pahat, misalnya, pemerintah memberitahukan kepada Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) agar memutuskan hubungannya dengan organisasi-organisasi di luar negeri. Dan Wakil Perdana Menteri Dr. Mahathir Mohamad akhir November lalu, menegaskan bahwa pemerintah akan menggunakan Peraturan Keamanan Dalam Negeri (ISA) untuk menindak mereka yang terlibat. Berdasarkan peraturan itu pemerintah Malaysia bisa menahan orang tanpa batas waktu dan tanpa diadili. Dr. Mahathir sendiri tak begitu khawatir dengan keselamatannya meskipun ada ancaman nyawa. "Itu sudah risiko jabatan," ujarnya. Dan menurut dia kaum komunis juga sudah merencanakan pembunuhan terhadap menteri menteri. "Bagaimanapun saya ini punya polis asuransi sebesar M$500.000," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus